Kue Lumpur Lapindo, Bukti 13 Tahun Derita Tak Kunjung Usai.
TS
tokektempur
Kue Lumpur Lapindo, Bukti 13 Tahun Derita Tak Kunjung Usai.
Yo Gan/Sist, Balik lagi bareng Ane. Thread kali ini ane dedikasikan untuk Lumpur Panas Sidoarjo, mengulang kembali cerita 13 tahun lalu yang belum tuntas.
Publikasi oleh Para Ilmuwan Amerika dan Australia yang diterbitkan dalam makalah yang berjudul" "Initiation of the Lusi Mudflow Disaster"pada 29 Juni 2015 di dalam jurnal Nature Geosciences, hasil penelitian tersebut memaparkan bahwa luapan lumpur panas tersebut bukanlah hasil alam melainkan hasil pengeboran yang dilakukan manusia.
Namun menurut pihak Lapindo, bahwa semburan tersebut muncul ke permukaan akibat dua kemungkinan, Pertama, semburan ini terjadi akibat kesalahan prosedural saat melakukan pengeboran. Kedua, semburan muncul secara kebetulan saat pengeboran.
Lokasi yang berjarak 12 kilometer mengarah dari selatan kota Sidoarjo, kecamatan Porong. Lokasi tersebut merupakan kawasan padat penduduk, membuat sekitar 40.000 ribu orang keluar dari daerah tersebut, namun tidak hanya pemukiman warga, jalan tol, jalan raya hingga rel kereta yang terkena dampak akibat luapan lumpur panas.
9 September 2006, Presiden kala itu Susilo Bambang Yudhoyono mentandatangani Keppres Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur, dipimpin oleh Basuki Hadi Muljono, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.
Dibentuk dengan tujuan untuk menyelamatkan warga di lingkungan sekitar semburan lumpur panas, menjaga insfrastruktur dasar dan juga menangani semburan lumpur panas dengan resiko seminim mungkin.
Quote:
Sidoarjo (ANTARA News) - Peneliti ITS Djaja Laksana menyatakan jika sampai dengan saat ini semburan lumpur Lapindo masih belum berhenti, dan kemungkinan bisa dihentikan dengan menggunakan teori Bernoulli (tekanan atas dan bawah seimbang).
"Dua belas tahun tragedi semburan lumpur Sidoarjo hingga saat ini volume semburan lumpur panas belum terhenti dan luas kolam penahan lumpur semakin dilebarkan dan terus ditinggikan," katanya saat dikonfirmaai di Sidoarjo, terkait dengan peringatan 12 tahun semburan lumpur Lapindo, Selasa.
Ia mengemukakan, sebenarnya sejak tahun 2006, banyak ide dan upaya menghentikan semburan lumpur di proyek PT Lapindo Brantas Inc. di Sidoarjo itu. Salah satunya adalah teori Bernoulli.
"Teori Bernoulli akan menyeimbangkan tekanan atas dan bawah sehingga semburan lumpur stabil," ujar dia.
Sebenarnya telah banyak upaya yang dikerahkan sebelumnya, seperti yang dikutip dari artikel berikut.
Quote:
Tiga teori
Ia menjelaskan tiga hal mendasar dari teknologi yang ditawarkannya. Pertama ia tidak sependapat bahwa kejadian semburan lumpur di Sidoarjo sebagai bagian dari aktivitas gunung lumpur atau mud volcano yang umumnya diterima publik.
Karena itu, semburan lumpur itu masih mungkin dikendalikan, dan dimatikan alirannya. Masalah seperti itu, adalah kajadian atau kasus yang tidak luar biasa.
“Tetapi kalau terus dibiarkan, sudah jelas risikonya, yaitu makin banyak orang menderita, dan mungkin ia akan menjadi mud vulcano,” kata Pavel.
Kedua, teknologi yang ditawarkannya adalah gabungan penggunanaan tekanan yang sangat besar (sekiar 1.000 atmosphere/ATM), dan teknologi “selubung payung”. Jika selama ini teknologi tekanan besar digunakan justru untuk “memompa” kandungan bumi seperti minyak dan gas, tekanan udara yang digunakannya justru untuk menghentikan semburan air dan lumpur tadi ke atas.
Sedangkan yang dimaksud selubung payung (dia menyebutnya teknologi umbrella), adalah lapisan-lapisan selubung dari bahan polimer pada radius tertentu mengelilingi atau di sekitar lubang-lubang semburan lumpur. Zat polimer, diketahui merupakan “adonan” yang akan berubah menjadi keras menyerupai karet pada saat kering. Tentu saja, “lapisan” atau “konstruksi” payung itu letaknya di kedalaman tertentu, sekitar 3.000 kaki.
Kalau aliran lumpur tidak tertutup juga, maka akan dibuat payung kedua, ketiga, dan seterusnya pada kedalaman dan lokasi berbeda. Tujuannya untuk menutup rekahan-rekahan batuan/lapisan tanah yang sudah menjadi aliran lumpur atau yang belum jadi “jalan” aliran lumpur.
Langkah pembuatan payung dimulai dengan membuat jendela (bukaan) masing-masing 3.000 kaki, mengebor lajur tepi (sidetrack), hingga 3.500 kaki, memasang cashing, masing-masing 3.500 kaki, mengebor bagian lateral (menyamping) sepanjang 500 meter ke depan, meretakkan/memecahkan batuan secara hidrolik dan mengisinya dengan “semen” dari polimer tadi.
Pada saat seluruh “radius” ledakan/rembesan lumpur sudah terkendali oleh payung polimer, pada saat itulah lubang semburan yang utama mulai ditangani dengan menutupnya dengan hydro-packing bertekanan besar, serta polimer.
“Teknologi yang ditawarkan ini menggunakan cara berpikir tebalik. Dia justru menggunakan hydro packing dan tekanan tinggi menahan semburan dari dalam,” kata Irzal menambahkan
Dampak kerugian harta benda ditaksir sekitar 45 Trilyun dari data yang dilansir oleh Wikipedia.
Tapi ada satu hal yang menarik perhatian ane gan/sist, sebenarnya thread kali ini terinsiprasikan oleh sebuah sajian kuliner yang dinamai "Kue Lumpur Lapindo". Yang sebenarnya ini adalah kue lumpur vla pada umumnya namun entah kenapa ane ngerasa, bahwa pencentus pertama kali yang memberi nama pada kue ini. Adalah sebagai suatu perayaan 13 Tahun kejadian Lumpur Lapindo yang tak kunjung usai.