Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

wolfvenom88Avatar border
TS
wolfvenom88
Perekonomian Lesu, Angka Kredit Macet di Solo Melonjak
Merdeka.com - Kondisi ekonomi yang lesu akhir-akhir ini membuat angka kredit macet atau non performing loan (NPL) pada industri perbankan di wilayah Solo dan sekitarnya melonjak. Lonjakan cukup signifikan tercatat hingga bulan September 2019.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), angka kredit macet untuk bank umum konvensional hingga triwulan ketiga tahun ini sebesar 4,37 persen. Angka tersebut meningkat dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar 2,11 persen.

"Kenaikan angka kredit macet ini lebih banyak dipengaruhi kondisi ekonomi yang sedang lesu," ujar Kepala Bagian Pengawasan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Solo, Tito Adji Siswantoro kepada wartawan, Selasa (12/11).

Sementara untuk kinerja lainnya, lanjut dia, tercatat mengalami pertumbuhan. Seperti pada nilai aset yang dimiliki, pada September 2019 tercatat sebesar Rp86,8 triliun. Jumlah tersebut meningkat sebesar 6,17 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp81,8 triliun.

Sedangkan untuk penyaluran kredit sebesar Rp76,1 triliun, naik 10,65 persen dari periode sama tahun lalu sebesar Rp68 triliun. Dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp68 triliun, naik sekitar 7,66 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp63,1 triliun.

"Untuk bank umum syariah, kondisinya hampir sama. Sampai akhir triwulan ketiga, angka kredit macet sebesar 1,64 persen. Angka tersebut naik dari periode sama tahun sebelumnya sebesar 0,98 persen," terangnya.

Berdasarkan informasi yang diterimanya, selain ada yang minta keringanan dalam membayar angsuran juga ada yang mendadak tidak ingin riba. Sehingga mereka berhenti saat angsuran belum lunas.

Selain NPL meningkat, dari sisi aset yang dimiliki juga tercatat mengalami penurunan sekitar 1,03 persen. Yaitu dari Rp5,846 miliar menjadi Rp5,786 miliar secara year on year (yoy). Dan kondisi paling parah terjadi pada penyaluran kredit. Pasalnya terkoreksi hingga 10,56 persen, yaitu dari Rp5,374 miliar menjadi Rp4,807 miliar.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso memastikan bahwa kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) industri perbankan hanya bersifat sementara. Di mana, gross perbankan hingga akhir September 2019 tercatat sebesar 2,66 persen, atau naik 1 persen dari sebelumnya.

"Sekarang NPL-nya memang sedikit naik, yang dari biasanya gross 2,5 persen sekarang 2,6 persen. Tapi ini bisa hanya karena temporary (sementara), belum tentu sustain (berkepanjangan)," ungkapnya di Jakarta, Kamis (31/10).

Untuk menekan kenaikan NPL tersebut, OJK sudah meminta agar debitur-debitur besar segera melakukan restrukturisasi. Hal ini agar tidak menimbulkan dampak yang lebih meluas di pasar.

Dengan demikian, dia meyakini hingga akhir tahun 2019 NPL akan tetap terjaga di level 2,6 persen, tak meningkat lebih tinggi lagi dari level saat ini. Di samping itu, NPL pada tahun depan akan mengalami perbaikan dibandingkan tahun ini. Mengingat para debitur akan melanjutkan restrukturisasinya. (mdk/az)

https://m.merdeka.com/uang/perekonom...-melonjak.html
sebelahblog
4iinch
4iinch dan sebelahblog memberi reputasi
2
1.1K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan