- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Unik dan Sakral! 3 Budaya Daerah Ini Masih Ada di Pemalang


TS
haz0204
Unik dan Sakral! 3 Budaya Daerah Ini Masih Ada di Pemalang
Kebudayaan Daerah di Kota Pemalang


Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, tak dipungkiri lagi, kebudayaan daerah mulai tergeser dengan masuknya budaya-budaya baru. Tak sedikit bahkan ada kebudayaan yang mulai terlupakan. Alasannya beragam, mulai dari sudah tak ada penerus, ataupun para kawula muda yang sudah tak tertarik lagi untuk mempelajarinya.
Namun, tak semuanya seperti itu. Banyak juga kebudayaan daerah yang masih dipertahankan oleh masyarakat di daerahnya masing-masing. Tak sedikit pula generasi muda yang bersemangat ingin terus melestarikan kebudayaan yang ada di daerahnya. Di Kota Pemalang sendiri, masih bisa kita jumpai aneka kebudayaan daerah yang masih ada hingga saat ini.
Berikut ini 3 di antara kebudayaan daerah yang masih ada tersebut.
1. Baritan

Baritan atau yang lebih dikenal dengan sebutan sedekah laut, ialah sebuah prosesi adat yang dilakukan sebagai bentuk syukur atas hasil usaha menangkap ikan di laut. Acara ini diadakan satu tahun sekali di bulan Maulud, setiap hari Selasa ataupun Jum'at Kliwon.
Biasanya acara ini dilakukan masyarakat daerah tepi pantai. Di Pemalang sendiri yang paling sering menyelenggarakan acara barisan tersebut ialah di Desa Asem Doyong. Acara diawali dengan tirakatan bersama, doa dan tahlil yang bertujuan agar acara berjalan lancar, selamat dan tidak menyimpang dari ajaran agama. Dihadiri oleh nelayan, tokoh masyarakat, dan juga pejabat terkait.
Acara dilanjutkan dengan melarung kepala kerbau ke tengah laut. Acara tersebut biasanya diadakan di tempat pelelangan ikan. Tiap tahun acara ini selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, baik dari Kota Pemalang sendiri maupun dari luar kota.
2. Sintren

Sintren merupakan salah satu kesenian rakyat yang terkenal di wilayah Pantura. Sebuah kesenian menari yang dibawakan oleh seorang gadis muda yang belum pernah terjamah oleh laki-laki. Namun, jangan salah, Gansis. Sintren bukan sembarang tarian biasa, sebab ada unsur magis juga di dalamnya.
Rangkain acara ini diawali dengan nyanyian tembang "Kukus Gunung". Sementara gadis calon sintren mengenakan pakaian biasa dimasukkan ke dalam sebuah kurungan dalam keadaan terikat. Setelah itu, kurungan ditutupi dengan kain. Kemenyan dibakar, kemudian tembang "Yu Sintren" pun dinyanyikan. Lagu ini dipercaya sebagai lagu untuk memanggil kekuatan dari 'luar'.
Saat kurungan dibuka, maka akan didapatkan seorang gadis cantik yang mengenakan pakaian kebesaran, lengkap dengan kacamata hitam, dan berdiri anggun, berlenggak-lenggok mengikuti irama gamelan.
Zaman dahulu Sintren digunakan sebagai hiburan di tengah masyarakat, ajang mencari jodoh, dan juga sarana mediasi untuk memanggil hujan. Sedangkan saat ini, Sintren di Pemalang biasanya diselenggarakan untuk memeriahkan hari besar nasional, dalam acara hajatan, ataupun menyambut tamu penting.
3. Kuntulan

Tari kuntulan di Kota Pemalang mulai ada sejak awal abad ke 20. Kesenian ini dulunya merupakan latihan beladiri yang diiringi dengan rebana dan pukulan bedug, disertai sambil mengumandangkan Salawat Nabi.
Semakin berkembangnya zaman, kuntulan yang semulanya merupakan alat perjuangan berubah fungsi sebagai sarana hiburan. Kini, tari kuntulan sendiri mengalami berbagai perkembangan yang signifikan. Ia merupakan perpaduan antara jurus-jurus beladiri yang artistik, demonstrasi akrobatik, juga keindahan musik rebana dan bedug.

Itulah tiga kebudayaan daerah yang masih ada di Pemalang hingga saat ini. Kalau di daerah Gansis sendiri, apa saja kebudayaan daerah yang masih ada hingga sekarang? Silakan bisa berkomentar ya.



Sumber Gambar : Google

Assalamu'alaikum.
Apa kabar, Gansis? Jumpa lagi di thread ane. Semoga selalu dalam keadaan sehat ya.
Apa kabar, Gansis? Jumpa lagi di thread ane. Semoga selalu dalam keadaan sehat ya.
Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, tak dipungkiri lagi, kebudayaan daerah mulai tergeser dengan masuknya budaya-budaya baru. Tak sedikit bahkan ada kebudayaan yang mulai terlupakan. Alasannya beragam, mulai dari sudah tak ada penerus, ataupun para kawula muda yang sudah tak tertarik lagi untuk mempelajarinya.
Namun, tak semuanya seperti itu. Banyak juga kebudayaan daerah yang masih dipertahankan oleh masyarakat di daerahnya masing-masing. Tak sedikit pula generasi muda yang bersemangat ingin terus melestarikan kebudayaan yang ada di daerahnya. Di Kota Pemalang sendiri, masih bisa kita jumpai aneka kebudayaan daerah yang masih ada hingga saat ini.
Berikut ini 3 di antara kebudayaan daerah yang masih ada tersebut.
1. Baritan

Sumber Gambar : Google
Baritan atau yang lebih dikenal dengan sebutan sedekah laut, ialah sebuah prosesi adat yang dilakukan sebagai bentuk syukur atas hasil usaha menangkap ikan di laut. Acara ini diadakan satu tahun sekali di bulan Maulud, setiap hari Selasa ataupun Jum'at Kliwon.
Biasanya acara ini dilakukan masyarakat daerah tepi pantai. Di Pemalang sendiri yang paling sering menyelenggarakan acara barisan tersebut ialah di Desa Asem Doyong. Acara diawali dengan tirakatan bersama, doa dan tahlil yang bertujuan agar acara berjalan lancar, selamat dan tidak menyimpang dari ajaran agama. Dihadiri oleh nelayan, tokoh masyarakat, dan juga pejabat terkait.
Acara dilanjutkan dengan melarung kepala kerbau ke tengah laut. Acara tersebut biasanya diadakan di tempat pelelangan ikan. Tiap tahun acara ini selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, baik dari Kota Pemalang sendiri maupun dari luar kota.
2. Sintren

Sumber Gambar : Google
Sintren merupakan salah satu kesenian rakyat yang terkenal di wilayah Pantura. Sebuah kesenian menari yang dibawakan oleh seorang gadis muda yang belum pernah terjamah oleh laki-laki. Namun, jangan salah, Gansis. Sintren bukan sembarang tarian biasa, sebab ada unsur magis juga di dalamnya.
Rangkain acara ini diawali dengan nyanyian tembang "Kukus Gunung". Sementara gadis calon sintren mengenakan pakaian biasa dimasukkan ke dalam sebuah kurungan dalam keadaan terikat. Setelah itu, kurungan ditutupi dengan kain. Kemenyan dibakar, kemudian tembang "Yu Sintren" pun dinyanyikan. Lagu ini dipercaya sebagai lagu untuk memanggil kekuatan dari 'luar'.
Saat kurungan dibuka, maka akan didapatkan seorang gadis cantik yang mengenakan pakaian kebesaran, lengkap dengan kacamata hitam, dan berdiri anggun, berlenggak-lenggok mengikuti irama gamelan.
Zaman dahulu Sintren digunakan sebagai hiburan di tengah masyarakat, ajang mencari jodoh, dan juga sarana mediasi untuk memanggil hujan. Sedangkan saat ini, Sintren di Pemalang biasanya diselenggarakan untuk memeriahkan hari besar nasional, dalam acara hajatan, ataupun menyambut tamu penting.
3. Kuntulan

Sumber Gambar : Google
Tari kuntulan di Kota Pemalang mulai ada sejak awal abad ke 20. Kesenian ini dulunya merupakan latihan beladiri yang diiringi dengan rebana dan pukulan bedug, disertai sambil mengumandangkan Salawat Nabi.
Semakin berkembangnya zaman, kuntulan yang semulanya merupakan alat perjuangan berubah fungsi sebagai sarana hiburan. Kini, tari kuntulan sendiri mengalami berbagai perkembangan yang signifikan. Ia merupakan perpaduan antara jurus-jurus beladiri yang artistik, demonstrasi akrobatik, juga keindahan musik rebana dan bedug.

Sumber Gambar : Google
Itulah tiga kebudayaan daerah yang masih ada di Pemalang hingga saat ini. Kalau di daerah Gansis sendiri, apa saja kebudayaan daerah yang masih ada hingga sekarang? Silakan bisa berkomentar ya.
Sekian dulu dari ane.
Semoga bermanfaat.
Terima kasih untuk yang telah berkenan mampir di thread ane.
Ditunggu cendol, rate, dan komennya ya, Gansis.
Semoga bermanfaat.
Terima kasih untuk yang telah berkenan mampir di thread ane.
Ditunggu cendol, rate, dan komennya ya, Gansis.


Sumber Tulisan : Opini Pribadi
Referensi : Di sini






zafinsyurga dan 26 lainnya memberi reputasi
27
4K
105


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan