lapar.bang
TS
lapar.bang
"Pengarungan Puncak Puncak Tertinggi"


"Koaaakk koaakk" terdengar suara burung merak di tepi sungai.

Di sebuah savana yang amat luas ada beberapa tenda yang saling berhadapan. Pagi itu, saat salah satu dari mereka keluar menyambut sinar pagi yang masih berwarna kemerahan, beberapa merak dewasa terlihat sedang mencari pangan di sisi utara didekat sungai yang terlihat memanjang. Tak jarang mereka mengeluarkan bunyi-bunyi khas seekor unggas. Laksana seorang gadis yang mencari perhatian kekasihnya, begitu pula para merak itu berhasil mencuri perhatian para pendaki dan menjadi tontonan menarik bagi mereka

Yang terlihat hanyalah sebuah padang savana berwarna kuning, beberapa bulan air hujan tak kunjung menghujam bumi, rerumputan menjadi kering, tanah berubah menjadi debu, terik matahari selalu menemani rombongan pendaki dari pagi hingga petang menjemput.

Satu-persatu para pendaki itu keluar dari dalam tenda, langit yang awal mula berwarna merah gelap perlahan berubah menjadi kuning keemasan. Pancaran indah nampak naik ke atas secara perlahan menyambut para pendaki yang sedang asik duduk menikmati kopi panas dengan uap yang masih mengebul ke atas. Burung merak yang masih setia bermandi di sebuah sungai ikut menyambut hari baru dengan terus melantunkan suara khas mereka.

Dua orang pendaki sedang menyiapkan sebuah botol. Mereka berencana mengambil air di tepi sungai sembari menonton pertunjukan yang di sajikan oleh para merak. Pagi yang amat dingin tak membatasi kedua manusia itu untuk melangkahkan kakinya menembus rerumputan yang membeku akibat suhu yang sepertinya mencapai dua hingga lima drajat.

"Hey, coba kau lihat itu, apakah mereka merasa terganggu dengan kehadiran kita?" Jerry melontarkan pertanyaan kepada rekannya dengan terus berjalan menyusuri tepi jalan, kawan sependakiannya langsung menimpali pertanyaan Jerry.

"Sepertinya iya. Tetaplah berjalan, jangan sampai sedikit pergerakanmu membuyarkan pertunjukan indah itu" Johan yang sedari tadi sudah memperhatikan para merak itu mengurangi kecepatan jalannya. Ia seperti seorang penjahat yang berjalan mengendap-endap. Embun pagi yang membasahi sebagian tubuhnya tak ia hiraukan. Dua bola matanya masih tetap fokus memandangi unggas-unggas tersebut.

Terlihat tiga ekor merak sedang bercanda di tepi sungai, satu merak dewasa meloncat kesana kemari seakan-akan tau bahwa ada penonton yang sedang melihatnya menari. Sementara dua ekor lagi sedang asik membasahi bulu-bulu cantiknya dengan bermain air sedikit ke arah tengah, berjalan ketengah kemudian kembali ketepian, berjalan ketengah lagi, lalu kembali ketepian lagi. Entah berapa kali merak muda itu melakukannya, pandangan Johan dan Jerry tak lepas dari unggas-unggas cantik tersebut.

"Istimewa. Sangat istimewa, benar bukan. Jo?" Celetuk Jerry yang masih fokus nelihat para merak bermain.

"Benar sekali. Hanya di gunung ini kau dapat menemukan pertunjukan seperti ini. Apa kau menikmatinya?" Johan menimpali Jerry dengan pertanyaan.

"Ya, benar. Seumur-umur aku melanglang buana ke berbagai gunung, hanya di tempat ini aku bisa melihat merak di alam liar. Ah sepertinya aku jatuh hati terhadap gunung ini. Apa kau merasakan hal yang sama denganku Jo?" Jawab Jerry panjang lebar yang kemudian ia berdiri berusaha mendekat secara perlahan.

"Tentu saja, setiap tahun aku selalu mengunjungi tempat ini. Dan, ini adalah kesempatan keduaku bertemu dengan mereka, para merak yang kau lihat itu" Johan ikut mendekat ke arah Jerry sambil menunjuk ke arah merak tersebut.

Bagi Jerry, ini adalah keindahan yang amat luar biasa, bisa melihat seekor merak di alam liar dengan latar sebuah savana bagaikan di Afrika nan jauh disana. Tapi, bagi Johan. Merasakan damainya suasana di tempat bernama Cikasur untuk kedua kalinya merupakan nikmat yang tak bisa di bayar dengan apapun. Bagaimana tidak, untuk menuju ketempat ini saja mereka harus berjalan selama dua hari.

"Wush wush wush" Merak-merak itu terbang mengepakkan sayapnya hingga menimbulkan riak di sungai yang terlihat tenang tadi. Ekornya sangat panjang menjuntai kebawah, kilauan berwarna hijau sedikit kebiruan terlihat bercahaya saat matahari menembus dan menabrak bulu-bulu cantik itu. Hingga perlahan para merak itu hilang di telan rimbunnya hutan di ujung timur sungai Qalbu.



Perkenalkan, namaku Johan, aku biasa di panggil Jo. Hari ini aku akan melakukan pendakian bersama teman-temanku. Mendaki gunung dengan kategori tertentu membuat adrenalinku terpacu, bagaimana tidak, butuh 5 hari 4 malam untuk menyelesaikan satu kali pendakian ini. Gunung ini juga menjadi salah satu gunung yang wajib di daki oleh para pendaki. Gunung Argopuro.

Terletak di empat kabupaten, setauku hanya ada dua pintu masuk untuk mendaki gunung ini, melalui jalur Baderan di Situbondo dan juga jalur Bermi di Probolinggo.

Malam sudah menjemput, lagit yang sebelumnya terlihat sedikit kemerahan kini sudah berubah menjadi hitam pekat, ada beberapa bintang yang sedang bergelantungan di atas sana. Beberapa temanku sudah datang satu-persatu sembari menggendong tas yang terlihat besar itu. Beberapa keperluan selama pendakian sudah kami persiapkan, tak terkecuali aku yang sudah menyiapkan jauh-jauh hari peralatan tempurku.

Mobil jemputan sudah datang, kulihat arloji berwarna hitam di tangan sebelah kiri sudah menunjukkan angka dua belas lebih, itu berarti pagi ini hari sudah berganti.

Ada enam belas orang termasuk aku yang akan melakukan perjalanan panjang ini, aku memperkirakan dari tempatku berkumpul menuju ke sebuah basecamp pendakian memakan waktu lima jam. Awal perjalanan masih terasa santai, sebagian dari kita asik bercanda gurau di dalam mobil, mengabadikan moment kebersamaan atau sekedar bertanya asal masing-masing.

Lambat laun suara-suara itu hilang satu persatu, yang terdengar sekarang hanya raungan mesin mobil yang akan mengantarku ke titik awal perjalanan. Kulihat kanan-kiri teman-temanku sudah memejamkan mata terlebih dahulu, sepertinya mereka kelelahan. Aku pun memaksa untuk mengistirahatkan tubuh dan kedua mataku.

"Jo, bangun Jo, yuk kita turun ngopi-ngopi sebentar." Terdengar Jerry membangunkanku sembari menggoyang-goyangkan tubuhku.

Kukihat arah jarum jam sudah menunjukkan angka tiga, seluruh penumpang pun turun dan memaksa membuka mata mereka untuk sekedar menghangatkan tubuh dengan kopi yang mereka beli di warung-warung pinggir jalan. Kulihat di belakang warung tersebut ada sebuah bangunan yang amat sangat besar. Belakangan kuketahui itu adalah pembangkit listrik tenaga uap terbesar di jawa timur.

Lampu kerlap kerlip berwarna merah itu mendominasi bangunan raksasa tersebut, sayup-sayup terdengar mesin besar di dalam sana sedang bekerja. Terkadang suara itu tersamarkan dengan mobil yang lewat di depan jalan ini. "Ini mas kopinya." Secangkir kopi hitam yang terlihat amat pekat menjadi teman santai di pagi yang teramat dini ini.

Cuaca saat itu memang lumayan dingin, apalagi kita berhenti dekat dengan laut. Kulihat beberapa temanku sangat antusias, ada yang sedang asik berbincang, ada juga yang sekedar menikmati alunan lagu dari earphone, atau aku yang sedang menikmati secangkir kopi yang sudah mulai sisa setengah.

Kurasa sudah cukup, setelah kopi yang kuminum sudah habis aku membayar dan kembali masuk kedalam mobil, perjalanan menuju titik awal pendakian pun kita lanjutkan.

Dari sisi timur lagit sudah berwarna agak kebiruan dimana matahari akan muncul sebentar lagi. Mobil yang melaju pelan karena jalanan yang naik turun serta berkelok-kelok membuat seluruh penumpang terjaga dari sisa tidurnya. Seperti dugaanku, jam enam lebih sedikit kita sudah sampai di basecamp pendakian, satu persatu penumpang turun, setelah melakukam simaksi kita pun makan bersama mengisi perut yang semalaman tadi hanya terisi kopi.

Beberapa ojek sudah menunggu di depan, hari ini kita menggunakan jasa ojek yang akan mengantar kita sampai ke pos mata air satu untuk memangkas waktu.

Kali ini aku mendapat bagian leader bersama Nono, menjadi penunjuk jalan untuk beberapa teman-temanku, tak lupa masing-masing dari kami di bekali HT untuk berkomunikasi, karena dari enam belas orang ini hanya ada tiga orang saja yang sudah pernah kesini, termasuk aku.

Setelah berdoa dan membagi siapa siapa saja yang akan membawa HT, perjalanan pun di mulai.


Spoiler for Rules:
binti84muslimatNadarNadznona212
nona212 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2.5K
30
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan