Pada periode 15 September sampai 15 Oktober 2019 lalu, Komunitas Belajar Bersama Bisa (B3) mengadakan Kompetisi Menulis di Kaskus ini dengan tema Hari Tani.

Setelah membaca Thread COC tersebut, saya secara spontan menulis sebuah thread untuk ikut kompetisi. Selanjutnya duduk santuy menunggu waktu pengumuman pemenangnya.

Enam hari setelah deadline, 5 nama Kaskuser pun akhirnya tampil sebagai juara, dan Alhamdulillahnama saya tidak termasuk di dalamnya.

Saya tetap santuy, dan menganggap soal menang tidak menang dalam sebuah perlombaan bukan hanya sebagai hal yang lumrah, tapi juga sebagai sebuah keniscayaan. Karena itu, saya tak ambil pusing. Apalagi saya sedang punya kesibukan kerja di lapangan, sehingga jarang memonitor Kaskus selama bulan Oktober ini.

Tiba-tiba pada tanggal 26 Oktober kemarin, saya mendapat PM dari salah seorang Dewan Juri COC tersebut, yang intinya meminta maaf atas ‘kekisruhan’ dalam kompetisi itu.

Tentu saya kaget, gerangan apakah kiranya yang sedang terjadi. Saya reply PM itu untuk menanyakan duduk perkaranya, namun tak ada balasan. Saya tetap santuy, namun akhirnya terusik juga setelah ada seorang Kaskuser yang lain komen di Thread saya, menanyakan ke mana saja saya selama para Kaskuser ribut-ribut soal COC tersebut?

Karena itu, saya baca kembali komentar-komentar Kaskuser pada Thread COC tersebut, sehingga saya mengerti titik bengeknya. Intinya, mereka memprotes komentar atau penilaian juri terhadap karya tulisan peserta, yang dianggap sebagai “SAMPAH”.

Dan ternyata, tulisan yang dianggap SAMPAH itu adalah tulisan saya. Awalnya saya sempat shock juga, tapi bukan karena MERASA DIHINA, melainkan mengapa saya tidak tahu hal itu sejak awal ribut-ribut itu terjadi.

Namun dengan kepala dingin dan lapang hati, saya menanggapi santuy hal itu, dengan alasan-alasan sebagai berikut:


1. Tulisan Saya itu Masuk 10 Besar

Dari 95 peserta kompetisi, tulisan saya itu sudah masuk kategori 10 besar sebagai nominasi pemenang. Sedangkan lomba hanya mencari atau menetapkan 5 orang pemenang.

Karena itu, dewan juri berembuk untuk memilih 5 orang, dengan memberikan penilaian dan komentar yang objektif dan selektif, dengan mencari kekurangan tulisan peserta secara detil dan kritis. Dan ternyata, tulisan saya yang mendapat kritikan paling pedas yang berada di urutan pertama.

Dengan demikian, saya tetap bangga dengan tulisan SAMPAH tersebut, karena sudah masuk 10 besar.


2. Tulisan Spontan

Saya juga tidak terlalu berharap tulisan saya itu menjadi pemenang, karena itu ditulis secara spontan, tanpa ada persiapan khusus, seperti mengumpulkan referensi dan sebagainya. Sebab COC itu hanya memosting tulisan di Thread Induk, tidak seperti kompetisi lain yang diadakan oleh KaskusKreator dengan membuat Thread tersendiri.


3. Saya Juga Sering Menjadi Juri



Saya mengerti pola-pola penilaian dan prinsip-prinsip perlombaan. Hal ini pernah saya tulis dalam thread yang berjudul Ketika Juri Berbeda Selera Dengan Penulis, dan Penulisan Kata 'Di' yang Bikin Saya Sakit Mata.

Karena itu, saya menghargai penilaian, kritikan, komentar dan apapun keputusan juri terhadap tulisan saya. Sebagai juri, kadang saya juga memberikan penilaian yang ekstrem terhadap karya peserta.

Hanya saja penilaian itu tidak saya sampaikan secara terbuka, apalagi bukan pada tempatnya dengan menyebut nama peserta.

Terkadang saya sampaikan langsung kepada pesertanya, tapi dengan redaksi yang santun, tidak segahar dengan apa yang terlintas dalam objektivitas dan subjektivitas penilaian saya.

Barangkali pada titik inilah yang menyulut kekisruhan itu, yang menganggap juri melakukan hal yang kurang etis.

Namun saya pribadi tidak mempersoalkan itu, dan santuy aja dianggap sampah, sebab juri sendiri jika ikut lomba dan jurinya adalah orang lain, belum tentu dia menang. Saya juga mampu mengkritisi tulisan sang juri dari A sampai Z, andai saya yang menjadi juri.(*)