Pemerintah Kerajaan Belanda kala itu dibawah Kabinet Gerbrandy melakukan pengasingan sementara ke London Inggris. Dikarenakan tentara Jerman pada tahun 1940 menyerbu Belanda atau lebih tepatnya menduduki wilayah Belanda. Sebelum pemerintahan kerajaan Belanda menyerah kepada Jepang Raden Adipati Soejono pergi ke Australia bersama Hubertus Johannes van Mook dan Loekman Djajadiningrat. Menurut Yong Mun Cheong dalam H.J.van Mook and Indonesian Independence (1982: 25), Van Mook sendiri berangkat ke Australia pada tanggal 6 Maret 1942, 2 hari setelah dia berangkat dari Jawa ke Australia. Setelah beliau sampai di Australia Belanda jatuh di tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati Subang.

Raden Adipati Ario Soejono ini sendiri lahir di Tulungagung Jawa Timur. Pada 31 Maret 1886, beliau adalah orang satu-satunya Hindia Belanda yang menjadi menteri di bawah kerajaan Belanda yang dipimpin oleh kabinet Gerbrandy. Beliau lahir dari seorang ayah yang yang menjadi Bupati di Tulungagung. Sebelum menjadi Bupati Pasuruan beliau adalah anggota Raad Van Indie (Dewan Hindia), dan anggota Dewan Rakyat (Volksraad).



Kemudian dengan situasi yang carut marut kala itu ketika pemerintah Belanda memindahkan pemerintahan sementaranya dari Belanda ke London Inggris, Soejono menjadi menteri daerah jajahan dalam kabinet yang dibentuk Pieter Sjoerd Gerbrandy. Soejono membantu Van Mook sebagai penasihat tertinggi. Dia kemudian diangkat menjadi menteri tanpa portofolio pada 6 Juni 1942 yang berarti, menteri yang tidak memimpin sebuah departemen. Dalam pengangkatan Soejono semagai Menteri tanpa portofolio Gerbrandy, dalam pidato pembukaan sidang kabinetnya, mengatakan, "...saat bersejarah, karena sekarang untuk pertama kalinya seorang putra bangsa Indonesia menjadi anggota Pemerintah Belanda". Kata Gerbrandy dengan di sambut tepuk tangan yang meriah.

Tak hanya di posisi bagian menjadi Menteri saja ada kalangan darah Indonesia menjadi anggota Parlemen yaitu Roestam Effendi dan L.N. Palar. Menurut sejarawan Harry A. Poeze dalam Di Negeri Penjajah, sebenernya pengangkatan beliau menjadi seorang Menteri bertujuan untuk memperlihatkan kepada sekutu-sekutu Belanda terutama sekutu terdekatnya yaitu Amerika Serikat bahwa Belanda ini bukan Negara Kolonial yang reaksioner. Maka dari sinilah sekutu perlu memperhatikan Nasib Bangsa Indonesia kedepan setelah berhentinya PD II.



Kemudian soejono melakukan pembicaraan kepada ratu Wilhelmina mengenai kondisi politik Belanda dan Mengenai kondisi Koloni Belanda di Hindia (Indonesia)pasca Berhentinya PD II. Hasil dari pembicaraan ini Ratu Wilhelmina menyampaikan pidatonya 7 Desember 1942.



Soejono pun mengajukan nota pada Oktober 1942, nota tersebut berisi bahwa banyak orang Hindia Belanda yang tidak setuju dengan rencana Belanda tersebut. Belanda harus memberilan opsi bahwa Hindia Belanda harus lepas dari tangan kolonialisme sesuai dengan perang yang telah usai dan akan tetap menghormati Konstitusional dengan Belanda. Pada tahun yang sama di bulan Oktober Soejono melakukan sidang kabinet sebanyak 3 kali kepada rekan-rekannya, khususnya menteri-menteri dari SDAP (Partai Buruh Sosial Demokrat), tapi itu semua tidak di dengarkan dan membuat Soejono marah besar.

Dengan adanya Pidato yang seperti itu dan rekan-rekannya yang tidak menanggapi sidang kabinet sebanyak 3 kali. Soejono menginginkan adanya pengakuan dari Negara Belanda agar Prinsip hak menentukan nasib bangsa sendiri bisa terlaksana.



Pada tanggal 5 Januari 1943 Adipati Ario Soejono wafat pada umur ke 56 tahun di London Inggris, setalah 7 bulan menjadi Menteri Belanda di Kabinet Gerbrandy. Diperkirakan kematian beliau karena kondisi cuaca yang tidak terbiasa. Beliau memiliki seorang Putra bernama Irawan Soejono, ia meninggal kala berperang melawan Nazi di Belanda pada tanggal 13 Januari 1945.


Jangan lupa gan setelah membaca Thread sejarah ini kasih dan
Terima kasih Gan and Sis