Kali ini di Sabtu ceria ini ane ingin membagikan sedikit pengalaman ane di sebuah komunitas. Komunitas keren yang dari sanalah ane mengenal Kaskus dan berada di sini hingga hari ini. Komunitas yang menginspirasi ane untuk menulis dan membuat tulisan yang lebih enak dan rapi dibaca.

AganSist pernah mendengar tentang Komunitas Bisa Menulis?Iyap. Komunitas literasi yang didirikan oleh Pak Isa Alamsyah dan istrinya, Mbak Asma Nadia di jejaring sosial media Facebook. Saat ini membernya sudah mencapai lebih dari 600.000 orang. Sebuah angka yang fantastis untuk komunitas menulis online di negeri ini.



sumber:Di sini

Berikut ini ane tuliskan beberapa poin positif dari KBM. Cekidot.

1. Jangan Takut Jadi Pemula

Di sini AganSist, kita bisa belajar tentang literasi yang baik. Ada banyak senior-senior yang murah hati membagikan ilmu dan pengalamannya. Kita bisa belajar dari nol hingga menjadi penulis terkenal yang menghasilkan banyak karya. Tanpa ada perbedaan suku, ras, atau gender. Syaratnya hanya mau belajar dan terbuka dengan kritik dan saran. Serta tentu saja latihan latihan dan latihan menulis yang berkesinambungan.

Untuk menjadi member di sini pun tidak sulit, GanSis. Kita hanya perlu meng-klik tombol gabung dan tinggal menunggu persetujuan Mimin dan Momod-nya. Setelahnya kita akan menemukan sebuah komunitas menulis yang selalu ramai. Ratusan postingan setiap hari masuk ke sini. Penulis dan pembaca pun beragam. Dari kaum jadul hingga milenial. Dari emak-emak dasteran hingga bapak-bapak kumisan. Dari wanita karir hingga IRT. Bahkan remaja sampai ibu-ibu setengah baya komplit di sini. Semua tergantung kita. Kita yang memilih bacaan dan tulisan, kita yang menikmatinya. Pun kita pula yang mengambil ibrah-nya.

Pertama kali gabung sekitar tahun 2017, ane adalah seorang yang tidak tahu apa-apa. Ane masuk ke sana dan berperan sebagai pembaca. Menikmati karya-karya dari penulis online yang berseliweran. Berbagai macam topik dan ide cerita, berbagai genre dan isu-isu terhangat, semua komplit di sini, tinggal kita pilih yang mana. Mulai dari yang sudah memiliki kemampuan mumpuni dalam menulis, maupun yang tulisannya masih ngesot dan amburadul. Semua diterima, semua sama. Syaratnya hanya satu, mau belajar dan belajar. Sementara sebagai pembaca, kita hanya tinggal menikmati apa yang tersedia. Lumayan untuk menghibur dan menambah pengetahuan.

Kemudian, ane mulai tertarik untuk ikut-ikutan menulis. Tentu saja dengan tulisan super kacau bikin sakit mata. No PUEBI apalagi EYD. Beberapa orang senior singgah dan memberikan krisan. Di sanalah ane menjadi nyaman dan menemukan orang-orang yang sehati dengan ane.

Tentu saja dalam belajar ada proses suka dukanya ya, Sist. Kita nggak boleh terlalu baper ketika ada kritikan yang dirasa pedas. Semua adalah untuk kebaikan kita. Ane bahkan pernah menangis ketika tulisan yang susah payah dibuat ternyata memiliki kesalahan bejibun. Parahnya, meski sudah dikrisan, ane nggak tahu mau mulai dari mana untuk memperbaikinya. Lalu, hadirlah orang-orang dunia maya yang menawarkan persahabatan dan semangat. Ane pun bangkit lagi dan kembali move on.

Satu lagi kebaikan yang ane dapat dari Komunitas Bisa Menulis ini. Selain berhasil menerbitkan beberapa antologi cerpen dan sebuah novelet, ane menemukan sahabat-sahabat yang setia mendengar keluh kesah, berbagi cerita dan canda, tertawa dan bersedih bersama. Orang-orang yang belum pernah ane temui di dunia nyata, terpisah lautan bahkan benua, tapi rasanya sama seperti saudara. Hari-hari yang awalnya monoton karena bergaul dengan yang itu-itu saja, kini terasa lebih berwarna. Berbagai info menarik dan permasalahan kami bahas, rasanya menyenangkan memiliki teman-teman tempat kita berbagi suka dan duka.

Sesuai namanya, KBM ini merupakan wadah yang cukup mumpuni untuk menampung daya kreatifitas membernya. Penulis-penulis selain menyalurkan hobi dan mengisi waktu luang, juga bisa membukukan karya dan promosi di sana. Banyak penerbit dan editor yang diam-diam memantau tulisan-tulisan yang bertebaran. Mereka akan segera meminang begitu cerita dianggap layak untuk diterbitkan di tempat mereka. Pembaca pun, apabila sudah kepincut dengan ceritanya, tidak akan segan-segan untuk membeli. Jadi, bisa dikatakan, komunitas ini juga menjembatani hubungan simbiosis mutualisme antara penerbit, penulis, dan pembaca.

Komunitas ini tentu saja terus berkembang. Selayaknya sebuah komunitas, tentu saja ada aturan main yang harus kita ikuti. Tapi semua itu bukanlah suatu kekurangan. Ini hanyalah aturan umum yang dipakai untuk menertibkan saja. Selebihnya kita bebas berpendapat, berekspresi, belajar, menghibur diri, bersilaturrahmi dan menambah relasi. Hingga saat ini, ane masih betah berada di sana, mengikuti perkembangannya, dan sangat berterima kasih atas inspirasi dan pelajaran yang ane dapat dari sana.