- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Nobar 'Atas Nama Percaya' di Kediri, Dorong Dialog Penghayat dan Negara
TS
dewaagni
Nobar 'Atas Nama Percaya' di Kediri, Dorong Dialog Penghayat dan Negara
Nobar 'Atas Nama Percaya' di Kediri, Dorong Dialog Penghayat dan Negara
Solichan ArifMinggu, 12 Januari 2020 - 21:58 WIB

KEDIRI - Film "Atas Nama Percaya" yang diputar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri, bersama IAIN Kediri, mendorong dialog pemerintah, masyarakat dan para penghayat.
Film dokumenter karya Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) UGM, The Pardee School of Global Studies Boston University serta Watchdoc Documentary itu telah membuka mata.
Bagaimana sepanjang usia reformasi yang sudah masuk 22 tahun, para penghayat atau penganut aliran kepercayaan belum sepenuhnya memperoleh tempat nyaman di negeri ini.
Baca Juga:
Polisi Gagalkan Pengiriman 28,6 Kilogram Sabu Jaringan Lapas Palembang
Kementerian Kesehatan RI Siap Hadapi Wabah Pneumonia dari China
"Untuk menuntaskan masalah ini, hal pertama yang perlu dilakukan adalah perlu ada dialog antara pemerintah, masyarakat, dan para penghayat," ujar Sunarno, dosen Prodi Psikologi Islam IAIN Kediri.
Acara nonton bareng dan diskusi di sebuah kafe Kota Kediri, dihadiri para akademisi, mahasiswa, sejumlah jurnalis dan pegiat seni. Selain Sunarno, tampil juga Dyah Ayu Septi Fauzi, Manager Peneleh Research; dan Rino Hayyu Setyo anggota AJI Kediri selaku pemantik.
Film "Atas Nama Percaya" mengangkat kisah kelompok penghayat kepercayaan di Jawa Barat dan Marapu di Nusa Tenggara Timur. Kedua entitas tersebut mewakili ratusan kelompok penghayat yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Sesuai data Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ada sebanyak 180 aliran kepercayaan. Jika ditambahkan dengan yang tidak terdaftar, jumlah aliran kepercayaan mencapai 300 lebih.
Termasuk di wilayah Kediri dan sekitarnya para penghayat itu banyak dijumpai. Diskusi interaktif bergulir. Percakapan mengangkat kisah penghayat Merapu NTT (dalam film) yang terpaksa berafiliasi ke salah satu agama yang diakui agar bisa mengakses haknya sebagai warga negara.
Baru pada tahun 2006 negara mengizinkan kolom agama di KTP dibiarkan kosong. Kendati demikian hingga kini penghayat belum menjadi keyakinan yang diakui negara.
"Film ini penting untuk memperkaya wawasan kita, sekaligus memperkuat rasa toleransi dan saling menghargai. Sebab, di wilayah Kediri juga banyak kelompok penghayat yang hingga kini masih eksis," kata Aguk Fauzul, Ketua AJI Kediri.
https://jatim.sindonews.com/read/198...ra-1578837713
sudah saatnya agama asli kita diakui resmi
Solichan ArifMinggu, 12 Januari 2020 - 21:58 WIB
Acara nonton bareng (Nobar) film Atas Nama Percaya yang digelar AJI Kediri dan IAIN Kediri, menarik minat khalayak umum. Foto/Ist.
KEDIRI - Film "Atas Nama Percaya" yang diputar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri, bersama IAIN Kediri, mendorong dialog pemerintah, masyarakat dan para penghayat.
Film dokumenter karya Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) UGM, The Pardee School of Global Studies Boston University serta Watchdoc Documentary itu telah membuka mata.
Bagaimana sepanjang usia reformasi yang sudah masuk 22 tahun, para penghayat atau penganut aliran kepercayaan belum sepenuhnya memperoleh tempat nyaman di negeri ini.
Baca Juga:
Polisi Gagalkan Pengiriman 28,6 Kilogram Sabu Jaringan Lapas Palembang
Kementerian Kesehatan RI Siap Hadapi Wabah Pneumonia dari China
"Untuk menuntaskan masalah ini, hal pertama yang perlu dilakukan adalah perlu ada dialog antara pemerintah, masyarakat, dan para penghayat," ujar Sunarno, dosen Prodi Psikologi Islam IAIN Kediri.
Acara nonton bareng dan diskusi di sebuah kafe Kota Kediri, dihadiri para akademisi, mahasiswa, sejumlah jurnalis dan pegiat seni. Selain Sunarno, tampil juga Dyah Ayu Septi Fauzi, Manager Peneleh Research; dan Rino Hayyu Setyo anggota AJI Kediri selaku pemantik.
Film "Atas Nama Percaya" mengangkat kisah kelompok penghayat kepercayaan di Jawa Barat dan Marapu di Nusa Tenggara Timur. Kedua entitas tersebut mewakili ratusan kelompok penghayat yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Sesuai data Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ada sebanyak 180 aliran kepercayaan. Jika ditambahkan dengan yang tidak terdaftar, jumlah aliran kepercayaan mencapai 300 lebih.
Termasuk di wilayah Kediri dan sekitarnya para penghayat itu banyak dijumpai. Diskusi interaktif bergulir. Percakapan mengangkat kisah penghayat Merapu NTT (dalam film) yang terpaksa berafiliasi ke salah satu agama yang diakui agar bisa mengakses haknya sebagai warga negara.
Baru pada tahun 2006 negara mengizinkan kolom agama di KTP dibiarkan kosong. Kendati demikian hingga kini penghayat belum menjadi keyakinan yang diakui negara.
"Film ini penting untuk memperkaya wawasan kita, sekaligus memperkuat rasa toleransi dan saling menghargai. Sebab, di wilayah Kediri juga banyak kelompok penghayat yang hingga kini masih eksis," kata Aguk Fauzul, Ketua AJI Kediri.
https://jatim.sindonews.com/read/198...ra-1578837713
sudah saatnya agama asli kita diakui resmi
4iinch dan sebelahblog memberi reputasi
2
493
7
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan