- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dirut PTPN I: Perusahaan Rugi Terus, Saya Sudah Menjadi Budak Bank


TS
wismangan
Dirut PTPN I: Perusahaan Rugi Terus, Saya Sudah Menjadi Budak Bank
PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I mengaku merugi di tahun 2019 ini. Direktur Utama PTPN I Uri Mulyari menyebut hingga Oktober 2019, jumlah kerugian mencapai Rp 80 miliar.
Dengan begitu, sejak tiga tahun terakhir, PTPN I terus mencatat kerugian. Di tahun 2016 lalu, PTPN I mencatat rugi sebesar Rp 90,7 miliar, kemudian di tahun 2017 rugi sebesar Rp 95,1 miliar, dan di 2018 lalu juga merugi sebesar Rp 123,7 miliar. Dengan kata lain, PTPN I masuk kategori BUMN rugi.
“Saat ini PTPN I secara kinerja keuangan masih merugi. Kerugian PTPN I posisi sampai bulan 10, posisi kami rugi sekitar Rp 80 miliar,” katanya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI, Jakarta, Kamis (5/12).
Uri pun bercerita, pihaknya juga tengah tertekan untuk membayar utang ke bank. Di tahun ini, total utang PTPN I ke bank mencapai 40 persen dari pendapatan. Sementara di tahun depan Uri menyebut total utang yang wajib dibayarkan capai 60 persen dari pendapatan.
Jadi saya sampaikan di tahun 2019 ini saya kerja untuk bank. Dan di 2020, saya sudah menjadi budak bank. Karena Januari 2020 nanti saya sudah harus bayar sekitar Rp 44 miliar per bulan, itu lebih dari separuh pendapatan kami. Kami tidak pernah telat membayar cicilan,” tuturnya.
Bahkan, saking susahnya kondisi keuangan Uri mengaku kalangan direksi tak akan laku dijual ke bank. “Kami direksi saja jujur tidak laku kalau ke Bank,” kisahnya.
Untuk itu, Uri berharap upaya restrukturisasi keuangan dibantu oleh holding BUMN Perkebunan. Dengan begitu, diharapkan kondisi keuangan PTPN I bisa mengalami peningkatan dan berdiri sendiri di tahun 2020.
Sementara itu, produktivitas tanaman PTPN I seperti kelapa sawit dan karet diharapkan juga semakin meningkat. Selama ini, produksi tanaman PTPN I masih seret akibat perawatan yang masih minim.
Pemupukan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sejak tahun 2004 praktis sampai 2012 itu sangat minim perawatan. Karena tanaman tidak terawat akibat kesulitan dana, produksi tidak ada jadi keuangan tidak mendukung,” tuturnya.
Walau begitu, Uri mengatakan capaian produktivitas dalam tiga tahun terakhir cenderung membaik. Di tahun 2017 lalu, produksi perseroan mencapai 12 ton, lalu di 2018 meningkat jadi 14 ton.
“Di tahun 2018 ini kita Desember perkirakan bisa produksi sampai 17 ton. Sementara di tahun 2020 dengan program ini kita targetkan produksi capai 21 ton,” pungkasnya.
https://m.kumparan.com/kumparanbisni...nk-1sNvrzLUm5Q
Ngeri banget
Dengan begitu, sejak tiga tahun terakhir, PTPN I terus mencatat kerugian. Di tahun 2016 lalu, PTPN I mencatat rugi sebesar Rp 90,7 miliar, kemudian di tahun 2017 rugi sebesar Rp 95,1 miliar, dan di 2018 lalu juga merugi sebesar Rp 123,7 miliar. Dengan kata lain, PTPN I masuk kategori BUMN rugi.
“Saat ini PTPN I secara kinerja keuangan masih merugi. Kerugian PTPN I posisi sampai bulan 10, posisi kami rugi sekitar Rp 80 miliar,” katanya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI, Jakarta, Kamis (5/12).
Uri pun bercerita, pihaknya juga tengah tertekan untuk membayar utang ke bank. Di tahun ini, total utang PTPN I ke bank mencapai 40 persen dari pendapatan. Sementara di tahun depan Uri menyebut total utang yang wajib dibayarkan capai 60 persen dari pendapatan.
Jadi saya sampaikan di tahun 2019 ini saya kerja untuk bank. Dan di 2020, saya sudah menjadi budak bank. Karena Januari 2020 nanti saya sudah harus bayar sekitar Rp 44 miliar per bulan, itu lebih dari separuh pendapatan kami. Kami tidak pernah telat membayar cicilan,” tuturnya.
Bahkan, saking susahnya kondisi keuangan Uri mengaku kalangan direksi tak akan laku dijual ke bank. “Kami direksi saja jujur tidak laku kalau ke Bank,” kisahnya.
Untuk itu, Uri berharap upaya restrukturisasi keuangan dibantu oleh holding BUMN Perkebunan. Dengan begitu, diharapkan kondisi keuangan PTPN I bisa mengalami peningkatan dan berdiri sendiri di tahun 2020.
Sementara itu, produktivitas tanaman PTPN I seperti kelapa sawit dan karet diharapkan juga semakin meningkat. Selama ini, produksi tanaman PTPN I masih seret akibat perawatan yang masih minim.
Pemupukan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sejak tahun 2004 praktis sampai 2012 itu sangat minim perawatan. Karena tanaman tidak terawat akibat kesulitan dana, produksi tidak ada jadi keuangan tidak mendukung,” tuturnya.
Walau begitu, Uri mengatakan capaian produktivitas dalam tiga tahun terakhir cenderung membaik. Di tahun 2017 lalu, produksi perseroan mencapai 12 ton, lalu di 2018 meningkat jadi 14 ton.
“Di tahun 2018 ini kita Desember perkirakan bisa produksi sampai 17 ton. Sementara di tahun 2020 dengan program ini kita targetkan produksi capai 21 ton,” pungkasnya.
https://m.kumparan.com/kumparanbisni...nk-1sNvrzLUm5Q
Ngeri banget




4iinch dan sebelahblog memberi reputasi
2
2.3K
29


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan