- Beranda
- Komunitas
- News
- Sains & Teknologi
Kapan Indonesia Mengeksplorasi Luar Angkasa, Bulan dan Benda Angkasa Lainnya?


TS
quae
Kapan Indonesia Mengeksplorasi Luar Angkasa, Bulan dan Benda Angkasa Lainnya?
HT #3 🔥


image source: parade.com
Ane langsung pokus ke Roket Seri Kartika gan..
Roket Versi Kartika hanya memiliki satu versi, yakni Kartika I.
Kartika I
Payload: 5 kg
Tinggi penerbangan maksimum: 60 km
Massa peluncuran: 220 kg
Panjang: 10,5 m

GIF
Bonus, Neng Marina




jangan lupa mampir ke thread ane yang lain ya gan..
Dilema Meminjamkan Uang, Pengalaman Kasih Pinjam ke Orang Malah Rugi Uang Melayang!
Ngeri, Yang Suka Horor Wajib Baca!
Kenapa Cebong dan Kampret dan sebangsanya selalu disebut di forum kaskus?
Selamat Sore Gan - Sist
aduh neng Sista cantiknya minta dikerokin
aduh neng Sista cantiknya minta dikerokin

Thread ane kali ini akan membahas soal

jeng.. jeng.. jeng..

image source: parade.com
“Kapan Indonesia ke Bulan?”
Quote:
Eksplorasi angkasa luar telah dimulai sejak lama. Uni Soviet (sekarang Rusia) dan Amerika Serikat telah lama menorehkan nama mereka dalam sejarah eksplorasi antariksa. Uni Soviet adalah negara pertama yang berhasil mengorbitkan manusia pertama kali dengan Kosmonot yang juga sekaligus Pahlawan Nasional Yuri Gagarin. Amerika Serikat, melalui NASA, mungkin selangkah lebih maju, momentum pendaratan Neil Amstrom, Edwin 'Buzz' Aldrian, dan Michael Collins di permukaan bulan pada Juli 1969 menjadi momentum penting umat manusia dalam menjelajahi antariksa lebih jauh lagi.
Kini, pemainnya tak lagi AS dan Rusia saja. Tiongkok, India, dan Uni Eropa, Jepang, bahkan perusahaan-perusahaan swasta seperti Space X, Blue Origin, dan lainnya sedang berlomba menjelajahi kemungkinan-kemungkinan baru di luar angksa.
Kini, pemainnya tak lagi AS dan Rusia saja. Tiongkok, India, dan Uni Eropa, Jepang, bahkan perusahaan-perusahaan swasta seperti Space X, Blue Origin, dan lainnya sedang berlomba menjelajahi kemungkinan-kemungkinan baru di luar angksa.
Lalu, kapan Indonesia akan menyusul?
Quote:
kita telusuri terlebih dahulu sejarah berdirinya LAPAN
Kronologi Pembentukan LAPAN

image source : wikipedia.org
Pada tanggal 31 Mei 1962, dibentuk Panitia Astronautika oleh Menteri Pertama RI, Ir. Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J. Salatun (selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI).

image by google
Tanggal 22 September 1962, terbentuknya Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan ITB. Berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri Kartika berikut telemetrinya.
Tanggal 27 November 1963, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN.
Kronologi Pembentukan LAPAN

image source : wikipedia.org
Pada tanggal 31 Mei 1962, dibentuk Panitia Astronautika oleh Menteri Pertama RI, Ir. Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J. Salatun (selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI).

image by google
Tanggal 22 September 1962, terbentuknya Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan ITB. Berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri Kartika berikut telemetrinya.
Tanggal 27 November 1963, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN.
Ane langsung pokus ke Roket Seri Kartika gan..

