Mengawali agenda hari ketiga di Busan, Korea Selatan, Presiden Joko Widodo bertemu dengan 22 ilmuwan Indonesia Senin (25/11).

Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi meminta para ilmuwan dan peneliti Indonesia di Korea Selatan untuk kembali "pulang" ke Tanah Air. Presiden berharap mereka ikut membangun Indonesia.

Sejumlah usulan pun disampaikan oleh para peneliti dan ilmuwan asal Indonesia. Gagasan tersebut dirumuskan dalam judul "Korea Selatan sebagai Inspirasi Percepatan Kemajuan Riset dan Inovasi di Indonesia" dan "Strategi Riset dan Inovasi Menuju Indonesia Emas 2045".

Selain itu, mereka juga menyampaikan usulan pembentukan Universitas Riset Indonesia. Dia mencontohkan University of Science & Technology (UST) di Korea Selatan.

Terkait dengan ini, Presiden Jokowi mengapresiasi usulan-usulan tersebut. Menurutnya, apa yang disampaikan para peneliti tersebut merupakan masukan-masukan segar yang dapat menginspirasi pemerintah.

Terutama dalam mengembangkan rumah besar riset Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional.

Meskipun anggaran riset Indonesia belum sebanyak Korea Selatan yang mencapai 4,62 persen dari GDP-nya, tapi anggaran riset Indonesia sudah banyak secara nominal. Anggaran tersebut tersebar di beberapa kementerian dan lembaga.

Diakui atau tidak, Indonesia memang butuh tambahan peneliti dalam waktu singkat. Ada cukup sumber daya untuk kebutuhan riset. Misalnya dari dana Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Kemudian perlu juga percepatan riset dan inovasi di industri, bukan hanya di lingkungan kampus. Serta mendorong revolusi konsep triple helix untuk sumber daya manusia Indonesia yang unggul.

Masyarakat berharap dengan adanya pertemuan ini ada titik temu langkah ke depan antara peneliti/ilmuwan Indonesia di luar negeri dan pemerintah. Bila itu bisa ditindaklanjuti, maka akan ada potensi besar yang bisa dilakukan bersama.

Negara memang membutuhkan para ilmuwan, dan kita berharap para diaspora Indonesia yang ada di berbagai belahan dunia bisa kembali untuk membangun negeri ini.