Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nyonyinezAvatar border
TS
nyonyinez
Bunga Si Kupu-kupu dan Pria Tampan

Bunga Si Kupu-kupu dan Pria Tampan

Sumber gambar: https://ae01.alicdn.com/kf/HTB1VnxrQ...pg_640x640.jpg


Seorang pria tampan menyapanya dengan nama Azalea. Kemarin, pria tampan yang lain memanggilnya Camelia. Kemarinnya lagi, pria tampan yang lain lagi menyebut namanya dengan nama yang juga lain: Dahlia. Dan besok, bisa saja dia mengenalkan diri dengan nama-nama bunga lainnya, Fressia, Zinnia atau Vinca.

"Saya adalah Bunga." Dia memantapkan diri. Tak pernah ada yang tahu siapa nama aslinya. Lagi pula, siapa peduli? Toh yang diinginkan pria-pria tampan itu bukan nama, melainkan tubuhnya. Begitulah Bunga, menjalani kehidupan dengan menyebarkan harum dan menawari nectar bagi para kumbang yang kehausan.

Malam ini, masih malam yang selalu biasa. Malam dimana dingin seketika memanas di atas lantai dansa. Lampu remang-remang sengaja dipasang demi menyembunyikan wajah manusia-manusia berdosa. Meja-meja dipenuhi gelas bir berbusa. Asap rook berkeliaran, di sofa-sofa empuk berkulit hitam, duduk para pria tampan dan wanita penghibur dengan nama-nama bunga.

"Kamu adalah Si Kupu-kupu, sayang," ucap seorang pria tampan ke sekian. Matanya tak lepas dari pemandangan indah tubuh si wanita yang berada dipangkuannya. Dia mengecup mesra pipi Si Pria Tampan tanpa ragu. Pria tampan yang mendapat kecupan pun tersipu malu.

"Nama saya Biduri, Tuan."

"Tapi, Papi bilang namamu Seruni."

"Benarkah?"

"Siapa namamu sebenarnya, kupu-kupuku?" Pria tampan mengambil gelas berisi bir lalu meminumnya tanpa melepas pandangan.

"Cempaka," jawabnya. Pria tampan menahan tawa mendengar nama Bunga yang ia tahu masih bukan nama sebenarnya.

"Lalu, siapa namamu?"

"Asoka." Dan mereka berdua tertawa karena sama-sama tak percaya.

Baginya, pertanyaan seputar nama hanyalah basa-basi. Basa-basi yang terjadi di tempat prostitusi seperti ini tidak perlu serius ditanggapi. Tak terkecuali jika basa-basi berlanjut ke ranjang besi. Saling menukar hasrat menelanjangi, meninggalkan air mani yang mengering di sprei berwarna putih pasi, lalu pergi seolah tak pernah ada yang terjadi.

Tetapi, malam ini tidak seperti pertemuan, perkenalan maupun kencan-kencan sebelumnya. Bunga merasa ada yang berbeda. Pria tampan yang kali ini membayarnya bukanlah pria tampan biasa. Dari bahasa tubuhnya, cara ia berbicara, bahkan saat bibirnya menyentuh gelas berisi bir berbusa, sederhana namun mampu membuat dia seolah terbang menjelajah angkasa.

"Selamat malam, kupu-kupuku." Selesai berbasa-basi, pria tampan pun pamit pulang karena telah puas menghibur diri. Jam menunjukan pukul dua dini hari. Masih ada waktu sekitar tiga jam umtuk dia kembali mencari pria tampan lainnya lagi. Sekali lagi, demi menghidupkan kematian hidupnya yang konon tinggal menghitung hari.

"Sekali lagi, untuk malam ini." Bunga bergumam.

Tak lama pria tampan berdasi menghampiri. "Siapa namamu?"

"Saliara."

Mereka saling menjabat tangan, mengucap nama yang lagi-lagi disamarkan.

*

"Siapa namamu malam ini, kupu-kupu?" Si Pria tampan kembali memangku Bunga. Untuk kedua kalinya dia mengecup mesra pria tampan tanpa ragu, lagi membuat ia tersipu malu.

"Sakura."

Pria tampan mengulum senyum. Tangan kanannya memegang gelas yang hanya berisi minuman soda, sementara tangan lain menempel di paha mulus Bunga.

"Tidak inginkah kamu memberitahu siapa namamu sebenarnya?" Bunga sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. Dia semakin merasa Si Pria Tampan ialah pria tampan berbeda, karena baru sekarang ada yang benar-benar ingin tahu siapa nama Bunga sebenarnya.

"Saya adalah Bunga, tapi kalau kamu ingin memanggilku Si Kupu-kupu ... itu tidak masalah," jawabnya sambil menyesap bir yang nyaris habis.

"Aku ingin kamu menemaniku malam ini."

"Seperti kemarin?"

Pria tampan tidak menjawab, hanya tersenyum sambil mengangkat kedua alisnya.

Pergumulan mereka malam ini selesai. Bunga terbaring menutupi tubuh sintalnya dengan selimut, menyaksikan Si Pria Tampan yang hendak mengenakan kembali pakaiannnya. Dia tahu, sebentar lagi ia akan pergi. Dia tahu setelah ia pergi, dia akan kembali mencari pelanggan lain sampai matahari terbit nanti.

Tapi ternyata dia salah. Kali ini Bunga mendapat tamu yang tak biasa. Pria tampan tiba-tiba mengurungkan niatnya untuk meninggalkan kamar. "Keberatankah kamu jika menemaniku sampai pagi?" tanya pria tampan yang kini duduk di tempat tidur, di samping Bunga.

"Asal bayarannya menyesuaikan."

"Aku siap membayar berapa pun," celetuknya sambil menyalakan rokok, "tapi yang saat ini kuinginkan bukan tubuhmu lagi."

Bunga mengernyit, ini permintaan istimewa.

"Ceritakan padaku tentang dirimu, kupu-kupu." Ia mengembuskan asap rokok dan tersenyum ke arah Bunga.

"Untuk apa?"

"Karena aku tahu, banyak yang kamu sembunyikan. Ceritakan padaku semua rahasiamu, Bungaku."

Bunga memakai pakaiannya. Kembali duduk di pangkuan Pria Tampan dengan tatapan penuh tanya. "Saya tidak mahir bercerita, Tuan. Saya bukan pendongeng, saya pramuria!"

"Kalau begitu, berhentilah melacur dan jadilah pendongeng."

Bunga bergeleng, dia beranjak menjauh dari pria tampan tak biasa itu. Dia tidak percaya atas apa yang baru saja didengarnya. Siapa pria ini? Seseorang yang baru dua kali mengencani, tiba-tiba berani memintanya berhenti menjual diri.

"Jadilah pendongengku, Bunga. Aku akan menikahimu!"

Bunga terus bergeleng. Dia meraih tas dan ponselnya, lalu berlari keluar pintu.

*

Malam ke tiga. Pria tampan kembali ke tempat biasa berbasa-basi, tapi ia tak melihat Bunga di sana. Malam ke empat, ia kembali tapi masih tak menemukan Bunga. Hingga malam ke sepuluh ia kembali, tapi tetap tak ada tanda-tanda keberadaan kupu-kupunya.

Si Pria Tampan teramat kesal. Menunggu adalah satu-satunya hal yang ia anggap menyiksa. Setidaknya ia butuh stok kesabaran puluhan kali lipat, dan itu hanya demi seorang penjual kelamin yang bahkan punya banyak nama.

Pria tampan patah hati. Ia frustasi. Kini, mejanya dipenuhi beberapa botol minuman beralkohol tinggi. Sendiri. Nyaris tak sadarkan diri. Si Pria Tampan tahu pasti, sekarang ia benar-benar mabuk untuk pertama kali.

"Jangan memaksakan diri, Tuan." Terdengar olehnya suara perempuan yang bermalam-malam ini ia nanti. Ia diam, pandangannya tak fokus lagi. Tubuh sintal Bunga berada dalam botol wine yang ia genggam, terlihat lincah menari-nari.

"Haha ... aku menemukanmu, kupu-kupuku," gumamnya.

"Ya, Kamu menemukan saya, Tuan." Bunga berbisik.

Pria tampan menoleh. "Si-siapa kamu?" tanyanya terbata, ia masih belum yakin yang dilihatnya benar nyata atau hanya imajinasi buatannya saja.

"Raflesia." Bunga mengecup pipi Si Pria Tampan.

"A-aku ... aku ...,"

Bunga mengupas senyum. "Mari kita basa-basi di rumahmu!" ajaknya, dengan satu kedipan mata yang dihiasi bulu mata palsu.

*

Di sebuah rumah susun lantai tiga, berjejer puluhan pot yang diisi berbagai jenis bunga. Semuanya palsu. Tidak ada satu pun diantaranya yang benar-benar bunga hidup. Dinding-dinding ruangan itu ditempel hiasan kupu-kupu. Dan di atas ranjang besi pucat pasi, Si Pria Tampan sedang asik mengerang. Ia sendiri. Masturbasi.

"Oh, Bungaku ... kupu-kupuku ... kapan kita bisa berjumpa lagi?"

Di tempat lain, Bunga sedang menggigil di atas ranjang besi pucat pasi. Sendiri. Mengingat kembali kenangannya bersama Si Pria Tampan, yang mungkin saja masih menunggu atau justru melupakannya seperti pria tampan lain yang biasa berbasa-basi.

"Apakah saya akan segera mati, Dok?" tanyanya.

"Berdoa saja, ya, Mbak."

"Harusnya Dokter tidak perlu berbasa-basi!"

***



anasabila
nona212
kuyasalto
kuyasalto dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.2K
10
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan