Jasa pijat ular Python ini sudah mulai dikenal dan sangat menarik perhatian para pengunjungnya hehe. Hayo siapa berani? Seharian beraktivitas membuat badan bisa terasa pegal-pegal esok harinya. Kalau sudah begitu biasanya pijat adalah salah satu alternatif yang digemari orang banyak.

Nah di Filipina ada tempat pijat yang unik, bukan terapis manusia yang memijat pelanggannya melainkan ular piton raksasa.

Pijat yang satu ini sangat aneh dan juga butuh keberanian ekstra, bayangkan saja bukan orang yang memijat anda tapi adalah ular phyton yang cukup besar, disini anda berbaring dan kemudian ular phyton raksasa di letakan diatas tubuh anda, setidaknya 4 ekor ular di letakan di atas tubuh anda.

Reaksi Pengunjung Terhadap Jasa Pijat Ular Python



"Pertamanya pengunjung merasa takut tapi kebanyakan tamu yang sudah mencoba pijat ular ini bilang mereka menyukainya. Rasanya seperti dipijat dengan tangan. Anda dapat merasakan cengkraman dingin ular-ular kami," kata manajer kebun binatang, Giovanni Romarate.

Pijat dengan ular phyton ini pertama kali di lakukan di kebun binatang di kota Cebu, Philipina, bagi anda yang bermina anda bisa mengunjunginya ke sana, disini disediakan 4 ekor ular phyton raksasa yang beratnya sekitar 250 kg.

Setiap harinya ular ini makan 10 ekor ayam sebelum memijat, tujuannya untuk menekan rasa lapar yang mungkin bisa membahayakan orang yang dipijat. 4 ekor ular ini akan merayap dan menyelimuti tubuh Anda selama 10 sampai 15 menit, menurut pengelolanya pijatan dari ular python ini bisa menjadi terapi rematik dan menyegarkan tubuh.



Di bawah pengawasan petugas, ular-ular tersebut diletakkan di atas pengunjung dan perlahan bergerak-gerak selama sekitar 15 menit. Gerakan ular merayap diatas tubuh ini yang diklaim memiliki efek terapi dan menenangkan bagi yang berani.

"Instruksi ini sangat penting. Petugas bilang jangan bernapas terlalu kencang ke ular karena bagi mereka itu seperti dicubit di pantat. Anda juga dilarang berteriak karena ular dapat merasakan getaran tubuh dan mengira Anda mangsa tergantung dari situasinya," kata salah satu pengunjung, Ian Maclean.

kalo ada di Indonesia, ada yang berani coba?