- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kembali Viral, Toni Ruttiman yang Bukan Indonesia Bangun Jembatan di Daerah Terpencil


TS
tatapok
Kembali Viral, Toni Ruttiman yang Bukan Indonesia Bangun Jembatan di Daerah Terpencil
Penulis: Rosiana Haryanti
|
Editor: Hilda B Alexander
KOMPAS.com — Kisah warga negara asing (WNA) asal Swiss kembali menyita perhatian publik.
WNA bernama Toni Ruttiman tersebut merupakan orang yang membangun puluhan jembatan di daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Kisah itu awalnya viral pada tahun 2016 silam. Diketahui, sosiolog Imam Prasodjo menulis catatan di akun Facebook pribadinya.
Imam mengisahkan upaya Toni yang diam-diam keluar masuk kampung terpencil untuk membangun jembatan gantung.
Dia bahkan rela mendatangkan bahan baku jembatan dari negara asalnya.
Selain itu, Toni juga mengupayakan bantuan pipa tiang jembatan dari perusahaan ternama. Pipa-pipa tersebut dikirim dari Argentina ke Indonesia.
Namun sayang, upaya pengiriman bahan baku jembatan terhambat.
Dalam catatannya, Imam mengatakan, pengiriman bantuan bahan jembatan seperti kabel perancang atau wirerope terhambat birokrasi.
Imam menuturkan, proses pengiriman barang terkendala penetapan denda demurrage atau batas waktu kontainer.
Alhasil, tagihan demurrage yang harus dibayarkan kala itu mencapai Rp 195.650.000.
Selain itu, proses impor wirerope membutuhkan waktu hingga dua bulan sejak kontainer tiba di Pelabuhan Tanjung Priok.
Lamanya proses tersebut dikarenakan lambannya proses rekomendasi dari kementerian-kementerian terkait.
"Terus terang saya malu menghadapi kejadian ini. Saya ingin sekali berteriak sekerasnya mewakili rakyat yang selama ini masih membutuhkan bantuan Toni Ruttiman," ucap Imam.
Bantuan terus mengalir
Kisah viral Toni akhirnya berbuah manis. Bantuan datang dari berbagai pihak.
Salah satunya dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi, yang memperlancar proses administrasi tiga kontainer bahan baku jembatan.
Kemudian, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono juga mengupayakan bantuan untuk Toni.
Menurut Imam, Basuki berjanji akan melunasi biaya demurrage dan seluruh administrasi serta proses impor wirerope sebanyak tiga kontainer.
Mantan Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto mengatakan akan membayar semua denda dan biaya pelabuhan.
Menurut Arie, komitmen tersebut merupakan bentuk apresiasi serta dukungan untuk Toni Ruttiman.
Tak hanya membayar denda, Kementerian PUPR juga memberikan pendampingan bagi Toni dan relawan yang turut membantu pembangunan jembatan hingga proses pasca-konstruksi.
Atas semua bantuan untuk memperlancar proses pelepasan tiga kontainer wirerope tersebut, Imam mengucapkan terima kasih.
Bantuan lainnya datang dari Kepala Staf Kepresidenan saat itu, Teten Masduki. Teten menjanjikan bantuan semen dari Semen Indonesia
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kristian Erdianto, Hilda B Alexander | Editor: Bayu Galih, Hilda B Alexander)
Sumber
Kira-kira beginilah episode nya :
1. Potong
2. Sebar
3. Ribut
4. Lapor ( jika tak sudi )
5. Profit......??
|
Editor: Hilda B Alexander
KOMPAS.com — Kisah warga negara asing (WNA) asal Swiss kembali menyita perhatian publik.
WNA bernama Toni Ruttiman tersebut merupakan orang yang membangun puluhan jembatan di daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Kisah itu awalnya viral pada tahun 2016 silam. Diketahui, sosiolog Imam Prasodjo menulis catatan di akun Facebook pribadinya.
Imam mengisahkan upaya Toni yang diam-diam keluar masuk kampung terpencil untuk membangun jembatan gantung.
Dia bahkan rela mendatangkan bahan baku jembatan dari negara asalnya.
Selain itu, Toni juga mengupayakan bantuan pipa tiang jembatan dari perusahaan ternama. Pipa-pipa tersebut dikirim dari Argentina ke Indonesia.
Namun sayang, upaya pengiriman bahan baku jembatan terhambat.
Dalam catatannya, Imam mengatakan, pengiriman bantuan bahan jembatan seperti kabel perancang atau wirerope terhambat birokrasi.
Imam menuturkan, proses pengiriman barang terkendala penetapan denda demurrage atau batas waktu kontainer.
Alhasil, tagihan demurrage yang harus dibayarkan kala itu mencapai Rp 195.650.000.
Selain itu, proses impor wirerope membutuhkan waktu hingga dua bulan sejak kontainer tiba di Pelabuhan Tanjung Priok.
Lamanya proses tersebut dikarenakan lambannya proses rekomendasi dari kementerian-kementerian terkait.
"Terus terang saya malu menghadapi kejadian ini. Saya ingin sekali berteriak sekerasnya mewakili rakyat yang selama ini masih membutuhkan bantuan Toni Ruttiman," ucap Imam.
Bantuan terus mengalir
Kisah viral Toni akhirnya berbuah manis. Bantuan datang dari berbagai pihak.
Salah satunya dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi, yang memperlancar proses administrasi tiga kontainer bahan baku jembatan.
Kemudian, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono juga mengupayakan bantuan untuk Toni.
Menurut Imam, Basuki berjanji akan melunasi biaya demurrage dan seluruh administrasi serta proses impor wirerope sebanyak tiga kontainer.
Mantan Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Arie Setiadi Moerwanto mengatakan akan membayar semua denda dan biaya pelabuhan.
Menurut Arie, komitmen tersebut merupakan bentuk apresiasi serta dukungan untuk Toni Ruttiman.
Tak hanya membayar denda, Kementerian PUPR juga memberikan pendampingan bagi Toni dan relawan yang turut membantu pembangunan jembatan hingga proses pasca-konstruksi.
Atas semua bantuan untuk memperlancar proses pelepasan tiga kontainer wirerope tersebut, Imam mengucapkan terima kasih.
Bantuan lainnya datang dari Kepala Staf Kepresidenan saat itu, Teten Masduki. Teten menjanjikan bantuan semen dari Semen Indonesia
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kristian Erdianto, Hilda B Alexander | Editor: Bayu Galih, Hilda B Alexander)
Sumber
Pertanyaannya kenapa harus orang asing yang peduli akan negara kita ? bukan kita sendiri ?
Menyedihkan rasanya melihat orang-orang lebih mempersoalkan sepotong argumen bukan action.
Macam AgnezMo yang Go International namun masih membawa identity Indonesianya
Dan cuma sepotong wawancara saja kita menjudge begitu cepat seolah dia tak tahu diri
Menyedihkan rasanya melihat orang-orang lebih mempersoalkan sepotong argumen bukan action.
Macam AgnezMo yang Go International namun masih membawa identity Indonesianya
Dan cuma sepotong wawancara saja kita menjudge begitu cepat seolah dia tak tahu diri
Kira-kira beginilah episode nya :
1. Potong
2. Sebar
3. Ribut
4. Lapor ( jika tak sudi )
5. Profit......??
Inilah sekarang fenomena yang kebanyakan terjadi, mungkin laporan di kantor polisi soal ini sudah banyak sekali. Jadi seharusnya kapan?
Spoiler for Siapa Peduli???:
Diubah oleh tatapok 05-12-2019 16:14






4iinch dan 3 lainnya memberi reputasi
4
864
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan