Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nyonyinezAvatar border
TS
nyonyinez
Stone Garden (Bukan Isi Kepalaku)
Stone Garden (Bukan Isi Kepalaku)
 https://www.hargatiket.net/wp-content/uploads/2019/01/harga-tiket-stone-garden-padalarang.jpg


Kalau ada seseorang yang memanggil seseorang lainnya dengan sebutan "Kepala Batu", nah, si kepala batunya itu pasti aku. Sejak tumbuh jadi ABG versi 2004, aku mendapat julukan itu. Sebetulnya aku bukan perempuan yang berkepala benar-benar sekeras batu. Itu hanya sebutan mereka tentang sikap sifatku yang cenderung non konservatif.

Mantan pacarku yang memiliki inisial 'Idryus Fadisal Sambas'. Mantan terindahku, yang kami menjalani perjalanan cukup panjang, dari kelas 2 SMA sampai menikah di tahun 2013. Bertahun-tahun bersamanya melewati semak belukar, padang savana dan sabana yang luas, jalan berliku, naik turun nan terjal. Berenang di laut bersama hiu paus, walaupun sebenarnya aku tidak bisa berenang. Kami pun pernah merasakan kehausan di padang pasir dan susah payah mencari oasis. Hm… jujur saja, itu rumit.

Karena dia, aku dapat menulis lebih banyak catatan dan diary bertemakan cinta. Gone--nick'namenya--yang aku tau dia tidak terlalu suka jika aku menghabiskan banyak waktu di depan laptop maupun buku, tapi dia membiarkan aku bahagia dengan tulisan-tulisan itu sendiri.

Gone hanyalah laki-laki biasa yang sederhana. Namun dia akan berubah menjadi teramat mewah ketika cahaya matahari terpendar di tubuhnya yang kekar. Dia penggila tebing. Hobinya yang lain yaitu naik gunung, repling, diving, camping, fishing dan semua yang berkaitan dengan alam. Tapi urutan nomor satu tetaplah panjat tebing. Dia penggila tebing dan aku penggila dirinya. Si pemanjat tebing.

Katanya, surganya adalah tebing. Sementara aku merasa berada di surga jika tanganku tak pernah lepas dari buku, toko buku dan perpustakaan. Mataku di surga. Mulutku di surga. Jiwaku di surga. Pikiranku di surga. Hanya hatiku tak mau ke surga sana. Hatiku berada di surga jika sedang berdekatan dengan Gone. Mencium bau peluh yang akan pecah di barisan bulu dadanya. Menangkap semua gerak lincahnya di sisi tebing. Akan ada sepucuk senyum yang tersungging ke kiri dan membuat picingan mata membidikku.

Hanya di situ saja, segitu saja sisi romantisme seorang Gone. Selebihnya dia selalu berkata sekenanya dan seenaknya. Tapi hari ini, tepat di hari pernikahan kita yang ke satu tahun. Ehemm… untuk pertama kalinya ia menuliskan sebuah sejarah yang tak mungkin dilupakan dengan mudah. Inilah saat-saat dimana Gone berlaku sangat-sangat amat-amat paling-paling dan terromantis.

Gone bilang, "Suatu hari nanti kita bisa climbing di Devils'Tower Amerika Serikat." Mimpi! Bilapun itu terjadi, tentu saja Gone akan mengajak kembaranku, Indah, yang sama-sama anak pecinta alam. Halah! Gone juga bilang, nanti kita akan pergi ke Padalarang Bandung. "Di sana ada Stone Garden, isi kepalamu, hehe!" 
*

Stone Garden (Bukan Isi Kepalaku)https://rajatourbandung.com/wp-content/uploads/2019/08/Stone-Garden-Bandung-Fransiska-Lubies.jpg

Tidak sekedar asal ngomong. Gone ternyata serius mengajakku ke sana. Bukan, bukan ke Amerika Serikan untuk climbing di Devils'Tower, ke sana hanya akan benar-benar jadi impian belaka. Gone lebih mampu mengajakku berkunjung ke Stone Garden, yang dia bilang isi kepalaku, hm.

"Kita akan foto-foto di sana, belum pernah kan ada orang yang bisa menjelajahi isi kepalanya sendiri?" celetuk Gone saat kami bersama-sama packing baju dan barang yang penting dibawa travelling.

"Iya, iya. Mana mungkin ada, kecuali aku!" ketusku, menjawab ejekannya yang berhari-hari ini rutin menjadi topik pembicaraan kami menjelang tidur.

"Beruntung sekali ya, jadi kamu?"

"Ya iyalah, di sana hanya ada batu, tidak ada air!" ucapanku semakin ketus. Gone mendongak cepat ke arahku, dia sepertinya tau ke mana maksud dari kalimat yang barusan terlontar padanya. Gone tau aku merajuk, makanya dia mulai membujuk.

"Cie… gitu aja marah." Pelan-pelan dia mengusap pipiku dengan lembut sambil tersenyum lebar. "Dengerin ya, Yank… sekeras apa pun batu, air akan mampu menghancurkan batu, kamu tau kenapa?"

"Karena air kekuatan terbesar di dunia, makanya kerjaan si air cuma ngancurin si batu aja, puas?" jawabku memasang wajah kesal.

"Eh, bukan menghancurkan deh, tapi melubangi." Gone cepat-cepat meralat kata-katanya, tapi pilihan kata yang dia ucap tak lagi tepat untuk sementara ini.

"Melubangi? Apa maksudnya melubangi?"
Gone menggaruk kepalanya, tertawa salah tingkah. Aku mengerucutkankan bibir seraya pergi ke kamar mandi. Melubangi?
*


Jarak dari Kota Kuningan ke Bandung hanya memakan waktu kurang lebih lima jam, menggunakan sepeda bermesin. Kita berhenti sejenak di beberapa tempat yang menurut kita few-nya nais (nice). Mengambil fotoku yang bermuka kucel, foto Gone yang bermuka kumel, dan foto kita berudua dengan wajah yang acak-acakan dan berantakan.

Dan akhirnya, sampailah kita di kawasan Karts Cipatat, Padalarang, Bandung Barat. Taman Batu atau Stone Garden yang luasnya sekitar dua hektar. Di sana, mataku dihadiahi hamparan bebatuan. Ya, semuanya batu. Sesuai dengan apa yang Gone katakan, ini isi kepalaku, batu. Hanya ada batu-batu yang beku dan membisu.

Stone Garden (Bukan Isi Kepalaku)

"Dulunya, kawasan ini adalah dasar laut dangkal, batuan kapur yang ada di sini di bentuk oleh terumbu karang yang berada di dasar laut," tutur Gone berbicara bagai pemandu wisata. Lalu dia menuntun tanganku menyusuri jalanan yang cukup sulit dipijak. Beberapa bebatuannya ditumbuhi tanaman hijau. Aku dibuat berfantasi oleh mereka, seperti masuk ke alam dongeng.

Stone Garden (Bukan Isi Kepalaku)
https://www.superadventure.co.id/uploads/news/2017/05/12/5a23103fc948.jpg

"Itu?" aku menunjuk bukit batu besar yang menjulang tinggi.

"Ya, itu puncaknya, tingginya mungkin sekitar 700 meter di atas permukaan laut, kamu mau ke sana?" tanya Gone, dan kujawab dengan anggukan kepala sambil mengembangkan senyum.

Gone mulai menceritakan asal muasal terciptanya taman batu ini. Konon, hamparan bebatuan di sini sebenaranya adalah dasar laut. Sekitar 20-30 juta tahun silam, dasar laut ini muncul ke permukaan bumi, kemudian membentuk deretan pegunungan. Ini membuktikan bahwa dulu dataran tinggi Bandung adalah laut dangkal yang kemudian mengering.

"Nah, laut yang kering itu kemudian jadi tempat tinggal manusia purba sekitar 9.500 taun lalu." Gone merangkul bahuku, menempelkan sisi kepalanya ke atas kepalaku.

"Memangnya kamu percaya manusia purba itu ada, seperti teori Darwin?" Pertanyaanku mengundang kernyitan halus di keningnya.

"Lha, kamu kan lebih tau, manusia pertama yang menghuni bumi kita ini Nabi Adam," jawabnya. Lantas kenapa ia masih berani menyebutkan kata 'manusia purba'? Ya, tapi baiklah. Lagipula sekarang bukan waktu yang tepat untuk berdebat.

"Hei, batu yang itu, Gon! Coba fotoin aku di sana, ayo!" Aku berlari kecil mendekati sebuah bongkahan batu yang bentuknya mirip sekali dengan kepala manusia. Gone memberi aba-aba hitungan untuk mengambil fotoku.

"Wah, batunya cantik," ujarnya setelah beberapa kali aku berpose dengan batu kepala manusia. Aku gegas mendekat untuk melihat hasil fotonya.

"Tuh, cantik ‘kan?"

"Batunya?"

"Hehe, ya dua-duanya kan batu, jadi dua-duanya cantik." Gone menowel batang hidungku, menggodaku dengan kegombalannya yang jarang.

"Ish, apaan sih." Aku pura-pura sibuk melihat hasil jepretannya, padahal dalam hati sudah berbunga-bunga. Sungguh, ini tempat kedua setelah buku, toko buku dan perpustakaan yang menurutku seperti di surga. 

Stone Garden (Bukan Isi Kepalaku)
https://3.bp.blogspot.com/-6FiBBhA-Sb0/VvfSGhiDlXI/AAAAAAAAC_8/4HvKNX-6cJgHyx_rSmANOHST-fyVBFNGw/s1600/stone%2Bgarden%2Bpadalarang.jpg

"Bebatuan di sini terbentuk secara alami, jadi ukuran dan bentuknya berbeda-beda. Tuh lihat! Jenis batunya pun ada yang padat dan ada juga yang berongga." Ditunjuknya beberapa batu di sana sini, dari yang terbesar sampai kerikil, dan yang berbentuk unik seperti kepala manusia tadi.

"Kalo kita mau nikmatin pemandangan yang paling keren, kita harus mendaki dulu ke atas sana, berani?" tantang Gone, dengan gayanya yang sok jago jadi tracker. 

"Siapa takut!" ucapku mantap.

Lalu kami pun meneruskan perjalanan ke puncak batu tertinggi. Rutenya sulit pake banget. Jalan yang menanjak dan terjal membuatku harus berkali-kali menghentikan langkah untuk mengambil napas. Lututku rasanya linu sekali, otot betisku mulai tegang dan telapak kaki terasa kebas.

"Haaahhh!" Gone menggeliatkan tubuhnya disertai helaan napas panjang. Kita sudah berada di puncak. Puncak Stone Garden yang tingginya 700 meter. 

Hamparan lembah yang hijau, sawah, rumah warga, dan kepulan asap dari pabrik tambang batu kapur dan semua pemandangan yang luar biasa indahnya itu bisa kulihat dari atas sini.


"Gon, foto, Gon!" teriakku, tanpa menghiraukan rasa lelah dan penat di tubuh. Aku ingin sebanyak-banyaknya memotret, sebanyak-banyaknya mengabadiakan momen langka ini. Terlebih dengan seorang laki-laki penggila tebing yang selama ini kugilai.

Stone Garden (Bukan Isi Kepalaku)
https://wisatalova.com/wp-content/uploads/2016/09/stone-garden-citatah-bandung.jpg

Hari sudah sore, semakin petang justru semakin banyak orang yang mendatangi puncak bukit. Mereka tidak mau kehilangan waktu untuk menikmati pemandangan matahari tenggelam. 

Semilir anging dingin meniup mesra rambut amis cauku yang berantakan di sekitar pelipis. Puji syukur, nikmat apa lagi yang bisa aku dustakan? Ini surga, ini surgaku, ini surgamu.


Aku tersenyum, Gone membalas senyumku. Mata kami menerawang langit senja dan cakrawala yang saling mengindahkan rasa. Tanpa berkata. Tanpa menerka isi kepala. Kami berdua menatap takjub kemegahan surga nomor duaku ini. 
Gone melingkarkan kedua tangannya, memelukku hangat penuh cinta. Ini hadiah pernikahan paling romantis, bersejarah, dan akan kuingat seumur hidupku.

Karena, kamulah air
Sejukkan hati ini seperti embun
Cintamu adalah unggun
Yang hangat di relung jiwaku
Dan kekal…


Inilah Stone Garden, taman batu. Stone Garden isi kepalaku yang bukan. Thanks Gone. Thanks God. Semoga perjalanan ini akan menjadi kisah. 
***


Kuningan, 20 Oktober 2016 02.48
(Ini adalah cerita pertama yang saya tulis, dan diterbitkan dalam buku antologi berjudul “Rona Cerita” Mazemedia tahun 2016)
tata604
lina.wh
anasabila
anasabila dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.1K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan