jambiserucomAvatar border
TS
jambiserucom
Harga Rokok Naik, “Ahli Hisap” Sesak Nafas


Harga rokok tahun ini bakal naik. Kenaikannya sebesar 35 persen. Misalnya jika sebelum kenaikan sebungkus rokok Rp 23 ribu, maka setelah kenaikan menjadi Rp 31.050 per bungkus. Ini membuat para perokok -khususnya di Jambi- mulai sesak nafas.

Bagaimana langkah antisipasi para “ahli hisap” -sebutan bagi perokok aktif-? Berikut penelusuran Biru (Jambiseru.com) di sekitaran Kota Jambi sepekan terakhir.

——-

Harga rokok boleh naik. Tapi para “ahli hisap” ogah langsung berhenti gara-gara kenaikan ini. Mereka lebih memilih usaha lain seperti menurunkan selera hingga beralih ke rokok elektrik atau sejenis vape.

Seperti diakui Edi Regar, pedagang rokok di kawasan Mayang, Kota Jambi. Kata dia, para pelanggannya sudah sejak akhir tahun lalu membahas soal rencana pemerintah menaikkan cukai rokok. Rata-rata mulai resah mengingat ketika harga rokok naik, maka pengeluaran harian juga otomatis bakal naik.

Sebagian pelanggan Edi memilih untuk menurunkan selera. Dengan berganti ke merek rokok lebih murah, langkah ini diakui para pelanggan cukup membantu.

“Seperti langgananan saya, biasaya dia beli rokok Malboro merah harga Rp 25 ribu, naik menjadi Rp 30 ribu, jadinya dia membeli rokok Surya dengan harga Rp 25 ribu,” aku Edi, Minggu (5/01/2020).

Selain itu, Edi sempat mengkritik kebijakan pemerintah yang ingin mengurangi pecandu rokok dengan menaikkan cukai rokok. Kata Edi, ini cara yang salah.

“Karena untuk berhenti merokok butuh waktu yang lama. Coba tanya sama perokok, bisa ndak langsung berhenti?” tutur Edi.

Apalagi dengan menaikkan cukai tembakau, tentu ini membuat merugikan petani tembakau. Belum lagi jika pajak rokok tinggi namun tak disalurkan ke sektor yang tepat, ini malah akan menyengsarakan negara.

BACA JUGA :
rudapaksa Ratusan Korban di Inggris, Pria Asal Jambi Dihukum Semur Hidup


“Kalau rokok naik tapi pendidikan murah, boleh bae lah. Ni dak, rokok naek, pendidikan masih tinggi,” ungkap Edi, bijak.

Lain Edi, lain pula Amin. Salah seorang perokok aktif di Kota Jambi ini mengaku tak begitu peduli dengan cukai rokok naik atau ke mana pajak rokok digunakan. Yang ia peduli adalah bagaimana keberlangsungan gaya hidup merokok dirinya.

Amin mengaku pernah mencoba beralih ke rokok elektrik. Tapi gagal.

“Saya tak terbiasa. Jadinya saya tetap saja merokok selama harganya masih di bawah Rp 50 ribu,” ungkap Amin.

Fahmi, “ahli hisap” lain juga tak peduli dengan kenaikan harga rokok. Kata dia, merokok tetap jalan, tinggal menyesuaikan anggaran.

“Kalau misalnya sekarang beli rokok merek ini harganya Rp 23 ribu, besok pas yang rokok ini naik tinggal lihat rokok mana yang harganya Rp 23 ribu. Pokoknyo merokok jangan putus,” aku Fahmi sambil tertawa.

Menurutnya, jika sehari tidak merokok, hidupnya ada yang kurang.

“Dak merokok kayak orang gilo. Dak tau apo nak digawekan,” jelasnya.

Sementara, di mata emak-emak, kenaikan harga rokok merupakan kabar gembira dan penuh harapan.

Ditanya adakah keinginan untuk berhenti? Dia mengakui ada. Namun tidak tahu caranya.

“Kalau ada terapi yang jitu, langsung buat berhenti, saya mau ikut,” tegasnya.

Keinginan berhenti merokok juga diakui Eli, ibu rumah tangga di kawasan Telanaipura. Kata dia, sejak kabar rokok bakal naik mencuat, banyak bapak-bapak yang mengutarakan niat berhenti merokok.

Kabar ini membuat dirinya bahagia. Namun, ia tak tahu ada atau tidak layanan khusus untuk pecandu rokok berhenti di Kota Jambi.

“Paling Saya menganjurkan mereka tanya ke dinas kesehatan atau ke Puskesmas terdekat,” aku Eli.

Mau Berhenti Merokok? Datanglah ke Puskesmas Terdekat

Baiklah, apakah ada layanan berhenti merokok tersedia di Kota Jambi? Biru (Jambiseru) mendatangi Dinas Kesehatan Kota Jambi. Di sini didapat jawaban yang lumayan memuaskan.

Ternyata, di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jambi sudah ada layanan atau program berhenti merokok.

“Di Perwal nomor 3 tahun 2017 cuma mengatur kawasan tanpa asap rokok, di situ tidak ada disebutkan layanan berhenti merokok. Jadi, kalau ingin berhenti merokok silakan ke puskesmas terdekat, di sana ada programnya,” jelas Nurhayati, seorang staf di Dinkes Kota Jambi.

Usai mendapat informasi itu, Biru (Jambiseru) meluncur ke Puskesmas Rawasari Beliung di Jalan TP Sriwijaya. Di puskesmas ini ternyata memang sudah disediakan program berhenti merokok. Namanya, program UBM (Upaya Berhenti Merokok).

Desita, staf yang memegang program UBM di Puskesmas ini menjelaskan, sebelum ikut program ini, calon pasien terlebih dahulu harus menjalani tes.

Tingkat kecanduan pasien akan dites melalui alat khusus yang bernama Smokerlyzer.

“Caranya kita menahan napas selama beberapa detik, terus dihembuskan ke alat ini, untuk mendekteksi kadar Co2 yang berada di dalam tubuh pasien kita,” paparnya.

Desita juga menjelaskan, normalnya kadar Co2 yang berada dalam tubuh kurang dari 1 persen, jika ada yang lebih dari itu, maka akan diberi bimbingan.

“Bagi perokok aktif kadar Co2-nya berada di angka 2,39 persen, maka kita akan berkomitmen sama pasien untuk mengurangi ataupun berhenti merokok,” jelasnya.

Begitu perokok aktif tadi dinyatakan layak ikut program UBM, baru dibimbing dan diberi penanganan khusus. Berikutnya, setiap seminggu sekali pasien diwajibkan datang ke puskesmas.

“Kita akan tanyakan apakah mereka mengurangi atau sama saja. Karena untuk para perokok aktif ini jika ingin sehat, dimulai dari niat masing-masing, kita hanya memberi bimbingan dan pelayanan,” lanjutnya.

Desita melanjutkan, selama ini, para “ahli hisap” yang dilayaninya kebanyakan mengurangi dari pada berhenti.

“Kita ada juga pelayanan di luar puskesmas, seperti di lapas dan di sekolah-sekolah. Untuk biayanya di dalam maupun di luar puskesmas gratis,” tutupnya.(yog)


Artikel ini sudah diterbitkan di Jambiseru.com

sebelahblog
4iinch
nona212
nona212 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
5.4K
118
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan