Kaskus

News

isnainiafAvatar border
TS
isnainiaf
Biduk itu
Sekelebat lalu, aku teringat pada guruku. Di depan rumah beliau. Rumah sederhana dalam komplek pabrik yang jalanannya selebar kenangan (tidak, lebih lebar kenangan ini tentunya)

Malam itu sudah sepi sekali. Berbeda dengan dalam pabrik yang penuh euforia dunia. Aku diajak memandangi langit.

Pikirku, aku sedang diajari cara melihat waktu shalat, karena sebelumnya meminta cara membaca matahari (kita tidak tahu kan, kapan diri ini tiba masanya 'uzla menjauhi fitnah, mungkin di gunung, mungkin di laut, mungkin di hutan pohon cemara, saat dimana adzan tidak lagi saut menyaut seperti hari-hari ini)

"Lihat, itu namanya biduk. Biasanya pelaut tahu arah dari gugusan bintang"

Hm percaya atau tidak aku tidak menemukan apapun di langit sana. Semua bintang terlihat sama. Harusnya ini bisa sangat mudah. Seperti mencari kilauan berlian diantara tumpukan kawat tembaga milik bapak.

"Itu loh dek. Arah sana. Perhatikan ini... ini... ini.. ini..." tangan beliau menunjuki "Kalau dihubungkan jadinya biduk"

Payah sekali. Ternyata tidak hanya dalam laboratorium aku memiliki kelemahan. Tak ubahnya langit adalah sosok misterius yang mengandung banyak hal saintifik. Hampir sama dengan niat tempo dulu. Hasrat ikut kelas olimpiade astronomi mencari energi sama dengan nol dari Big Bang Theory, justru diajak menghitung jarak antarbintang. Lagipula untuk apa mereka harus dihitung. Tanpa tahu itu, aku juga bisa makan (Berapa kali aku dibilangi, jangan meremehkan ilmu dunia karena itu bagian dari ayat-ayat Allah yang tersebar banyak sekali di alam, tapi tetap sama saja. Aku berharap keangkuhan ini musnah seperti peradaban-peradaban kuno terdahulu)

"Biduk itu dek, menunjukkan arah utara"

Obrolan apa lagi ini. Bahkan di dalam masjid saja, aku masih bingung sebelah mana utara berada. Tidakkah kita cukup mengetahui, kita shalat ke arah barat. Selebihnya tidak usah dihiraukan (Aku berharap keangkuhan ini musnah seperti peradaban-peradaban kuno terdahulu)

Kejadian itu.

Aku tidak boleh berkata seharusnya ini, seharusnya itu.

Qadarullaah wa maa syaa a fa'ala

"Mungkin kelak jika kita bertemu lagi, kita perlu memiliki sepasang merpati."
0
145
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan