Kaskus

News

ZenMan1Avatar border
TS
ZenMan1
Ekonomi AS Masih Strong, Rupiah Jadi Kopong
Ekonomi AS Masih Strong, Rupiah Jadi Kopong

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah bernasib serupa dengan mata uang utama Asia lainnya.

Pada Rabu (16/10/2019) pukul 09:02 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.185. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kala pembukaan pasar spot, rupiah sudah melemah tetapi 'hanya' 0,07%. Selepas itu, depresiasi rupiah semakin dalam.


Namun rupiah tidak sendiri. Hampir seluruh mata uang utama Benua Kuning melemah di hadapan greenback. Sejauh ini hanya dolar Hong Kong dan yen Jepang yang masih bisa menguat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:04 WIB

Data Ekonomi AS Ciamik
Tidak hanya di Asia, dolar AS memang sedang menguat secara global. Pada pukul 09:05 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,04%.

Dolar AS mendapat suntikan adrenalin karena berkurangnya probabilitas penurunan suku bunga acuan. Mengutip CME Fedwatch, peluang penurunan Federal Funds Rate pada bulan ini adalah 77,5%. Meski masih tinggi, tetapi turun dibandingkan posisi sepekan lalu yaitu 83,4%.

Investor menilai masih ada peluang bagi The Federal Reserve/The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan di 1,75-2%. Maklum, data-data ekonomi Negeri Paman Sam ternyata lumayan bagus.


Pembacaan awal indeks sentimen konsumen versi University of Michigan periode Oktober menunjukkan angka 96. Naik ketimbang September yang sebesar 93,2 dan menjadi yang tertinggi sejak Juli.

Kemudian pada pekan yang berakhir 5 Oktober, jumlah klaim tunjangan pengangguran di AS turun 10.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 210.000. Klaim tunjangan pengangguran berada di titik terendah sejak pertengahan September.

Konsumen yang optimistis menghadapi tantangan perekonomian ke depan menjadi indikasi bahwa inflasi bakal terakselerasi. Di sisi lain, pasar tenaga kerja juga masih kuat.

Dua faktor itu bisa menjadi alasan bagi Ketua Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega untuk tidak menurunkan suku bunga. Kalau ekonomi AS masih kuat, buat apa diberi stimulus tambahan?

Perkembangan ini menjadi angin segar bagi mata uang Negeri Adidaya. Kala suku bunga masih mungkin tidak turun, maka berinvestasi di dolar AS akan tetap menarik. Akibatnya permintaan dolar AS meningkat dan nilai tukarnya menguat.
sumur

https://www.cnbcindonesia.com/market...-jadi-kopong/1
0
868
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan