Dulu sebelum dunia maya ada, jika melihat seseorang mojok sendirian di tempat remang-remang, mulut komat-kamit, kadang tersenyum, kadang tertawa, kadang menangis, orang akan langsung menduga, kalau tidak bicara dengan jin berarti dia mengalami gangguan jiwa. Tapi sekarang kemungkinnya bertambah jadi tiga, bicara dengan jin, gangguan jiwa, atau bicara dengan orang-orang yang ada di dunia maya.

Dunia maya memang ada penghuninya. Nyata. Hanya saja mereka berada nun jauh entah di mana. Kadang mereka sudah saling kenal satu sama lain. Kadang hanya muncul kata-kata lewat tulisan tanpa tau siapa dan di mana dia. Kadang bisa menjadi akrab dan bisa dijadikan teman berbagi, tapi tak jarang menjadi benci karena terlalu sering mancaci.

Hampir semua orang, baik tua ataupun muda, gadget selalu tak pisah dari saku. Pada saat lagi nunggu antrian, di bank, di PDAM, di kampus, di tempat kerja atau di mana saja gadget seolah menjadi teman setia melebihi teman yang ada di dunia nyata.

Memang agak aneh, ketika sepasang anak remaja lagi makan berduaan, masing-masing mereka pada sibuk dengan gadget di tangan, mereka sibuk dengan orang yang ada di dunia maya, sementara pasangan disamping seolah tak ada.

Hal serupa juga kadang terjadi pada pasangan suami istri, duduk di teras berduaan, tapi bukannya ngobrol dengan pasangan, tapi malah asik dengan orang-orang di dunia maya. Kadang tertawa sendiri, kadang ngomel sendiri.

Dunia maya. Dunia penuh misteri. Dunia yang bisa menghanyutkan. Dunia yang bisa membuat orang lupa pada sekelilingnya. Kadang bisa membuat orang lupa makan, lupa mandi. Kadang juga bisa membuat lupa anak, lupa istri.

Dunia maya, walau mengasikan tapi tidak jarang menyeret pada kesengsaraan. Gara-gara jempol yang terlalu bersemangat, pindahlah dia ke balik jeruji. Ujaran-ujaran kebencin yang ditebarkan di dunia maya tidak jarang membuat penghuninya masuk penjara. Sayangnya, penjara tempatnya dihukum benar-benar nyata. Bukan penjara di dunia maya. Juga bukan penjara di dunia gaib.