Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

jkamy02Avatar border
TS
jkamy02
The Darkside of Bawang Merah & Bawang Putih
The Darkside of Bawang Merah & Bawang Putih
****


The Darkside of Bawang Merah & Bawang Putih

*****

"Putih! Apa ini?" Teriakan melengking akhirnya sampai juga di telinga seorang gadis. Gadis pucat dan kurus itu tergopoh-gopoh mendekat ke sumber suara. Dua wanita berkacak pinggang, menatap galak ke arahnya.

"Bajuku kotor, cuci, ya!" Gadis berpakaian serba merah melempar keranjang berisi baju kotor.

"Ini juga," ucap wanita berpakaian serba hitam melempar sepatu berhak runcing ke arahnya. Gadis yang dipanggil Putih itu hanya meringis menahan sakit dan perih. Keranjang dan sepatu yang tadi dilempar menggores lengannya, perih.

"Tapi aku masih masak ... aw!" Belum juga Putih selesai protes, dia menjerit kesakitan. Luka sedikit akibat goresan kini mengeluarkan darah segar.

Wanita berpakaian hitam memainkan jemari panjangnya yang mengeluarkan asap hitam.

"Kerjakan, atau kubuat lebih sakit!" ancamnya dengan meremas jari membuat Putih semakin menjerit. Gadis bergaun merah tertawa senang.

"Mau kutambah?" tanyanya mendekat. Putih menggeleng cepat, tapi terlambat. Jemari si Merah menancap di pipinya, membuat wajah Putih memucat dan kaku.

Gadis itu lantas mendorong Putih hingga terjatuh ke lantai, menangis menahan sakit.

Begitulah kehidupan Putih bersama ibu dan saudari tirinya. Dua wanita yang hadir setelah kematian sang ibu lima tahun lalu. Saat sang ayah ada di sampingnya, mereka akan memperlakukan Putih sebaik mungkin. Namun, berbeda saat sang ayah pergi.

Siksaan dan ancaman selalu diterima Putih. Apalagi kini sang ayah sudah meninggal dunia dua bulan yang lalu. Ada saja kesalahan yang membuat mereka marah. Padahal, Putih selalu berusaha melakukan semua perintah mereka dengan benar.

**********

Putih sempoyongan berjalan menuju sungai di belakang rumah. Darah di lengannya masih terus merembes. Luka di pipinya pun belum reda. Gadis itu hanya mampu meringis.

Putih celingukan menatap sekeliling hutan. Gelap, sepi, dan tentu saja menyeramkan. Meskipun hari sudah pagi, gadis itu tetap waspada. Ibu tirinya sengaja membuat roh jahat di sekitar hutan selalu terjaga. Tujuannya hanya satu, menakuti Putih jika dia sewaktu-waktu membangkang.

"Ayah, kenapa ayah tidak membawa Putih saja? Mati mungkin lebih baik, Yah," ratapnya sembari mengucek baju di atas batu.

"Jangan bersedih, Sobat!" Putih terkesiap. Dia menatap sekeliling mencari sumber suara.

"Aku di sini!" Putih terlonjak ke belakang mendapati seekor ikan berwarna hitam muncul ke permukaan. Sisik hitam legamnya mengilap tertimpa sinar matahari. Ikan itu terlihat menyeramkan karena matanya merah menyala dan barisan gigi tajam yang mengerikan.

"Si-siapa kau?" tanya Putih ketakutan. Ikan itu perlahan berenang mendekat, dan berhenti tepat di bawah kaki Putih.

"Ulurkan tanganmu!" perintahnya. Putih mendekat ragu-ragu dan mendekatkan luka di lengannya. Ikan ajaib itu mengeluarkan cairan merah dari mulutnya. Ajaib, luka di lengan Putih sembuh total tak berbekas.

"A-pa ... siapa sebenarnya kau ini?" tanya Putih. Matanya menatap takjub. Kain kotor yang dibawanya bergerak sendiri, tenggelam dalam air kemudian kembali ke dalam keranjang dalam keadaan bersih. Semua berkat perintah sang ikan.

"Aku sudah lama memperhatikanmu. Aku kasihan padamu," ucap sang ikan. Putih kembali bersedih. Berurai air mata gadis itu menceritakan semua perjalan hidupnya.

"Bawa aku pulang, aku akan membantumu!" perintah sang ikan. Setelah berpikir sejenak, Putih setuju. Dibawalah sang ikan ke rumah dan meletakkan hewan itu di dalam tempayan besar, di kamarnya.

*******

"Bagaimana kau melakukannya?" Putih terkesiap bangun. Bentakkan dan guyuran air hangat membangunkannya. Ada ibu tirinya yang membawa segelas air. Hanya segelas, tapi itu membuat Putih basah kuyup.

"Melakukan apa?" tanya Putih kebingungan.

Merah mendekat. Dia memutar-mutar jari telunjuknya membuat gumpalan asap merah.

"Jawab saja! Atau aku akan ...." Putih menjerit kesakitan karena Merah sudah mengarahkan asap itu ke mata si Putih.

"Ampun! Aku tidak melakukan apa-apa!" teriak Putih. Namun, dua wanita itu tidak menggubris.

Cahaya hitam dari tangan sang ibu dan cahaya merah dari telunjuk Merah bersatu, menggumpal di udara lantas menghantam Putih. Gadis malang itu terhenyak ke dinding dan beberapa kali terbatuk. Dari mulutnya memuntahkan cairan merah kehitaman.

"Bagaimana bisa kamu menyelesaikan cucian itu dengan cepat?" tanya Merah dengan membentak.

"Kau mulai menggunakan sihir, ya?" Kali ini sang ibu mendekat. Jemari runcingnya meremas pipi Putih. Gadis itu meronta kesakitan. "Jawab!" teriaknya. Jemari itu membara, membuat pipi pucat Putih melepuh. Gadis itu tak berdaya.

"Kekuatan sihir ibunya pasti sudah hidup, Bu. Kita harus segera melenyapkannya!" Merah mendekat dan memeriksa tubuh Putih. Gadis itu terkejut ketika menatap lengan atas Putih yang bercahaya.

"Lihat, Bu!" Merah menunjuk tatoo di lengan Putih yang mengeluarkan cahaya kekuningan. "Ayo, Bu! Kita tidak boleh membiarkan ini terjadi."

Sang ibu mengangguk. Dia menarik rambut panjang Putih hingga ke tengah ruangan. Gadis malang itu sudah tidak bergerak. Kondisinya mengenaskan. Pucat pasi dengan pipi yang menderita luka bakar parah.

Merah mengambil belati dari meja, sang ibu membuka liontin berbentuk tengkorak. Mulut wanita awet muda itu komat-kamit. Merah mulai menggores telapak tangannya dengan belati. Darah mengucur deras. Sang ibu menampung tetesan darah sang putri di dalam liontinnya. Asap kelabu membumbung tinggi.

Mereka saling pandang dan mengangguk. Tangan mereka bersatu, meraih gumpalan asap dan ....

Terdengar jerit kesakitan disertai bunyi berdebam. Merah terkapar dengan mulut berdarah sedangkan sang ibu menabrak tembok dengan wajah terbakar.

"Sial!" umpat Merah yang segera merangkak kesakitan. Namun, dia lantas menjerit ketika sebuah tongkat berujung runcing menusuk kepalanya hingga tembus. Sesosok mengerikan menekan ujung tombak dengan kuat. Kaki berdurinya menginjak punggung Merah.

"Tidak!" Sang ibu tiri menjerit menatap putrinya menggelepar dengan kepala yang perlahan hancur karena kekuatan tombak. Makhluk yang menginjak putrinya menatap tajam. Mata merah itu tepat menatap mata sang ibu tiri. Perlahan mata sang ibu tiri melepuh dan berlubang. Dia menjerit.

Makhluk bersisik dengan tangan dan kaki berduri itu mendekati sang ibu tiri. Tombaknya menekan dada sang wanita yang tengah sekarat.

"Harusnya wanita jahat sepertimu kuhabisi dari dulu," ucapnya dengan suara menakutkan. Sang wanita jahat menjerit kesakitan karena kini tombak si makhluk sudah menembus dadanya.

Tubuh wanita itu perlahan meleleh dengan bau anyir menyengat. Lantas terbakar dengan sendirinya. Makhluk mengerikan itu perlahan berubah menjadi seekor ikan yang siang tadi dibawa pulang oleh Putih. Dia beringsut mendekati Putih dan meniupkan asap biru yang menyelimuti Putih.

Perlahan gadis itu menggeliat. Matanya mengerjap. Jemari lemahnya mengusap wajah dan terkejut. Lebih terkejut lagi saat mendapati seekor ikan di depannya.

"Kamu? Apa yang kamu lakukan?" Putih menatap sekeliling. Dia terkejut melihat Merah dan Ibu tirinya yang sudah tidak berbentuk lagi.

"Kamu membunuhnya?" Putih mulai menangis. Dia mencoba meletakkan kepala Merah di pangkuannya. Gadis itu meraba wajah yang tak terbentuk lagi.

"Mereka jahat, Putih! Mereka pantas mendapatkannya!" ucap si ikan.

Putih menggeleng. "Tidak! Hanya mereka yang kupunya. Aku tidak punya siapa-siapa lagi, huhuhu ...." Putih meratap dan memeluk jasad saudarinya. Tak peduli jika darah dan gumpalan daging menempel di tubuhnya. Gadis itu menggeleng melihat sang ibu tiri yang hangus.

"Aku akan menjadi temanmu, seperti janjiku pada ibumu." Putih menatapnya tak percaya.

"Ibuku?"

"Ibumu yang memintaku melakukan ini."

Putih menggeleng. "Aku tidak mau punya kekuatan itu. Aku tidak mau menjadi jahat ... seperti kalian." Putih terisak. Dia menatap tanda di lengan atasnya. Tatoo berbentuk burung Phoenix itu sudah ada sejak dia lahir. Sebuah kelebihan yang entah harus dikutuk atau disyukuri olehnya.

"Ini akan menyala saat kamu sudah dewasa, saat sudah tiba waktunya. Dan kamu bisa menggunakannya." Itu adalah pesan sang ayah. Sejak itu Putih selalu menyembunyikan tanda itu. Hingga tanda tersebut menyala beberapa saat yang lalu. Saat sang ibu dan saudari tirinya curiga dan hendak membunuhnya.

Sang ikan terdiam. Dia tahu, Putih bisa saja menggunakan kekuatannya, tapi dia memilih untuk diam dan pasrah. Kini dia sadar mengapa gadis baik itu diberi nama Putih.

"Aku pikir, mati lebih baik. Supaya aku bisa bertemu ayah dan ibu di sana," lirih Putih tertunduk. "Terima kasih sudah membantuku. Maukah kau mejadi temanku?" tanya Putih pelan. Dia menggerakkan jemarinya yang kemudian membentuk asap keuunguan. Benda itu menyelimuti sang ikan. Tak berapa lama kemudian, seorang wanita cantik seusia Putih tercipta dari balik asap. Putih tersenyum dan menyambutnya.

"Selamat datang di dunia manusia," ucap Putih menyambutnya.

Mereka lantas hidup bahagia menjadi sepasang sahabat. Putih memberinya nama Maish, Maid Fish.
*****

END
Baturaja, 05122019

Belajar Bersama Bisa
Tungguin cerita fantasi lainnya, ya.
Diubah oleh jkamy02 08-01-2020 08:07
ayya83
tata604
lina.wh
lina.wh dan 7 lainnya memberi reputasi
8
2.1K
24
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan