Quote:
https://metro.tempo.co/read/1277420/...di-halaman-tim
TEMPO.CO, Jakarta - Seniman Taman Ismail Marzuki (TIM) Radhar Panca Dahana blak-blakan menolak rencana pembangunan hotel dalam revitalisasi TIM oleh anak buah Anies. Radhar mempertanyakan nasib para seniman kelak bila dibangun hotel berbintang 4 di pusat kesenian itu.
Saat ini saja, kata sastrawan itu, Unit Pengelolaan Teknis (UPT) TIM menarik retribusi dari para seniman sebesar Rp 1 juta. Menurut Radhar, retribusi itu untuk sekali latihan di halaman Teater Besar TIM.
"Ini halaman aja bayar Rp 1 juta sekarang ini padahal untuk latihan," kata Radhar usai bertemu politikus PDIP di Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Rabu, 27 November 2019.
Pungutan untuk penggunaan fasilitas di TIM ini baru berlaku pada pemerintahan Gubernur Anies Baswedan. "Sejak Anies lah," ujar dia. "Jadi jangankan (gedung) dalamnya, luarnya aja bayar. Itu kan kami main di situ, suruh bayar, keterlaluan."
Kepada wartawan, Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Dwi Wahyu Daryoto mengatakan pembangunan hotel di TIM, Cikini, Jakarta Pusat, tak akan menghilangkan ruang kreasi para seniman. Bahkan dia berjanji seniman bisa memakai selasar publik di dekat lobi hotel, baik untuk latihan atau menari.
Jakpro sebagai penanggung jawab revitalisasi juga berencana membangun tempat khusus seniman berlatih yang dinamakan Teater Arena. Semua fasilitas tersebut bisa dipakai gratis.
"Semua bebas digunakan kecuali Graha Bhakti Budaya harus bayar," kata Dwi saat pemaparan di kantornya, Mal Thamrin City, Jakarta Pusat, Senin, 25 November 2019.
Rencana pembangunan hotel di TIM oleh anak buah Anies ini memancing polemik setelah para seniman menolaknya. Seniman menilai pembangunan hotel melenceng dari fungsi TIM sebagai pusat kesenian (art center). Apalagi, konsep awal desain TIM yang disayembarakan dan dimenangkan arsitek Andra Matin tidak ada rencana pembangunan hotel.
Komeng TS =
Kebe-
RP-ihakan
