- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Gimana Nih Pak Jokowi? APBN Amburadul di Ujung 2019


TS
nevertalk
Gimana Nih Pak Jokowi? APBN Amburadul di Ujung 2019

Pertumbuhan ekonomi global pada tutup tahun ini pun diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 3%. Artinya terjadi kemerosotan dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang mampu tumbuh 3,6%.
Fenomena resesi ekonomi di beberapa negara memberikan dampak terhadap perekonomian dunia dan menjadi tambahan faktor ketidakpastian setelah sebelumnya berasal dari perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).
Kemerosotan ekonomi dunia juga memberikan dampak terhadap perekonomian tanah air. Buktinya, sampai akhir November tahun ini banyak asumsi dasar makro yang masih di bawah target. Bahkan, penerimaan negara seret sehingga utangnya membengkat.
Pemerintah sendiri mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2019 tidak akan mencapai target. detikcom sudah merangkum pemberitaan tentang realisasi APBN 2019. Berikut rangkuman beritanya.
Asumsi makro dalam APBN 2019 per November 2019 banyak yang tidak capai target. Hanya tingkat inflasi yang sejalan dengan asumsi dasar ekonomi makro.
Hal itu terungkap saat konferensi pers APBN Kita di Gedung Kemenkeu, Kamis (19/12/2019). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan capaian asumsi makro tersebut.
"Inflasi terjaga sesuai dengan target sampai dengan hari ini yaitu year to date 2,37%," kata Sri Mulyani.
Berikut asumsi dasar makro ekonomi di APBN 2019 dengan realisasi APBN per November 2019:
-Pertumbuhan ekonomi: 5,3% vs 5,02% (Per Triwulan III)
- Inflasi : 3,5% vs 3,0%
- Nilai tukar rupiah (Rp/US$) : 15.000 vs 14.152
- SPN 3 Bulan: 5,3% vs 5,62%
- Harga minyak mentah: US$ 70 vs US$ 61,9
- Lifting minyak: 775.000 vs 742.000
- Lifting gas: 1.250.000 vs 1.049.000
Kementerian Keuangan mencatat jumlah utang pemerintah naik lagi. Sampai akhir November tahun ini jumlahnya tembus Rp 4.814,31 triliun atau lebih tinggi dari posisi bulan sebelumnya yang mencapai Rp Rp 4.756,13 triliun.
Hal itu disampaikan pemerintah pada saat konfrensi pers APBN KiTa di gedung Djuanda I Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat. Dengan bertambahnya jumlah utang pemerintah pun diikuti dengan rasio utang, yakni menjadi 30,03% dari produk domestik bruto (PDB).
Mengutip data APBN KiTa, Jakarta, Kamis (19/12/2019), utang pemerintah tercatat meningkat Rp 418,34 triliun jika dibandingkan dengan November 2018. Tercatat bahwa jumlah utang Pemerintah di November 2018 sebesar Rp 4.395,97 triliun.
Total utang pemerintah yang mencapai Rp 4.814,31 triliun terdiri dari pinjaman dan surat berharga negara (SBN). Jika dari pinjaman totalnya pinjaman yang sebesar Rp 770,04 triliun, rinciannya pinjaman dalam negeri sebesar Rp 8,09 triliun, pinjaman luar negeri Rp 761,95 triliun.
Sedangkan utang pemerintah yang berasal dari SBN mencapai Rp 4.044,27 triliun. Di mana terdiri dari SBN denominasi rupiah sebesar Rp 2.978,74 triliun dan valas sebesar Rp 1.065,53 triliun.
Meski utang pemerintah mengalami peningkatan, namun rasionya masih dalam level yang aman. Sebagaimana diatur oleh UU 17/2013 tentang Keuangan Negara.
Batas maksimal utang pemerintah adalah sebesar 60% dari PDB. Sedangkan saat ini baru mencapai 30,03% sehingga terbilang masih aman.
Benarkah pemerintah masih gali lubang tutup lubang?
Anggaran keseimbangan primer pemerintah bengkak 503,79% dari target APBN 2019 yang sebesar Rp 20,11 triliun. Sampai akhir November tahun ini anggarannya mencapai Rp 101,31 triliun.
Keseimbangan primer dalam APBN merupakan penerimaan dikurangi belanja negara, namun tidak memasukkan komponen pembayaran bunga utang. Artinya, bila keseimbangan primer bisa surplus, pemerintah tidak memerlukan utang baru untuk membayar pokok cicilan utang yang lama.
Sebaliknya, jika keseimbangan primer negatif maka pemerintah perlu menerbitkan utang baru untuk membayar pokok cicilan utang yang lama alias gali lubang tutup lubang.
"Keseimbangan primer mencapai negatif Rp 101,31 triliun," seperti dikutip dari APBN KiTa, Jakarta, Kamis (19/12/2019).
Keseimbangan primer yang melonjak drastis dikarenakan penerimaan negara seret. Realisasi penerimaan negara baru Rp 1.677,11 triliun dari target Rp 2.165,11 triliun. Penerimaan yang bersumber dari perpajakan baru terkumpul Rp 1.312,4 triliun atau 73,5% dari target. Sedangkan realisasi belanja negara mencapai Rp 2.046,05 triliun atau sudah 83,14%.
Dengan capaian tersebut maka defisit anggaran sampai akhir November tahun ini mencapai Rp 368,9 triliun atau 2,29% dari produk domestik bruto (PDB). Di sisi lain, pembiayaan utang juga menjadi bengkak karena sudah mencapai Rp 442,9 triliun atau 123,3% dari target sebesar Rp 359,2 triliun.
Yang pasti penerimaan pajak tahun ini sangat loyo.
Hingga November 2019 penerimaan perpajakan mencapai Rp 1.312,4 triliun. Angka itu hanya mencapai 73,5% dari target yang ditetapkan dalam APBN 2019 sebesar Rp 1.786,4 triliun.
Meski masih jauh dari target, realisasi penerimaan perpajakan itu masih lebih tinggi dibandingkan posisi bulan yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.301,5 triliun.
"Penerimaan perpajakan lebih tinggi dibanding 2018. Meskipun kenaikannya sangat tipis," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara konferensi pers APBN Kita di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Kamis (19/12/2019).
Jika dilihat secara rinci penerimaan PPH migas hanya sebesar Rp 52,9 triliun. Angka itu turun dibandingkan bulan yang sama tahun lalu sebesar Rp 59,8 triliun.
"PPH migas mengalami kontraksi, ini karena tadi lifting turun, harga minyak rendah di bawah asumsi dan kurs menguat. Jadi pajak penghasilan kita yang ditargetkan Rp 66,2 triliun realisasinya baru Rp 52,9 triliun, PPH migas kita di bawah target," tuturnya.
[table][tr][td]Baca juga: Sederet Proyek Besar yang Siap Diresmikan Jokowi Tahun Depan[/td]
[/tr]
[/table]
Sementara untuk penerimaan pajak non migas hingga November 2019 hanya mencapai Rp 1.083,3 triliun atau 71,7% dari target. Angka itu naik dari posisi yang sama di 2018 sebesar Rp 1.076,9 triliun.
Namun, di dalam penerimaan pajak non migas itu ada kinerja PPN yang terkontraksi 4,1% dari Rp 459,9 triliun di November 2018 menjadi Rp 441,2 triliun.
Sementara untuk penerimaan kepabeanan dan cukai hingga November 2019 sebesar Rp 176,2 triliun atau mencapai 84,4%. Angka itu naik dibandingkan capaian November 2018 Rp 164,9 triliun.
Selanjutny
https://finance.detik.com/berita-eko...72.1577096810
TENANG 5 TAHUN MASIH BISA GALI LUBANG TUTUP LUBANG

SELAMA ADA CHINA YG MEMBANTU MINJAMIN
PASTI AMAN

Diubah oleh nevertalk 26-12-2019 13:43




4iinch dan sebelahblog memberi reputasi
2
706
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan