- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Enam Kabupaten/Kota di NTT Rawan Radikalisme, Manggarai Barat Paling Rawan


TS
chemical.sapto
Enam Kabupaten/Kota di NTT Rawan Radikalisme, Manggarai Barat Paling Rawan
- Sejumlah Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur dinyatakan rawan radikalisme. Hal tersebut diungkap oleh Kombespol I Ketut Swijana Kassubdit Dit Intelkm Polda NTT.
Ketut Swijana menyampaikan hal itu dalam seminar nasional bertajuk Deradikalisasi Paham Radikal dari NTT untuk Indonesia di Hotel Sahid Timore, Kota Kupang, Kamis (21/11/2019).
• Kemendag RI Pantau Harga dan Pasokan Bahan Pokok di Kupang, Ini yang Ditemukan
Beberapa kabupaten yang dinyatakan rawan radikalisme tersebut antara lain, Ende, Belu, Lembata, Manggarai Barat, Sumba Timur, dan Kota Kupang.
Ia katakan, di Kota Kupang ada tiga napi teroris (napiter) dan organisir pahamradikalisme yang perlu diwaspadai.
"Ada sekitar 20 an eks pengikut HTI di Kota Kupang, ini perlu kita waspadai jangan sampai mereka diam-diam sebarkan paham radikalisme," kata dia.
• DPRD Kota Kupang Minta Pemkot Kupang Selesaikan Pembangunan Gedung Kantor Dukcapil
Sementara di Belu ada satu napiter. Sedangkan di Lembata, kata Ketut Swijana, ada aliran Ahmadyah. Menurutnya, Ahmadyah bukan radikal seperti radikal seperti isis atau HTI tapi aliran sesat sehingga perlu diwaspadai. Di Kabupaten lain, yakni Ende dua napiter dan Sumba Timur dua napiter.
Dikatakan, Manggarai Barat paling rawan radikalisme karena berbatasan langsung dengan Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang merupakan provinsi dengan tingkat kerawanan sangat tinggi.
Bahkan, Ketut Swija menyebut, Kabupaten Bima boleh dikatakan, sebagai produsen teroris.
"Di lapas-lapas di NTT saja ada 4 napi teroris belum lagi di Provinsi lain," kata dia. Ia menyebut di NTB ada kelompok Khilafatuh Muslimin, visi kelompok ini yakni mendirikan khilafah mulai dari Indonesia.
Perguruan Tinggi Perlu Waspada Mahasiswa Rentan Terpapar Radikalisme
Ketut Swijana mengingatkan perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur perlu waspada menyusupnya paham radikalisme ke lingkungan perguruan tinggi. Ia katakan demikian karena mahasiswa memiliki sikap militansi yang tinggi.
Selain itu, kata dia, dua perguruan tinggi di NTT yang mulai terpapar radikalismeyakni Universitas Muhamadyah Kupang dan Undana Kupang. "Dari pengamatan kami ada adik-adik kita yang mulai terpapar paham radikalisme," ungkapnya.
Ia katakan, untuk sementara mereka lakukan pantauan dan pengawasan di Universitas Muhamadyah dan Undana, tapi tidak menutup kemungkinan di Universitas dan Kampus lain juga bisa ada yang terpapar radikalisme.
Menurutnya, untuk sementara mereka yang terpapar radikalisme di dua universitas tersebut merupakan simpatisan terhadap gerakan atau pahamradikalisme. "Siapa mereka dan jumlah, tidak bisa kita sebutkan, ini ruang publik, pokoknya ada," kata dia.
Ia tegaskan, semua elemen masyarakat jangan memberikan ruang kepada paham radikalisme untuk berkembang sementara Polri sendiri akan tetap melakukan pantauan dan pengawasan sesuai dengan metode dan koridor hukum.
Rektor Muhammadyah Apresiasi Polda NTT
Rektor Universitas Muhammadiyah, Zainur Wula mengapresiasi apa yang dipaparkan oleh pihak Polda NTT tersebut. Ia katakan, dengan adanya informasi itu menjadi catatan yang penting bagi pihak Universitas agar memperhatikan hal tersebut dan diharapkan juga kepada Polda mampu bersama-sama pihak kampus memerangi radikalisme.
“Kami bersyukur dengan pemberitahuan dari pihak Polda terkait mahasiswa kami yang menganut Paham radikal namun kami kembali meminta kerja sama dengan pihak Polda agar memberitahukan kami nama mahasiswa tersebut agar cepat di bidang sehingga ke depannya tidak ada mahasiswa yang mempunyai paham radikalisme lagi,” tegasnya.
Namun, ia katakan, sejauh pantauannya tidak ada mahasiswanya yang terjaring dalam radikalisme. Jika di kemudian hari bila ditemukan ada disikapi secara tegas.
Ketua MUI NTT, H. Abdul Makarim yang juga menjadi narasumber dalam seminar tersebut mengatakan radikalisme merupakan embrio lahirnya terorisme.
"Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara totale dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang secara drastis lewat kekerasan dan aksi yang ekstrim," katanya.
Menurutnya, banyak ciri yang bisa dikenali sebagai sikap dan paham radikal, di antaranya intoreran
fanatik, eksklusif dan revolusioner dengan cendrung menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan.
Ia katakan, faktor lain yang memotivasi seseorang bergabung dalam terorisme atau terpapar radikalisme, yakni faktor domestik, di mana kondisi kemiskinan yang melanda negeri dan merasa kecewa dengan pemerintah.
Selanjutnya faktor internasional yakni pengaruh lingkungan luar negeri yang memberikan daya dorong tumbuhnya sentiment keagamaan seperti ketidakadilan global. Dan faktor kultural yakni pemahaman keagamaan yang dangkal dan menafsirkan kitab suci yang sempit dan leksikal.
Ia tegaskan, semua mahasiswa di NTT tidak memberi kesempatan kepada kelompok radikalisme untuk berkembang di NTT.
Narasumber lain, dosen UGM (Universitas Gajah Mada) Abdul Gaffar Karim, kepada POS-KUPANG.COM, di sela seminar tersebut katakan untuk memerangiradikalisme, butuh peran semua elemen baik akademisi, orang tua dan mahasiswa.
Secara khusus ia tekankan peran kampus karena radikalisme yang kerab masuk di universitas dan sulit terdektisi oleh pendidik dan juga orang terdekat sendiri maupun orang tua.
“Untuk memberantas atau memerangi radikalisme yang terjadi di suatu instansi (Universitas), memerlukan kerjasama yang dibangun baik dari orang tua, kerabat, para dosen dan juga peran aktif dari masyarakat sehingga paham-paham radikalisme itu dibendung atau pun bisa diatasi secara dini di lingkup kampus,” katanya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti)
https://kupang.tribunnews.com/2019/1...rawan?page=all
Serrm, radikalisme sudah masuk NTT
Ketut Swijana menyampaikan hal itu dalam seminar nasional bertajuk Deradikalisasi Paham Radikal dari NTT untuk Indonesia di Hotel Sahid Timore, Kota Kupang, Kamis (21/11/2019).
• Kemendag RI Pantau Harga dan Pasokan Bahan Pokok di Kupang, Ini yang Ditemukan
Beberapa kabupaten yang dinyatakan rawan radikalisme tersebut antara lain, Ende, Belu, Lembata, Manggarai Barat, Sumba Timur, dan Kota Kupang.
Ia katakan, di Kota Kupang ada tiga napi teroris (napiter) dan organisir pahamradikalisme yang perlu diwaspadai.
"Ada sekitar 20 an eks pengikut HTI di Kota Kupang, ini perlu kita waspadai jangan sampai mereka diam-diam sebarkan paham radikalisme," kata dia.
• DPRD Kota Kupang Minta Pemkot Kupang Selesaikan Pembangunan Gedung Kantor Dukcapil
Sementara di Belu ada satu napiter. Sedangkan di Lembata, kata Ketut Swijana, ada aliran Ahmadyah. Menurutnya, Ahmadyah bukan radikal seperti radikal seperti isis atau HTI tapi aliran sesat sehingga perlu diwaspadai. Di Kabupaten lain, yakni Ende dua napiter dan Sumba Timur dua napiter.
Dikatakan, Manggarai Barat paling rawan radikalisme karena berbatasan langsung dengan Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang merupakan provinsi dengan tingkat kerawanan sangat tinggi.
Bahkan, Ketut Swija menyebut, Kabupaten Bima boleh dikatakan, sebagai produsen teroris.
"Di lapas-lapas di NTT saja ada 4 napi teroris belum lagi di Provinsi lain," kata dia. Ia menyebut di NTB ada kelompok Khilafatuh Muslimin, visi kelompok ini yakni mendirikan khilafah mulai dari Indonesia.
Perguruan Tinggi Perlu Waspada Mahasiswa Rentan Terpapar Radikalisme
Ketut Swijana mengingatkan perguruan tinggi di Nusa Tenggara Timur perlu waspada menyusupnya paham radikalisme ke lingkungan perguruan tinggi. Ia katakan demikian karena mahasiswa memiliki sikap militansi yang tinggi.
Selain itu, kata dia, dua perguruan tinggi di NTT yang mulai terpapar radikalismeyakni Universitas Muhamadyah Kupang dan Undana Kupang. "Dari pengamatan kami ada adik-adik kita yang mulai terpapar paham radikalisme," ungkapnya.
Ia katakan, untuk sementara mereka lakukan pantauan dan pengawasan di Universitas Muhamadyah dan Undana, tapi tidak menutup kemungkinan di Universitas dan Kampus lain juga bisa ada yang terpapar radikalisme.
Menurutnya, untuk sementara mereka yang terpapar radikalisme di dua universitas tersebut merupakan simpatisan terhadap gerakan atau pahamradikalisme. "Siapa mereka dan jumlah, tidak bisa kita sebutkan, ini ruang publik, pokoknya ada," kata dia.
Ia tegaskan, semua elemen masyarakat jangan memberikan ruang kepada paham radikalisme untuk berkembang sementara Polri sendiri akan tetap melakukan pantauan dan pengawasan sesuai dengan metode dan koridor hukum.
Rektor Muhammadyah Apresiasi Polda NTT
Rektor Universitas Muhammadiyah, Zainur Wula mengapresiasi apa yang dipaparkan oleh pihak Polda NTT tersebut. Ia katakan, dengan adanya informasi itu menjadi catatan yang penting bagi pihak Universitas agar memperhatikan hal tersebut dan diharapkan juga kepada Polda mampu bersama-sama pihak kampus memerangi radikalisme.
“Kami bersyukur dengan pemberitahuan dari pihak Polda terkait mahasiswa kami yang menganut Paham radikal namun kami kembali meminta kerja sama dengan pihak Polda agar memberitahukan kami nama mahasiswa tersebut agar cepat di bidang sehingga ke depannya tidak ada mahasiswa yang mempunyai paham radikalisme lagi,” tegasnya.
Namun, ia katakan, sejauh pantauannya tidak ada mahasiswanya yang terjaring dalam radikalisme. Jika di kemudian hari bila ditemukan ada disikapi secara tegas.
Ketua MUI NTT, H. Abdul Makarim yang juga menjadi narasumber dalam seminar tersebut mengatakan radikalisme merupakan embrio lahirnya terorisme.
"Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara totale dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang secara drastis lewat kekerasan dan aksi yang ekstrim," katanya.
Menurutnya, banyak ciri yang bisa dikenali sebagai sikap dan paham radikal, di antaranya intoreran
fanatik, eksklusif dan revolusioner dengan cendrung menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan.
Ia katakan, faktor lain yang memotivasi seseorang bergabung dalam terorisme atau terpapar radikalisme, yakni faktor domestik, di mana kondisi kemiskinan yang melanda negeri dan merasa kecewa dengan pemerintah.
Selanjutnya faktor internasional yakni pengaruh lingkungan luar negeri yang memberikan daya dorong tumbuhnya sentiment keagamaan seperti ketidakadilan global. Dan faktor kultural yakni pemahaman keagamaan yang dangkal dan menafsirkan kitab suci yang sempit dan leksikal.
Ia tegaskan, semua mahasiswa di NTT tidak memberi kesempatan kepada kelompok radikalisme untuk berkembang di NTT.
Narasumber lain, dosen UGM (Universitas Gajah Mada) Abdul Gaffar Karim, kepada POS-KUPANG.COM, di sela seminar tersebut katakan untuk memerangiradikalisme, butuh peran semua elemen baik akademisi, orang tua dan mahasiswa.
Secara khusus ia tekankan peran kampus karena radikalisme yang kerab masuk di universitas dan sulit terdektisi oleh pendidik dan juga orang terdekat sendiri maupun orang tua.
“Untuk memberantas atau memerangi radikalisme yang terjadi di suatu instansi (Universitas), memerlukan kerjasama yang dibangun baik dari orang tua, kerabat, para dosen dan juga peran aktif dari masyarakat sehingga paham-paham radikalisme itu dibendung atau pun bisa diatasi secara dini di lingkup kampus,” katanya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti)
https://kupang.tribunnews.com/2019/1...rawan?page=all
Serrm, radikalisme sudah masuk NTT




4iinch dan sebelahblog memberi reputasi
2
643
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan