riandyogaAvatar border
TS
riandyoga
Berasa Gak, Kalau Teroris Kini Sudah Seperti Teroris 4.0
Quote:


Hai GanSis!! Masa iya sih kita masih mempeributkan soal definisi radikalisme, teori konspirasi cadar, hingga celana cingkrang. Sementara musuh kita bersama yakni terorisme, sudah bertransformasi bahkan berevolusi. Seperti yang sedang hype saat ini, terorisme kini juga ikut-ikutan menjadi terorisme 4.0.

Tenang dulu ya, ini opini saya. Melihat perkembangan dari aksi terorisme yang ada di Indonesia dan dunia. Dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Menurut saya, terorisme kini sudah merubah gaya dan wajah, mengganti baju dan taktik. Dan yang perlu kita waspadai, terorisme ternyata gak kolot-kolot banget. Mereka juga melek teknologi.

Menjadi miris kalau kita masih beranggapan kalau teroris itu mereka yang pakai cadar, jubah, celana cingkrang, ke-arab-arab-an. Lebih salah kaprahnya lagi kalau kita pikir terorisme itu dikait-kaitkan dengan Islam. Dan salah juga kalau kita hanya curigai pengajian-pengajian terpapar radikalisme. Padahal mereka yang hanya pelototi layar smartphone juga bisa terpapar radikalisme dan ujungnya menjadi terorisme sebagai tindakannya.

Pemanfaatan teknologi

Quote:


Kira-kira kenapa sih bisa banyak orang termasuk dari tanah air datang ke Suriah dan Iraq untuk ikut ISIS ? Kan gak mungkin ya dikirimin surat satu-satu, atau didatangi door to door.

Sudah tentu pakai teknologi. Lewat media sosial, broadcast aplikasi chat dan plaform digital lainnya. Bahkan proses baiat juga lewat online. Gak perlu lagi tatap muka langsung.

Inti sari teknologi memang gitu. Mempermudah tugas manusia dan meningkatkan hasil kerja. Menjadi bahaya bila dimanfaatkan untuk kejahatan, seperti terorisme.

Kita semua perlu lebih waspada. Bila dulu perekrutan pelaku teroris lewat kelompok dan tatap muka langsung. Kini dengan teknologi informasi, penjaringan anggota teroris bisa lewat sistem online. Artinya setiap orang semakin rawan terpapar radikalisme dan terorisme. Karena teroris menggunakan narasi-narasi sesatnya lewat internet dan tentunya itu memudahkan penyebarannya. Bila tidak dibekali pemahaman yang baik, maka setiap orang bisa terpengaruh.

Lebih fleksibel

Dari pemahaman yang saya tangkap, industri 4.0 ini mendorong manusia agar lebih fleksibel dan responsif terhadap perkembangan dunia. Meminimalkan aturan yang menghambat, tidak mononton dan tentunya gak ada lagi tuh proses birokrasi yang berbelit.

Hal ini juga yang saya lihat bahwa bau-bau revolusi industri 4.0 juga diterapkan sama para teroris. Mereka gak cuma pakai teknologi saja. Tapi juga dalam metodelogi.

Pada rentang tahun 2000 hingga 2009, jaringan teroris di Indonesia biasanya berkelompok, menyusun strategi bersama, membagi tugas, hingga aksi. Menyasar pada simbol barat, menggunakan bom daya ledak tinggi dan biasanya anggotanya terlatih.

Kini metodelogi dan strategi terorisme di tanah air bisa dibilang sudah berubah. Selain sasarannya yang sudah berubah haluan kepada aparat negara. Penyusunan rencana aksi juga sudah berubah. Tidak dibutuhkan banyak orang untuk merencanakan aksi teror.

Seperti penusukan pejabat tinggi negara seperti mantan Menkopolhukam Wiranto. Cukup 2 orang saja, teroris sudah berani menyerang.

Menurut saya ini sangat fleksibel. Spontanitas. Bahkan kabarnya, aksi-aksi teror tersebut tidak diketahui oleh pimpinan. Semacam inisiatif anggotanya saja.

Aksi teror juga gak monoton menggunakan bom. Bisa pakai senjata tajam misalnya. Karena itu tadi, keterbatasan perakitan bom. Jadi pakai apa yang ada.

Nah, disinilah justru gak kalah bahaya dengan cara lama. Aksi teror bisa terjadi kapan dan dimana saja. Akan tetapi kita gak boleh takut. Karena itu tujuan mereka (teroris). Jangan takut, tetap waspada dan bersikap seperti biasa saja.

Berganti baju

Quote:


Gaya berpakaian pelaku teroris juga sudah berubah. Salah kalau kita masih berpikir teroris sebatas cadar dan celana cingkrang. Terbaru aksi teror di Mapolresta Medan, pelakunya menggunakan baju ojek online. Menjadi kontroversi karena disamping gaya busana yang tidak dicurigai, peristiwa tersebut juga meresahkan pengemudi ojek online.

Disinilah kita perlu semakin waspada terhadap kejahatan disekeliling. Jangan asal menilai orang dari pakaiannya saja. Modus kejahatan senantiasa berubah.

Bila saat ini teroris pakai seragam ojek online, tapi bukan berarti kita menjadi curiga pada orang yang pakai seragam ojek online sebagai teroris. Inilah mindset yang perlu diubah.

Pola pikir perlu dinamis. Jangan hanya karena teroris pakai seragam ojek online, lantas semua ojol dicurigai sebagai teroris. Jangan suka menggeneralisir setiap peristiwa.

Kemungkinan-kemungkinan di masa yang akan datang akan selalu ada. Bisa sajakan teroris akan pakai bikini pada aksinya. Kenapa begitu? Ingat ya, terorisme itu bukan soal Islam dan terikat pada agama.

Kelompok bersenjata di Papua juga bisa disebut teroris. Sementara di Selandia Baru, justru umat Islam yang diserang oleh teroris bergaya game online. Ya, mereka bisa melakukan apa saja demi tercapai tujuannya.

Sekali lagi ini opini saya. Dan saya pikir kita juga mesti mulai peduli pada perubahan-perubahan yang ada disekitar kita. Teknologi, iklim, ekonomi, sosial, politik bisa berubah kapanpun, begitupun dengan bahaya yang mengintai. Bila ada revolusi industri 4.0, maka kita juga perlu waspada ketika kejahatan meng-upgrade level. Ada terorisme 4.0, korupsi 4.0 atau yang lainnya. Dan jangan lupa, kita juga perlu upgrade diri. Jangan sampai kalah sama kejahatan.

Oleh Rianda Prayoga. Binjai, 22 November 2019

Spoiler for referensi:
Diubah oleh riandyoga 22-11-2019 01:01
anasabila
4iinch
sebelahblog
sebelahblog dan 21 lainnya memberi reputasi
22
12.1K
123
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan