[Jika salah, tolong ajari saya ya.]

Kamu adalah seorang anak kelas 3 SD. Kamu memiliki Bapak dan Ibu, dan kamu anak tunggal.

Bapak kamu memiliki pemasukan sebesar Rp 15.000.000 per bulan, sedangkan Ibu kamu adalah seorang ibu rumah tangga yang dianggap memiliki pengetahuan mendalam mengenai pengelolaan keuangan rumah tangga.

Suatu hari, Bapak mempunyai keinginan untuk meningkatkan pemasukan bulanannya. Ibu mengusulkan untuk berbisnis, daripada pindah pekerjaan. Awalnya Bapak kurang setuju, dapat dananya darimana?

Ibu, yang dianggap memiliki pengetahuan pengelolaan keuangan, mengusulkan untuk meminjam dana. Bapak agak ragu, namun akhirnya menyetujui usulan Ibu.

Bapak berusaha meminjam dari kawan-kawannya yang tidak galak dalam menagih hutang. Namun Ibu mengusulkan untuk meminjam ke Bank A, karena Ibu pernah bekerja di Bank tersebut. Kata Ibu, Bank A adalah teman baik Ibu, karena Ibu dulu salah satu pejabatnya. Keluarga kita akan aman selama meminjam di Bank A.

Ibu juga mengusulkan untuk meminjam ke teman-teman Ibu yang cukup strict dalam utang-piutang. Kalau telat sehari saja membayar hutang, maka mereka akan menagih dengan cara yang tidak mengenakkan.

Bapak merasa Ibu lebih paham dalam mengelola keuangan akhirnya setuju untuk meminjam ke Bank A dan teman-teman Ibu.

Kenapa Rumah dan Mobil? Begini rencana Ibu:

Bapak membeli rumah menggunakan KPR dari Bank A, juga membeli Mobil menggunakan uang pinjaman dari teman-teman Ibu.

Rumah memiliki 40 kamar, yang dijadikan sebagai kost-an. Jika 27 kamar terisi, maka bunga hutang sebesar Rp 20.000.000 dan operasional sebesar Rp 7.000.000 akan tertutupi. Sisanya adalah pemasukan. Sehingga jika kos-kosan tersebut penuh, maka akan menghasilkan pemasukan sebesar 13 kamar, tepatnya Rp 13.000.000 per bulan.

Mobil rencananya digunakan untuk disewakan kepada orang yang ingin menjadi sopir taksi online. Jika Mobil ini digunakan 15 hari, maka bunga hutang sebesar Rp 2.500.000 dan operasional sebesar Rp 1.500.000 akan tertutupi. Jika Mobil digunakan selama 25 hari, maka ada keuntungan sebesar 10 hari, tepatnya Rp 2.000.000 per bulan.

Di atas kertas, jika semua hutang dan bunga sudah terbayar, maka Keluarga kamu akan mendapatkan pemasukan Rp 15.000.000 (gaji), Rp 33.000.000 (Rumah), dan Rp 4.500.000 (Mobil). Serta tambahan aset dalam bentuk Rumah dan Mobil.

Begitu lah rencana Ibu, yang telah disetujui Bapak, dan dijalankan pada bulan Januari.

Satu yang kamu rasakan pasti, kamu memiliki Rumah baru, kamu memiliki Mobil baru. Kamu senang sekali.

3 bulan berjalan, ternyata beberapa perhitungan Ibu meleset. Rumah yang dijadikan kost-an tidak semua kamar terisi penuh, hanya 6. Itu pun, biaya operasional lebih tinggi daripada perkiraan.

Mobil pun sama, baru di bulan Februari ditemukan orang yang ingin menjadi sopir taksi online. Itu pun, dia tidak menggunakannya 25 hari dalam sebulan, hanya 20 hari. Biaya operasional pun lebih besar daripada yang diperhitungkan.

Akhirnya karena bunga harus dibayar, atau terjadi hal buruk, Ibu mulai berhemat dan menggunakan sebagian gaji Bapak untuk menutup bunga hutang. Ternyata dalam 3 bulan tersebut hanya bunga hutang saja yang mampu dibayar, tidak mampu menyicil hutangnya.

Pada bulan Maret ini, kamu belum terlalu merasakan dampaknya. Ingat, kamu anak kelas 3 SD. Kamu masih senang dengan Rumah dan Mobil baru. Sebagai anak kelas 3 SD, Bapak dan Ibu pun tidak berdiskusi denganmu mengenai masalah keuangan keluarga.

Dampak yang kamu rasakan adalah nasi putih ketika makan sedikit berkurang, yang tidak terlalu signifikan karena pada dasarnya makanmu tidak terlalu banyak.

3 bulan kemudian, di bulan Juni, ternyata kondisi masih tidak membaik. Taksi Online menurunkan bonus harian, sehingga setoran dari sopir tidak sebanyak sebelumnya. Penjaga kost-an pun menginginkan kenaikan gaji.

Ibu melakukan penghematan lagi. Sekarang, uang jajan kamu pun dipotong! Kamu yang tidak terima tentu saja protes. Bapak dan Ibu hanya menjawab, "Tenang Nak, kan kita punya Rumah baru dan Mobil baru, senang doong. Nanti di masa depan, kami akan menaikkan uang jajan kamu lagi. Dan ini kan Rumah dan Mobil akan menjadi milikmu kalau Bapak dan Ibu meninggal."

3 bulan kemudian, di bulan September, kondisi makin memburuk lagi! Uang jajan kamu tidak dipotong, tapi sebelumnya kamu bisa naik angkot tiap sekolah, kamu sekarang disuruh ke sekolah jalan kaki! "Kan sekolah kamu tidak terlalu jauh Nak, jalan kaki saja ya."

Bekal makan siangmu yang biasanya sosis dan telor, sekarang menjadi tahu dan tempe saja.

Kamu disuruh bersabar, untuk masa depan yang indah katanya. Kamu anak kelas 3 SD, mengerti apa? Yang kamu inginkan adalah Rumah, Mobil, dan segala hal yang kamu dapatkan sebelumnya!

Sampai di bulan September, Bapak dan Ibu masih optimis, di masa depan segala rencana mereka akan berhasil dan akan berujung sesuai dengan rencana Ibu.

Sekarang di bulan September. Kamu, Bapak, dan Ibu, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi 3 bulan lagi, 1 tahun lagi, 3 tahun lagi, dan 20 tahun lagi.

Tapi Om kamu tahu, bahwa Bank A pernah memaksa Kakek untuk menghentikan bisnisnya karena Kakek tidak mampu membayar hutang kepada Bank A. Tante pun pernah disita asetnya oleh teman-teman Ibu.

Om kamu juga tahu, bahwa Bapak dan Ibu menandatangani perjanjian hutang dengan salah satu syarat adalah jika Bapak dan Ibu meninggal, maka seluruh hutang diwariskan ke kamu, dan kamu lah yang harus membayar seluruh bunga dan hutang.

Bapak dan Ibu ternyata sedang bertaruh. Pertaruhan yang tidak hanya berpengaruh terhadap perekonomian mereka, ternyata juga sangat berpengaruh terhadap masa depanmu! 

Menurutmu, apa yang akan terjadi 1 tahun lagi? 3 tahun lagi? 10 tahun lagi? Apakah kamu akan mewariskan hutang, atau akan mewariskan Rumah dan Mobil ketika Bapak dan Ibu meninggal?

Well, mari berharap kepada Bapak dan Ibu saja, karena kita hanyalah anak kelas 3 SD.