Pernah nggak sih kalian dengar bahwa chat dari aplikasi Whatsapp dapat digunakan untuk bukti tindak kejahatan di persidangan. Sebegitu mengerikannya kah padahal hanya aplikasi messenger yang digunakan sehari-hari dan hanya berisikan tulisan saja. Belum lagi jika ada akun medsos yang menggunakan data diri dan mengaku sebagai kita dan melakukan penipuan. Bisa-bisa kita yang tak tau apa-apa jadi terseret ke meja hijau. Dan yang paling umum digunakan adalah bukti video yang disebarkan melalui medsos dapat menjadi viral seketika, yang terbaru adalah pengeroyokan supporter  Indonesia yang dapat dijadikan untuk bukti sekaligus laporan pada kepolisian.

Posting foto selfie kemudian ditambahi caption yang menarik dan menunggu like dan komentar berdatangan. Tak sadarkah bahwa fotomu tersebar diseluruh kontak dan pertemananmu, dan bisa jadi salah satunya dapat menyimpannya. Tak masalah jika disimpan sendiri namun jika diupload ulang atau malah digunakan untuk tindak kejahatan. Memang sih, tak terasa dampaknya tapi bisa jadi fotomu justru menjadikan citra buruk bagi orang lain yang melihatnya. Jadi pikirlah seribu kali sebelum posting foto atau komentar di media social.

Pernah nggak sih kalian baru kenal orang, trus cari akun sosmednya. Banyak pasti yang seperti itu, kita setidaknya dapat langsung menilai bagaimana pribadi orang itu melalui sosmednya. Padahal kita hanya bermodalkan nama lengkap saja, dan biarkan algoritma media social yang bekerja. Semua postingan, status, komentar, dan data akun kita ditelanjangi di media social. Oleh siapapun yang mau melihatnya. Ada baiknya pisahkan mana yang ingin dibuka ke public dan mana yang harus disimpan sendiri.