- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Lagi Ulah Oknum Pejabat Kota Tangerang Ketika Bencana Banjir Berlangsung


TS
sukamakanteman
Lagi Ulah Oknum Pejabat Kota Tangerang Ketika Bencana Banjir Berlangsung

Quote:
Disclaimer. Ini cerita subjektif saya saja, dan semoga tidak dijadikan bahan untuk mendiskreditkan siapa pun.
Ketika saya sampai di Perumahan Wisma Tajur, saya melihat anak muda berbaju merah pudar itu sudah sibuk di dekat gapura kompleks. Ia bersama seorang warga bernama Pak Hendri dan seorang ketua RT, mengatur evakuasi dan distribusi logistik. Di tangannya ada sebuah buku yang berisi catatan warga di mana saja yang belum dievakuasi. Hanya ada satu perahu karet milik BNPB. Satu perahu karet lagi barusan ditarik untuk dipindahkan ke Pondok Bahar.
Perumahan Wisma Tajur ini salah satu wilayah banjir terparah di Tangerang. RW 07 yang terdiri dari sekitar 600 rumah, semua terendam. Tadi malam air mencapai atap, tapi Kamis siang sudah surut sampai sedada. Lokasinya hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari kompleksku. Saya melipir ke situ karena permintaan kantor untuk live report, setelah mengungsikan keluargaku ke tempat yang aman. Kompleksku juga kebanjiran, tapi tidak separah Wisma Tajur. Di tempatku "cuma" sepinggang.
Dari obrolan sekilas dengan anak muda itu, saya tahu kalau dia bukan warga setempat. Ia pekerja NGO dan kebetulan ibu mertuanya juga terjebak di dalam kompleks. Dia mengaku pengantin baru. Sudah dari semalam di situ. Entah perintah kantor atau karena inisiatifnya sendiri, dia mengambil peran sebagai "kordinator". Saya mengenal beberapa anak muda seperti ini. Mereka yang gampang tergerak tanpa harus menunggu birokrasi. Bleeding heart, sebutannya.
Saya perhatikan dia memang cukup berperan. Dia mengkordinir pemasangan jalur tambang supaya warga bisa masuk sendiri membawa logistik atau mengevakuasi keluarga tanpa perlu menunggu perahu.
Saya lihat dia agak keteteran, jadi saya putuskan untuk membantunya, sambil saya mengumpulkan bahan liputan untuk kantor. Saya bantu mengumpulkan logistik yang mau diantar per blok. Untungnya, tak lama kemudian, 5 orang tentara datang. Saya jelaskan kondisinya dan mereka bersedia membantu mengantar logistik untuk warga yang masih bertahan di dalam. Tapi data siapa yang harus dievakuasi dan diantarkan logistik, tetap dipegang oleh anak muda itu. Kita sebut saja namanya R.
"Baru gue lihat ada wartawan abis kerja turun ngebantu, Bang," katanya.
Saya bilang rumah saya juga kebanjiran, dan secara geografis ini masih wilayah tetangga saya juga.
"Biasanya langsung ngopi," katanya lagi. Saya tertawa.
Semua lancar dan baik saja, sampai kemudian datang seorang bapak berbaju biru itu.
"Siapa kamu? Datang malah ngatur-ngatur!" teriaknya. Dia marah dan kelihatannya merasa dilangkahi wewenangnya oleh R.
Ia memarahi R dengan kata-kata keras dan menyebut dirinya sebagai pejabat kecamatan yang lebih bertanggungjawab.
Saya menarik R mundur dan menenangkannya. Istri R yang juga ada di situ menunggu ibunya dievakuasi, memeluk R.
"Tenangin suamimu, Mbak." Saya bilang begitu.
Beberapa orang, termasuk petugas Babinsa, menarik si bapak pejabat.
R mengangkat tangannya yang menggenggam buku itu ke atas.
"Saya buang ini sekarang!" katanya menahan marah.
Dan memang, catatan siapa yang sudah dan masih harus dievakuasi itu, cuma R yang pegang. Perangkat RW mempercayakan padanya.
Ketika kemudian petugas Tagana Baznas datang, R menyerahkan catatannya itu kepada rescuer dan dia sendiri menepi entah ke mana. Mungkin menenangkan diri.
Saya berusaha memahami situasinya. Beberapa warga yang saya tanya, jelas membela R.
"Dia sudah dari semalam bantu kita," kata seorang ibu.
"Tak apa, Mas, warga juga tau kok siapa yang kerja," kata seorang remaja yang sedari tadi saya lihat memandu perahu karet. Badannya basah kuyup.
Saya sempat merekam ketika pejabat itu memarahi R dengan kata-kata keras sambil menyebut siapa dirinya. Tapi saya simpan untuk diri sendiri saja.
Saya juga tak tahu lagi ke mana sang pejabat pergi setelah itu. Saya baru bertemu dia lagi di posko ketika Wakil Walikota datang meninjau.
Saya beli sebotol teh Pucuk Harum. Meminum tegukan pertama.
Pak Wawali disambut para perangkat, yaitu ketua RW, Lurah, dan oh juga bapak yang marah-marah tadi. Setelah itu mereka berfoto dengan mandatory style: memberi jempol atau mengepalkan tangan.
Barangkali di tegukan keempat atau kelima teh pucukku, rombongan itu sudah pamit pergi lagi.
Saya dengar seseorang berteriak. Hidup, Pak Wakil! Tahun depan Wali Kota!"
Saya mengerjakan tugasku live by phone ke kantor, dan setelah itu pergi mencari R. Saya melihat ia menggendong bayi yang tampak lemah. Ibu si bayi mengikut di belakangnya. Bayi itu demam dan butuh bantuan medis.
Saya arahkan ke posko tempat tadi para bapak pejabat itu berfoto.
"Lo naik apa, Bang?" tanyanya. Bayi yang dia gendong itu tersingkap sarungnya. Mungil sekali. Saya jadi ingat Rain, dan hampir menangis lagi setelah tadi melihat anak kecil yang popoknya penuh itu.
"Motor," kataku.
"Ntar gue nebeng lo pulang ya."
Saya iyakan. Saya menunggunya di dekat motorku terparkir, tapi dia tak juga muncul. Kepalaku agak pening dan pertigaanku mulai terasa lembab setelah terendam sepaha tadi.
Saya memutuskan pulang duluan. Saya berharap, mudah-mudahan nanti kami bisa berjumpa lagi di tempat yang lebih kering dan tak ada orang teriak-teriak.
Quote:
pertama saya akan mengomentari mas R yang masih peduli orang-orang sekitar yang kesusahan walaupun memang dia adalah salah satu anggota NGO yang sering membantu kesusahan warga akan tetapi perjuangannya tanpa lelah membantu mengevakuasi korban serta membagi-bagikan logistik agar warga yang terkena banjir tidak kekurangan dan kesusahan tidak semakin buruk kondisinya.
Disini saya coba memposisikan sebagai warga yang berada di sekitar banjir tersebut kenapa orang-orang terima saja diatur-atur oleh mas R. Karena mungkin setelah beberapa hari orang ( dan petugas mungkin) mengetahui kinerjanya ketika membantu warga yang kebanjiran dengan ikhlas dan tulus.
Disini karena lagi-lagi karena ulah oknum pejabat membuat citra pejabat terlihat jelek di masyakat. Padahal banyak pejabat-pejabat yang tidak seperti orang ini. Tapi karena ulah beberapa orang seperti oknum ini akhirnya citra pejabat akhirnya terlihat jelek di mata mssyakat.
Budaya cari muka kepada atasan memang sering terjadi di Indonesia sayang saja oknum pejabat ini salah tempat dan salah moment masa bencana di jadikan tempat cari muka. Sudah datang ke tempat bencana marah-marah ke orang yang telah membantu mengevakuasi korban banjir tanpa tahu apa yang dia perbuat. Sedangkan ketika ada atasanya (wakil walikota tangerang) dia segera tampil di depan seolah mencari muka kepada wakil walikota tersebut. Walaupun sudah sering di Indonesia tapi maaf pak banjir ini bencana warga tolong jangan bapak cari muka dan tunjukan sedikit empati. Walaupun wakil walikota tidak tahu apa yang dilakukan oleh bapak itu. Akan tetapi warga dan orang yang tahu akan jijik dan kesal karena perilaku bapak oknum pejabat tersebut.
Disini saya coba memposisikan sebagai warga yang berada di sekitar banjir tersebut kenapa orang-orang terima saja diatur-atur oleh mas R. Karena mungkin setelah beberapa hari orang ( dan petugas mungkin) mengetahui kinerjanya ketika membantu warga yang kebanjiran dengan ikhlas dan tulus.
Disini karena lagi-lagi karena ulah oknum pejabat membuat citra pejabat terlihat jelek di masyakat. Padahal banyak pejabat-pejabat yang tidak seperti orang ini. Tapi karena ulah beberapa orang seperti oknum ini akhirnya citra pejabat akhirnya terlihat jelek di mata mssyakat.
Budaya cari muka kepada atasan memang sering terjadi di Indonesia sayang saja oknum pejabat ini salah tempat dan salah moment masa bencana di jadikan tempat cari muka. Sudah datang ke tempat bencana marah-marah ke orang yang telah membantu mengevakuasi korban banjir tanpa tahu apa yang dia perbuat. Sedangkan ketika ada atasanya (wakil walikota tangerang) dia segera tampil di depan seolah mencari muka kepada wakil walikota tersebut. Walaupun sudah sering di Indonesia tapi maaf pak banjir ini bencana warga tolong jangan bapak cari muka dan tunjukan sedikit empati. Walaupun wakil walikota tidak tahu apa yang dilakukan oleh bapak itu. Akan tetapi warga dan orang yang tahu akan jijik dan kesal karena perilaku bapak oknum pejabat tersebut.
Quote:
Diubah oleh Kaskus Support 06 04-01-2020 12:00






4iinch dan 81 lainnya memberi reputasi
80
27.2K
Kutip
250
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan