Kaskus

Entertainment

jonoswara1976Avatar border
TS
jonoswara1976
KERETA BANDARA Mulai Lupa Arah dan Tujuan
Siapa yang warga kota tangerang dan rajin naik KRL alias Commuter Line? Kalau iya berarti bisa saling ketemu nih gan.

Kali ini, ane mau cerita tentang Kereta Bandara Soekarno-hatta yang sudah menjamah jalur KRL Tangerang-Duri, meskipun sudah setahun lamanya, rasa dendam di hati ini masih terasa.

Apalagi, setiap nunggu kereta di Stasiun Duri atau Poris, sering liat kereta bandara itu tanpa penumpang. Ada sih, satu dua orang, atau sepuluh orang.

Hati ini makin geram karena headway KRL Tangerang-Duri harus direlakan oleh kereta bandara yang enggak laku.

Nah, ane nemu opini yang selaras dengan artikel di Suryarianto.id . Dia bilang kalau kereta bandara lupa arah. Kenapa?

KERETA BANDARA Mulai Lupa Arah dan Tujuan
Sumber: Suryarianto.id

Jadi, kereta bandara lagi gencar promo tiket murah cuma Rp10.000 untuk jalur Duri-BNI City dan Duri-Batuceper. Hasilnya, kereta bandara mulai dipenuhi penumpang, tetapi mereka bukan ke arah bandara, melainkan rumahnya yang dekat di stasiun batu ceper.

Bahkan, harga tiket Duri-Batuceper yang memakan waktu 18 menit itu dipatok lebih murah ketimbang Batuceper-Bandara Soekarno-hatta yang memakan waktu perjalanan cuma 12 menit.

Artinya, kereta bandara sedang fokus menggarap pasar penumpang yang tidak ke bandara. Alhasil, ini mengingatkan rencana PT KCI yang ingin meluncurkan KRL Premium pada akhir tahun lalu, tetapi ditolak oleh warga sehingga urung dilakukan.

KRL Premium memang urung dilaksanakan, tetapi kayakanya kereta bandara ini justru bisa menjadi KRL Premium dan melupakan statusnya sebagai kereta bandara sehingga bak orang lupa arah dan tujuannya.

Dari tulisan blog itu, sang penulis memaparkan kenapa kereta bandara enggak laku dan menurut ane logis banget sih. Berikut analisisnya.

Kereta Bandara Sepi Peminat, Ini Masalahnya
Sejak diluncurkan, ada beberapa masalah pada kereta bandara sehingga tidak diminati masyarakat.

Pertama, jarak stasiun menuju bandara membutuhkan waktu cukup lama. Penumpang harus berjalan dari stasiun menuju tempat pemberhentian Kalayang sekitar 10 menit – 15 menit. Lalu, headway Kalayang juga cukup lama, yakni 15 menit sekali. Artinya, ada potensi 30 menit yang terbuang dari stasiun menuju bandara.

Kedua, kereta itu lebih cocok untuk yang berpergian sendirian. Jika berpergian dengan banyak orang, taksi atau transportasi daring justru lebih murah dan mudah. Padahal, kelas eksekutif yang ditawarkannya diharapkan membuat nyaman penumpang yang sendirian maupun beramai-ramai.

Ketiga, jangkauan kereta bandara cenderung terbatas karena hanya berhenti di beberapa stasiun. Akhirnya, beberapa penumpang yang tidak terjangkau stasiun kereta itu cenderung memilih moda transportasi lain ketimbang harus menuju ke stasiun kereta bandara terdekat.

Dari permasalahan itu, konsep kereta menuju ke bandara seolah dibuat tanpa melihat kebutuhan dari masyarakat. Kebutuhan masyarakat bukan kereta ‘keren’ kelas eksekutif, melainkan kereta yang mudah dijangkau dengan tarif terjangkau.

Bila saja konsep kereta menuju bandara itu terintegrasi langsung dengan Commuter Line, maka tarifnya bisa lebih terjangkau, headway jalur KRL yang dilalui kereta bandara lebih cepat,dan jangkauan ke penumpang juga lebih besar.
ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
zafinsyurgaAvatar border
zafinsyurga dan 2 lainnya memberi reputasi
3
485
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan