Sebuah kemajuan besar suatu bangsa tentu saja diawali langkah berani, cerdas dan penuh optimisme. Pemerintah di periodenya yang kedua ini ane lihat mulai mengambil berbagai langkah berani dan menggebrak, baik urusan dalam negeri dan luar negeri. Jika dilihat dari urusan dalam negeri seperti pembersihan massal para pekerja BUMN, pembubaran perusahaan yang membuat negara defisit hingga akusisi saham dari tangan asing adalah bukti bahwa pemerintah menunjukan taring kepada pihak-pihak yang menghambat kemajuan negara.

Salah satu yang membuat negara mengalami defisit adalah impor gila-gilaan yang dilakukan banyak perusahaan. Sementara di sisi lain, ekspor produk dalam negeri terbilang kurang digenjot maksimal. Untuk itu, Presiden Jokowi sepertinya mulai mengambil tindakan konkret untuk mengatasi hal tersebut. Setelah sebelummya beliau dalam salah satu pidatonya siap "menggigit" para mafia yang doyan impor, kali ini beliau berusaha mengekspor produk otomotif dalam jumlah massal. Yap, ditargetkan pada tahun 2024 mendatang, kita mampu menjual mobil ke luar negeri.


Kebijakan ini tentu sangat bagus menurut ane. Selain untuk menaikan angka ekspor, kita juga bisa unjuk gigi kepada dunia bahwa Indonesia mulai mampu bersaing dengan negara lain dalam bidang otomotif. Pastinya tidak bisa seperti negara lain untuk sekarang ini karena negara seperti Jepang telah melakukannya sejak berpuluh-puluh tahun. Setidaknya kita tidak jalan di tempat.

Namun, tetap saja banyak pihak yang nyinyir dengan kebijakan ini. Mulai dari menyinggung mobil Esemka hingga negara mana yang sudi menerima impor dari kita. Sebenarnya jika dipikirkan lebih matang, mobil Esemka yang berhasil dirilis beberapa waktu lalu tentunya belum bisa bersaing di pasar internasional. Hal ini teknologi kita bisa dibilang masih cukup jauh dibanding produk-produk otomotif lain seperti buatan Jepang atau negara lain.

Kalau ane jujur, masyarakat kita mempunyai dua hal dalam menyikapi yang dilakukan oleh orang lain. Pertama, overproud alias terlalu membangga-banggakan secara berlebihan. Bisa dilihat di berbagai media sosial bagaimana jika ada anak bangsa yang berprestasi di luar negeri. Mereka akan membanjiri kolom komentar dengan isi yang norak.



Sedangkan yang kedua, penduduk kita bisa dikatakan kurang respek. Setiap kebijakan pemerintah yang selalu dinyinyiri, misalnya. Kita juga bisa ambil contoh di sekitar seperti ketika di sekolah apalagi ada murid kurang pandai terhadap suatu pelajaran. Lalu, dia disuruh tampil di depan kelas untuk mengerjakan soal. Ketika dia salah dan berusaha hingga benar bukannya diberi semangat, namun malah ditertawakan tanpa memikirkan beban psikologisnya. Bahkan, ane rasa sikap kurang respek ini sudah tumbuh di dalam alam bawah sadar pada sebagian masyarakat.

Intinya sih, lebih baik kita dukung penuh setiap kebijakan bagus yang dibuat oleh pemerintah. Selain itu, kita juga berusaha berkontribusi bagi bangsa dengan tindakan konkret. Bukan sekadar nyinyir, tapi tidak bisa apa-apa.