.
.
.
.
.
Transaksi jual beli itu udah dilakukan sejak dulu kala, awalnya dengan tukar menukar barang yang nilainya dianggap sama tetapi karena kebutuhan manusia yang makin bertambah sejak zaman bercocok tanam maka transaksi jenis ini mulai ditinggalkan.
Lalu, terciptahlah uang sebagai alat tukar yang dianggap punya nilai sebanding dengan barang atau jasa yang akan dibeli.
Dengan kemajuan zaman, yang biasanya pembeli itu datang ketoko toko untuk membeli barang, dengan kecepatan internet semakin baik dan menjamurnya marketplace baik yang b2c atau c2c, maka sekarang mereka tinggal berleha leha dikasur dan barangpun sampai dirumah.
Nah tapi dengan semua kemudahan yang ada masih ada loh beberapa konsumen atau pembeli yang luc saat membeli di toko offline.
Sumber
Pada suatu hari ada seorang pembeli yang ingin membeli sebuah pemanas air, barang ini sebernya banyak di toko perabotan dan ditoko elektronik jadi tidak sulit untuk mendapatkannya. Lalu tibalah orang ini di toko saya.
Quote:
Pembeli : "Permisi mas, ada mug buat pemanas air?"
Saya : "Ada mas, kebetulan nih tinggal 1"
Dengan muka ceria ia berhasil mendapatkan apa yang dia mau.
Pembeli : "Berapa ini harganya mas?"
Saya : "Ini Rp. 50.000 mas"
Pembeli : "Bisa kurang kan mas?"
Saya : " Wah sudah engga bisa mas, disini harganya udah pas semua"
Pembeli : "loh kok ga bisa toh mas, ini saya liat di online cuma Rp. 40.000"
Saya : "Yasudah si masnya beli disitu aja, kan lebih murah"
Pembeli : "Ya kan siapa tau toh bisa sama kaya yang di online"
Saya : "Coba itu liat mas, pengiriman barangnya dari mana, terus ongkos kirimnya berapa?"
Pembeli : "Kirimnya dari Jakarta, ongkos kirimnya cuma Rp. 9.000"
Saya : "Nah udah ketauan kan berapa harganya, belum lagi ongkos adminnya"
Pembeli : "Ya namanya juga berusaha, dia aja bisa kasih harga Rp. 40.000 masa mas ga bisa"
Saya : "Saya kan harus bayar tempat, listrik, air, keamanan dan kebersihan toh mas, ini kira kira jadi tidak ?"
Pemebeli : "Ya sudah, bungkus mas"
Kadang binggung juga sama pembeli model seperti ini, apa dia gagap teknologi atau memang sangkin ingin dapat murah berkeliling kota untuk mencari barangnya.
Ya wong jualan online, tempatnya gratis, kunjungan orangnya lebih banyak, wajar toh murah.
Tapi kalau untuk harga pembanding masih tidak apa apa, soalnya ada juga penjual yang memanfaatkan ketidaktahuan pembeli untuk meraup untung banyak - jangan ditiru, lambat laun pembeli akan kabur-.
Itu untuk case yang pertama, yang kedua sama menjengkelkannya lagi.
Sumber
Quote:
Ada seorang Ibu sosialita yang memasuki toko dengan muka yang sedikit lelah, sebelum sampai masuk ia mengotak atik handphonenya seakan akan ada keperluan yang penting, setelah dianggap pas maka ibu ini masuk ke toko.
Ibu : "Permisi Mas, ada barang kaya gini ngak"
Sambil menyodorkan HP ke Saya.
Saya : "Wah, ga ada buk kalau disini"
Pembeli : "Kalau yang ini mas, ada gak ?"
Saya : "Ga ada juga buk, kenapa ga coba beli di situ aja?"
Pembeli : "Mahal mas ongkos kirimnya soalnya dari Surabaya"
Saya : "...."
Akhirnya si Ibu pergi dengan tenang.
Haha, lucu juga sih udah nemu barang yang dia suka di marketplace online tapi tetap mencari di pasar offline. Apa ibu ini ga tau kalau ada fitur untuk mengatur tempat pengiriman.
Ya begitulah ceritanya.