Quote:
Kartika I

image by google
Kartika I adalah roket penelitian Indonesia yang dibangun oleh LAPAN, AURI, Institut Teknologi Bandung, dan Pindad di bawah PRIMA (Proyek Pengembangan Roket Ilmiah dan Militer Awal). Roket ini diluncurkan pada 14 Agustus 1964 di Stasiun Peluncuran Roket LAPAN Pameungpeuk, Jawa Barat, menjadi roket penelitian pertama yang diluncurkan di Indonesia, dan yang kedua di Asia setelah Jepang melalui Kappa Rocket.

image by google
Kartika I adalah roket penelitian Indonesia yang dibangun oleh LAPAN, AURI, Institut Teknologi Bandung, dan Pindad di bawah PRIMA (Proyek Pengembangan Roket Ilmiah dan Militer Awal). Roket ini diluncurkan pada 14 Agustus 1964 di Stasiun Peluncuran Roket LAPAN Pameungpeuk, Jawa Barat, menjadi roket penelitian pertama yang diluncurkan di Indonesia, dan yang kedua di Asia setelah Jepang melalui Kappa Rocket.
Quote:
Pada tanggal 31 Mei 1962, pemerintah Indonesia di bawah Sukarno memulai eksplorasi aeronautika ketika Komite Aeronautika dibentuk oleh Wakil Perdana Menteri Indonesia I, Juanda, yang juga merupakan kepala Aeronautika Indonesia. Sekretaris Aeronautika Indonesia, RJ Salatun, juga terlibat dalam pendirian tersebut.
Pada 22 September 1962, proyek PRIMA dibentuk sebagai afiliasi AURI (Angkatan Udara Indonesia) dan ITB (Institut Teknologi Bandung). Hasil dari proyek ini adalah peluncuran roket seri "Kartika" ("bintang") dan persenjataan telemetri pada 14 Agustus 1964 di Stasiun Peluncuran LAPAN Pameungpeuk, Jawa Barat.
Proyek PRIMA sebagai salah satu sub-Proyek Roket Ionosfer Angkasa Luar Angkasa Luar yang dikenal sebagai "Proyek S" dipimpin oleh Laksda (Laksamana Muda) Udara Budiardjo dan Kolonel (Kolonel) Udara RJ Salatun.
Pada 22 September 1962, proyek PRIMA dibentuk sebagai afiliasi AURI (Angkatan Udara Indonesia) dan ITB (Institut Teknologi Bandung). Hasil dari proyek ini adalah peluncuran roket seri "Kartika" ("bintang") dan persenjataan telemetri pada 14 Agustus 1964 di Stasiun Peluncuran LAPAN Pameungpeuk, Jawa Barat.
Proyek PRIMA sebagai salah satu sub-Proyek Roket Ionosfer Angkasa Luar Angkasa Luar yang dikenal sebagai "Proyek S" dipimpin oleh Laksda (Laksamana Muda) Udara Budiardjo dan Kolonel (Kolonel) Udara RJ Salatun.
Spoiler for Roket Seri Kartika:
Roket Versi Kartika hanya memiliki satu versi, yakni Kartika I.
Kartika I
Payload: 5 kg
Tinggi penerbangan maksimum: 60 km
Massa peluncuran: 220 kg
Panjang: 10,5 m
Quote:
Jujur ane baru tahu kalau Indonesia adalah negara kedua di Asia yang mulai mengembangkan roket eksperimental. Ane sih tahunya yang RX gan, beberapa tahun yang lalu. Tiongkok dan India kalah dulu gan, tapi sekarang? Kitalah yang kalah, baik Tiongkok maupun India sudah sampai ke Bulan, sementara Indonesia masih berkutat dalam konflik sektarian, parah memang.
Jika Ir. Soekarno tidak lengser apakah sejarah akan berubah?
Itu mungkin saja terjadi, mengingat ketika pergantian tampuk kekuasaan dari orde lama ke orde baru banyak konflik berkepanjangan yang terjadi dan tentunya menguras energi yang besar pula.
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 berdampak nyaris ke semua sektor. Kegiatan di Lapan terhenti. Belum lagi berbagai fasilitas di Pusat Antariksa Lapan, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, rusak parah dilanda angin puyuh.
Menggenapi badai musibah itu, Nurtanio gugur di Bandung ketika sedang menguji coba pesawat, 21 Maret 1966. Lapan bak vakum 8 tahun lamanya meski posisi Nurtanio digantikan figur lain.
Jika Ir. Soekarno tidak lengser apakah sejarah akan berubah?
Itu mungkin saja terjadi, mengingat ketika pergantian tampuk kekuasaan dari orde lama ke orde baru banyak konflik berkepanjangan yang terjadi dan tentunya menguras energi yang besar pula.
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 berdampak nyaris ke semua sektor. Kegiatan di Lapan terhenti. Belum lagi berbagai fasilitas di Pusat Antariksa Lapan, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, rusak parah dilanda angin puyuh.
Menggenapi badai musibah itu, Nurtanio gugur di Bandung ketika sedang menguji coba pesawat, 21 Maret 1966. Lapan bak vakum 8 tahun lamanya meski posisi Nurtanio digantikan figur lain.
Spoiler for informasi tambahan:
Tahun 1974, Presiden Soeharto mengeluarkan surat keputusan yang isinya mempertegas fungsi Lapan untuk merintis dan mengembangkan kedirgantaraan guna kepentingan nasional. Lapan pun membangun Kantor Pusat Teknologi Dirgantara di Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Demi membangun fasilitas di Rumpin yang bak negeri antah-berantah, Salatun dan para pegawainya melakukan babat alas. Hutan belantara dengan binatang-binatang liar di dalamnya mesti mereka hadapi.
Di bawah Salatun, Lapan menggeliat. Roh baru ditiupkan. Lembaga itu hendak menyambung kerja Nurtanio yang terputus. Lapan mengkaji ulang dan melakukan riset atas pesawat Lipnur Trainer-200 yang dibuat Suharto, konsultan PT Chandra Dirgantara, untuk Lembaga Industri Pesawat Terbang Nurtanio (Lipnur) yang kemudian berganti nama menjadi IPTN.
Dari kajian atas LT-200 itu, riset berlanjut ke pesawat perintis Experimental Transport-400, juga rancangan Suharto, pria lulusan ITB dan Universitas Teknologi Braunschweig Jerman yang merupakan kawan Nurtanio.

Miniatur pesawat XT-400 terpancang di Bundaran Kompleks Pusat Teknologi Penerbangan Lapan.
Pembuatan XT-400 disorot dunia. Namun proyek tersebut dihentikan saat terjadi pergantian menteri. Tak sekadar itu, program riset Desain dan Konstruksi Pesawat Udara di Lapan disetop. Pusat Teknologi Dirgantara dicoret begitu saja dari Lapan pada 1978.
Keterputusan riset pun kembali dialami Lapan. Kali ini bahkan selama 33 tahun. Setelah jeda panjang itu, Lapan baru kembali memiliki Pusat Teknologi Penerbangan (Pustekbang) pada 2011.
Kesempatan untuk menghidupkan kembali Pustekbang muncul tak sengaja pada rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat. “Saat rapat dengar pendapat di DPR, kami diledek, ‘Lapan ini singkatan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, tapi mana hasil riset penerbangannya? Ganti saja jadi LAN (Lembaga Antariksa Nasional),’” kata peneliti senior Lapan, Sulistyo Atmadi, menirukan ucapan salah seorang anggota DPR.
Sindiran anggota DPR itu sesungguhnya berkah bagi Lapan, sebab mereka memang ingin meneruskan riset penerbangan. Apalagi pada Kepala Lapan otomatis melekat jabatan Komisaris PT Dirgantara Indonesia (dulu IPTN) seperti Kepala Staf TNI Angkatan Udara.
“Jadi waktu itu saya Komisaris PTDI dan Kepala Lapan. PTDI itu perusahaan industri pesawat terbang. Tapi di Lapan saat itu tak ada riset pesawat terbang,” ujar mantan Kepala Lapan Adi Sadewo, mengamini ucapan Sulistyo secara terpisah.
Lapan pun membuka Pustekbang dan mengaktifkan program Rancang Bangun Pesawat Terbang mereka. Pesawat N-219 menjadi riset perdana pascavakum dengan menggandeng PTDI. Lapan, sesuai Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008, berperan sebagai pusat riset dan pengembangan produk kedirgantaraan. Sementara PTDI sebagai pusat produksi.
Peraturan Presiden tersebut dianggap tepat karena PTDI pun dianggap membutuhkan bantuan. “Yang jalan di PTDI ketika itu proses produksi, misal membuat komponen untuk Boeing, tapi proses desain mandek,” ujar Sulistyo.
Lewat N-219, Lapan dan PTDI dua lembaga warisan para perintis dirgantara Indonesia bekerja sama erat. Transfer teknologi dilakukan kepada generasi muda.
“Kalau sampai telat sedikit, mereka yang punya pengalaman merancang pesawat di PTDI (pada era Habibie) sudah pada pensiun,” kata Sulistyo.
N-219 sesungguhnya merupakan rancangan PTDI yang belum rampung karena riset terkendala dana. Dibukanya Pustekbang Lapan membuat riset kembali dilanjutkan dengan biaya pemerintah dan melibatkan banyak tenaga ahli PTDI.
Konsistensi
Lapan kini juga mengembangkan pesawat pemantau ringan atau LSA (light surveillance aircraft) dan pesawat tanpa awak atau UAV (unmanned aerial vehicle) yang lebih dikenal dengan istilah drone. Keduanya diproyeksikan menjadi bagian dari sistem pemantauan maritim terintegrasi sesuai visi maritim Jokowi.
UAV tersebut nantinya diharapkan dapat pula digunakan untuk memantau perbatasan, pencurian ikan ilegal, pencurian kayu ilegal, pertanian, hingga bencana alam.
Namun jalan Lapan jauh dari lapang. Alokasi anggaran sama sekali tak memadai. Dari Rp1,3 triliun yang dibutuhkan Lapan tahun ini misalnya, pemerintah hanya menggelontorkan Rp700 miliar. Jumlah itu di internal Lapan masih barus dibagi-bagi lagi antara teknologi penerbangan, roket, dan satelit.
Anggaran tersebut, dibanding pendanaan yang diterima lembaga serupa di sejumlah negara Asia lain, tak ada apa-apanya. Pun begitu, Lapan September tahun lalu meluncurkan satelit ekuatorial pertama di Indonesia. Satelit berbobot 78 kilogram yang diberi nama Lapan-A2 itu melintasi wilayah Indonesia 14 kali dalam sehari.

Presiden Jokowi mendengarkan penjelasan Kepala Lapan Thomas Djamaluddin (kiri) saat meninjau Satelit Lapan-A2.
Lapan-A2 membawa misi mitigasi bencana, pemantauan permukaan bumi, lalu lintas dan identifikasi kapal laut, dan komunikasi radio amatir. Selanjutnya Lapan-A3 hasil kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor direncanakan menyusul diluncurkan Mei tahun ini dengan menumpang roket India, sama seperti Lapan-A2 yang meluncur dari Pusat Antariksa India.
Lapan-A3 membawa misi pemantauan pertanian dan maritim. Selain itu, Lapan bekerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika akan membuat satelit Lapan-A4 untuk pemantauan meteorologi. Direncanakan pula pengembangan Lapan-A5 untuk kepentingan pertahanan.
Berkaca pada masa lalu, Sulistyo berharap tak ada lagi keterputusan atau kevakuman riset di Lapan ke depannya. Ia menekankan pentingnya konsistensi: melakukan semua hal sesuai tahapan, tak lantas berubah atau melompat saat kepemimpinan berganti.
Salatun, sang perintis antariksa Indonesia, saat menggelar perpisahan di akhir kepemimpinannya di Lapan, bak hendak menyematkan mantra penghalau suratan tragis, menyuntikkan energi pengusir tangis.
Seumur hidup berkiprah di bidang kedirgantaraan, Salatun tahu tak ada jalan tak berliku. Maka ia berpesan kepada penerusnya,
“For a true fighter, there is no journey’s end.”
bahan spoiler
Demi membangun fasilitas di Rumpin yang bak negeri antah-berantah, Salatun dan para pegawainya melakukan babat alas. Hutan belantara dengan binatang-binatang liar di dalamnya mesti mereka hadapi.
Di bawah Salatun, Lapan menggeliat. Roh baru ditiupkan. Lembaga itu hendak menyambung kerja Nurtanio yang terputus. Lapan mengkaji ulang dan melakukan riset atas pesawat Lipnur Trainer-200 yang dibuat Suharto, konsultan PT Chandra Dirgantara, untuk Lembaga Industri Pesawat Terbang Nurtanio (Lipnur) yang kemudian berganti nama menjadi IPTN.
Dari kajian atas LT-200 itu, riset berlanjut ke pesawat perintis Experimental Transport-400, juga rancangan Suharto, pria lulusan ITB dan Universitas Teknologi Braunschweig Jerman yang merupakan kawan Nurtanio.

Miniatur pesawat XT-400 terpancang di Bundaran Kompleks Pusat Teknologi Penerbangan Lapan.
Pembuatan XT-400 disorot dunia. Namun proyek tersebut dihentikan saat terjadi pergantian menteri. Tak sekadar itu, program riset Desain dan Konstruksi Pesawat Udara di Lapan disetop. Pusat Teknologi Dirgantara dicoret begitu saja dari Lapan pada 1978.
Keterputusan riset pun kembali dialami Lapan. Kali ini bahkan selama 33 tahun. Setelah jeda panjang itu, Lapan baru kembali memiliki Pusat Teknologi Penerbangan (Pustekbang) pada 2011.
Kesempatan untuk menghidupkan kembali Pustekbang muncul tak sengaja pada rapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat. “Saat rapat dengar pendapat di DPR, kami diledek, ‘Lapan ini singkatan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, tapi mana hasil riset penerbangannya? Ganti saja jadi LAN (Lembaga Antariksa Nasional),’” kata peneliti senior Lapan, Sulistyo Atmadi, menirukan ucapan salah seorang anggota DPR.
Sindiran anggota DPR itu sesungguhnya berkah bagi Lapan, sebab mereka memang ingin meneruskan riset penerbangan. Apalagi pada Kepala Lapan otomatis melekat jabatan Komisaris PT Dirgantara Indonesia (dulu IPTN) seperti Kepala Staf TNI Angkatan Udara.
“Jadi waktu itu saya Komisaris PTDI dan Kepala Lapan. PTDI itu perusahaan industri pesawat terbang. Tapi di Lapan saat itu tak ada riset pesawat terbang,” ujar mantan Kepala Lapan Adi Sadewo, mengamini ucapan Sulistyo secara terpisah.
Lapan pun membuka Pustekbang dan mengaktifkan program Rancang Bangun Pesawat Terbang mereka. Pesawat N-219 menjadi riset perdana pascavakum dengan menggandeng PTDI. Lapan, sesuai Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008, berperan sebagai pusat riset dan pengembangan produk kedirgantaraan. Sementara PTDI sebagai pusat produksi.
Peraturan Presiden tersebut dianggap tepat karena PTDI pun dianggap membutuhkan bantuan. “Yang jalan di PTDI ketika itu proses produksi, misal membuat komponen untuk Boeing, tapi proses desain mandek,” ujar Sulistyo.
Lewat N-219, Lapan dan PTDI dua lembaga warisan para perintis dirgantara Indonesia bekerja sama erat. Transfer teknologi dilakukan kepada generasi muda.
“Kalau sampai telat sedikit, mereka yang punya pengalaman merancang pesawat di PTDI (pada era Habibie) sudah pada pensiun,” kata Sulistyo.
N-219 sesungguhnya merupakan rancangan PTDI yang belum rampung karena riset terkendala dana. Dibukanya Pustekbang Lapan membuat riset kembali dilanjutkan dengan biaya pemerintah dan melibatkan banyak tenaga ahli PTDI.
Konsistensi
Lapan kini juga mengembangkan pesawat pemantau ringan atau LSA (light surveillance aircraft) dan pesawat tanpa awak atau UAV (unmanned aerial vehicle) yang lebih dikenal dengan istilah drone. Keduanya diproyeksikan menjadi bagian dari sistem pemantauan maritim terintegrasi sesuai visi maritim Jokowi.
UAV tersebut nantinya diharapkan dapat pula digunakan untuk memantau perbatasan, pencurian ikan ilegal, pencurian kayu ilegal, pertanian, hingga bencana alam.
Namun jalan Lapan jauh dari lapang. Alokasi anggaran sama sekali tak memadai. Dari Rp1,3 triliun yang dibutuhkan Lapan tahun ini misalnya, pemerintah hanya menggelontorkan Rp700 miliar. Jumlah itu di internal Lapan masih barus dibagi-bagi lagi antara teknologi penerbangan, roket, dan satelit.
Anggaran tersebut, dibanding pendanaan yang diterima lembaga serupa di sejumlah negara Asia lain, tak ada apa-apanya. Pun begitu, Lapan September tahun lalu meluncurkan satelit ekuatorial pertama di Indonesia. Satelit berbobot 78 kilogram yang diberi nama Lapan-A2 itu melintasi wilayah Indonesia 14 kali dalam sehari.

Presiden Jokowi mendengarkan penjelasan Kepala Lapan Thomas Djamaluddin (kiri) saat meninjau Satelit Lapan-A2.
Lapan-A2 membawa misi mitigasi bencana, pemantauan permukaan bumi, lalu lintas dan identifikasi kapal laut, dan komunikasi radio amatir. Selanjutnya Lapan-A3 hasil kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor direncanakan menyusul diluncurkan Mei tahun ini dengan menumpang roket India, sama seperti Lapan-A2 yang meluncur dari Pusat Antariksa India.
Lapan-A3 membawa misi pemantauan pertanian dan maritim. Selain itu, Lapan bekerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika akan membuat satelit Lapan-A4 untuk pemantauan meteorologi. Direncanakan pula pengembangan Lapan-A5 untuk kepentingan pertahanan.
Berkaca pada masa lalu, Sulistyo berharap tak ada lagi keterputusan atau kevakuman riset di Lapan ke depannya. Ia menekankan pentingnya konsistensi: melakukan semua hal sesuai tahapan, tak lantas berubah atau melompat saat kepemimpinan berganti.
Salatun, sang perintis antariksa Indonesia, saat menggelar perpisahan di akhir kepemimpinannya di Lapan, bak hendak menyematkan mantra penghalau suratan tragis, menyuntikkan energi pengusir tangis.
Seumur hidup berkiprah di bidang kedirgantaraan, Salatun tahu tak ada jalan tak berliku. Maka ia berpesan kepada penerusnya,
“For a true fighter, there is no journey’s end.”
bahan spoiler
Quote:
Dari informasi diatas, ane menyimpulkan bahwa Indonesia gagal mengembangkan Industri Penerbangan Luar Angkasa dikarenakan gerakan G30S dan juga beberapa faktor lainnya.
Jika tidak ada gerakan kudeta tersebut mungkin saja kita sekarang berdiri sejajar dengan Amerika, Rusia, ESA, Jepang, Israel, Tiongkok, dan juga India.
Negara pertama di belahan Bumi Selatan yang mengembangkan Roket Eksperimental gan, ngeri nggak tuh..
Sayang, sejarah tidak sesuai ekspektasi masa lalu..
Jadi kemungkinan Indonesia ke Bulan baru akan terjadi setelah 2045 gan, mengingat untuk saat ini kita belum bisa membuat Roket, masih sebatas Roket Eksperimental gan..
SpaceX aja butuh 10 tahun untuk bisa terbang dan beberapa tahun kemudian sukses menggedor atmosfer..
Jika tidak ada gerakan kudeta tersebut mungkin saja kita sekarang berdiri sejajar dengan Amerika, Rusia, ESA, Jepang, Israel, Tiongkok, dan juga India.
Negara pertama di belahan Bumi Selatan yang mengembangkan Roket Eksperimental gan, ngeri nggak tuh..
Sayang, sejarah tidak sesuai ekspektasi masa lalu..

Jadi kemungkinan Indonesia ke Bulan baru akan terjadi setelah 2045 gan, mengingat untuk saat ini kita belum bisa membuat Roket, masih sebatas Roket Eksperimental gan..
SpaceX aja butuh 10 tahun untuk bisa terbang dan beberapa tahun kemudian sukses menggedor atmosfer..

thanks gan-sist udah mampir..






GIF
Bonus, Neng Marina





Quote:
jangan lupa mampir ke thread ane yang lain ya gan..
Dilema Meminjamkan Uang, Pengalaman Kasih Pinjam ke Orang Malah Rugi Uang Melayang!
Ngeri, Yang Suka Horor Wajib Baca!
Kenapa Cebong dan Kampret dan sebangsanya selalu disebut di forum kaskus?
Diubah oleh quae 23-12-2019 22:42






ahmadwildan.am dan 30 lainnya memberi reputasi
25
20.1K
Kutip
579
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan