- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pengacara Abdul Basith: Perancang Kerusuhan adalah Soenarko


TS
pasti2periode
Pengacara Abdul Basith: Perancang Kerusuhan adalah Soenarko
Quote:
Mengenakan rompi oranye, celana pendek hitam dan sandal jepit biru tua, Abdul Basith keluar dari sel tahanan Polda Metro Jaya. Rambutnya yang pendek memutih tersisir rapi. Dosen Institut Pertanian Bogor ini lebih sering menunduk. Ia bergeming ketika sejumlah pewarta membujuknya untuk diwawancara.
"Tak ada untungnya bagi saya," ujar Basith seraya pergi.
Rencananya menyulut huru-hara menjelang pelantikan Presiden lumpuh tatkala Polda Metro Jaya mengendus penyimpanan bom ikan. Kelompoknya yang ikut dalam Majelis Kebangsaan Pancasila Jiwa Nusantara digulung. Basith ditangkap pada Sabtu (28/9) dini hari.
Penangkapan berlanjut menarget purnawirawan TNI AL Sony Santoso, dan yang terakhir tokoh MKPN, Mulyono Santoso. Mereka dijerat dalam dugaan pelanggaran Undang-Undang Darurat atas kepemilikan bahan peledak. Polisi menemukan 29 bom ikan di rumahnya. Basith naik status sebagai tersangka, hingga dihentikan sementara dari pekerjaannya di IPB.
Kesibukan sampingan Basith di organisasi Majelis Kebangsaan Pancasila Jiwa Nusantara (MKPN) menyeretnya ke bui. Basith disebut bertugas merekrut perakit bom ikan yang dikoordinir kawannya di MKPN Laode Sugiono. Aksi teror Basith dan rekannya terdorong oleh keresahan atas situasi Indonesia saat ini, komunisme dan intervensi Cina sudah masuk dan mengakar di Indonesia.
"Mereka melihat bahwa Indonesia ini sudah dikuasai oleh kepentingan asing, dalam hal ini Cina,” kata Ghufron sebagai pengacara Basith kepada kumparan, Jumat (11/10).
Tapi Ghufron meyakini kliennya hanya bidak dalam rencana aksi itu. Ia menyebutkan berbagai pertemuan melibatkan purnawirawan lah yang mendorong kliennya terlibat aksi. Sejumlah purnawirawan disebut terlibat dan pernah beberapa kali berjumpa dengan Basith jelang pelaksanaan aksi.
Mantan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana (Purn) Slamet Soebijanto mengerahkan massa. Sementara Mayjen (Purn) Soenarko Justru disebut sebagai dalang aksi. Basith menjalankannya bersama Laksma (Purn) Sony Santoso yang berperan sebagai eksekutor.
Berikut kutipan wawancara kumparan dengan Ghufron dan serta tersangka lainnya, Mulyono Santoso.
Polisi mentersangkakanAnda atas rencana aksi kerusuhan dalam Aksi Mujahid 212 pada akhir September lalu. Apa benar Anda dan MKPNmelancarkan aksi untuk mengganggu keamanan?
Mulyono: Tidak karena kita selalu mengatakan tidak pernah mau menurunkan rezim karena dicontohkan dari agama manapun dari Adam sampai Muhammad itu nggak ada seruan menurunkan rezim yang ada adalah membawa sistem. Nggak ada. Kaitan turun menurun, pasti kita tolak habis.
*Bagaimana aksi ini direncanakan? *
Mulyono: Kami di MKPN diundang oleh Prof Insani dari ekonom UI bersama dengan Pak Soenarko (mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI AD Mayjen Purnawirawan Soenarko) di rumah beliau. Waktu undangan pertama kita nggak tahu apa yang mau dibicarakan.
Pada saat pembicaraan bahwa mereka akan mengadakan gerakan. gerakan itu adalah yang mengusung gerakan Pak Sri Bintang Pamungkas. Nah itu diutarakan bahwa bagaimana menurunkan Presiden Joko Widodo, bagaimana menolak pelantikan, bagaimana kembali ke UUD 45. Nah kita bilang bahwa kita bukan di wilayah itu. Kita bukan di wilayah kenegaraan dalam artian kita tidak terkait menurunkan rezim. Cuma di tengah pembicaraan itu Pak Soenarko nanya ada yang bisa bikin petasan nggak.
Ghufron: Yang jelas memang ada rapat tanggal 20 September di kediaman Pak Soenarko . Dan itu kan bukan hanya Pak Basith, banyak orang yang hadir, termasuk ada Pak Sony Santoso (Purnawirawan TNI AL, tersangka pengatur eksekutor), ada Pak Slamet Subijanto, ada Pak Laode Sugiono, ada Pak Mulyono (anggota MKPN, tersangka). Pokoknya kurang lebih ada 15 orangan lah yang hadir.
Bagaimana MKPNmenanggapi rencana huru hara?
Mulyono: Tidak karena kita selalu mengatakan tidak pernah mau menurunkan rezim karena dicontohkan dari agama manapun dari Adam sampai Muhammad itu nggak ada seruan menurunkan rezim yang ada adalah membawa sistem. Nggak ada. Kaitan turun menurun. pasti kita tolak habis.
Ghufron: Ini kan sesuatu yang tidak diduga ya, dan di luar rencana. Karena awalnya yang 4 orang itu, yang didatangkan dari Buton kalau nggak salah ya, kan itu melalui Laode Sugiono kalau tidak salah. Laode yang nyari orang nih, siapa yang bisa bikin bom ikan.
Kan awalnya itu mereka menginapnya rencananya di rumah Pak Slamet Soebijanto (Mantan Kepala Staf Angkatan Laut). Cuma di rumahnya Pak Slamet itu kan penuh, banyak massa yang nginap karena keesokan harinya kan mau aksi. Sehingga Pak Slamet diminta tolong tolong nih yang 4 orang ini untuk dibantu untuk dikasih tempat, kira-kira gitu. Jadi istilahnya untuk sebagai tempat menampunglah. Jadi rumah Pak Basith tuh jadi tempat menampung 4 orang itu.
Intinya adalah kalau menurut pengakuan Pak Basith iya bahwa idenya memang kan dari awalnya dari Pak Soenarko. Termasuk kan diperkuat dengan pengakuan Pak Mulyono itu. Bahkan katanya di akhir rapat itu Pak Soenarko sempat bertanya kepada peserta adakah di antara saudara yang informasi yang bisa buat petasan, kira-kira gitu.
Apakah benar MKPNpunya agenda politik?
Mulyono: Sebetulnya kami nggak di wilayah itu. Wilayah itu untuk kenegaraan, dalam artian mereka pasti berkiblat pada paslon 01, paslon 02 atau mungkin 212. Kita tuh nggak di wilayah itu. Kita tuh wilayah solusi Pancasila, bagaimana kalau terjadi chaos di bangsa ini satu-satunya solusi yang kita tawarkan adalah Pancasila.
Cuma Pancasila yang mana, yang akan kita tawarkan, bukan Pancasila Orde Lama, Orde Baru, maupun Reformasi. Tetapi Pancasila yang menganut sisi Majelis. karena di dalam majelis itu adalah rahmat dan pertolonganKu kata Yang Maha Kuasa. Jadi otomatis di bawahnya bukan partai-partai, jadi majelis 1 sampai 5. Majelis 1 adalah kaum-kaum agamawan, baik Hindu, Budha, Kristen, Protestan, dan Islam.
Yang kedua adalah kaum-kaum ilmuwan, minimal rektor perguruan tinggi. Ketiga adalah TNI Darat, Laut, Udara ditambah Polisi. Keempat adalah raja, sultan dan pemangku adat, kelima kaum-kaum tradisional seperti nelayan, petani, IDI, Insinyur, wartawan itu salah satu profesi kan. Itu adalah stakeholder bangsa.
Itu yang disebut lembaga bangsa. Siapa itu? itu adalah orang2 yang inisiasi, jadi rencananya dipisah mana warga bangsa, mana warga negara. warga bangsa adalah orang2 Indonesia asli yang duduk di 5 majelis itu.
Ghufron: Betul iya. Kalau pengakuan dari Pak Basith kalau tidak salah bergabung dari tahun 2016. Jadi ini semacam majelis yang di dalam itu ada 5 majelis kalau tidak salah. Di situ ada tokoh-tokoh agama, kemudian ada dari kalangan pendidikan, dari kalangan TNI, macam-macam itu. Jadi mereka ya membahas soal isu-isu kebangsaan, isu-isu faktual di Indonesia.
*Perbincangan apa yang mendorong aksi teroris pertemuan tersebut? *
Ghufron: Ini kan ya mungkin mereka semacam punya rencana-rencana. Mereka bikin rencana-rencana supaya investor-investor asing tidak berani masuk ke Indonesia. Karena kan mereka melihat bahwa Indonesia ini sudah dikuasai oleh kepentingan asing, dalam hal ini China.
Mulyono: Sebetulnya sih pancasila yang sekarang kita miliki kalau dari tradisi ke norma, ke kaidah itu masih benar. Tapi begitu ke kaidah ada yang belokin.
Dari mana ongkos untuk mendanai rencana ini?
Mulyono: Kalau tidak salah mereka untuk minta ke Pak Narko biayanya. Pak Narko nggak keluar, sehingga mereka upaya sendiri kan. Mengenai bahan-bahan dan segala macem, uang dari mana saya.
Bagaimana anggota MKPNbisa mengenal Soenarko?
Ghufron: Mungkin belum lama ya. Kalau dilihat dari saya tanya Pak Basith itu ketemunya pada saat ada sidang di MK terkait dengan hasil pilpres. Dikenalkan oleh seseorang, ketemulah di situ. Jadi intinya ketemu pada saat sidang hasil Pilpres di Mahkamah Konstitusi.
Lalu bagaimana bisa merekrut Laode Sugiono selaku perakit bom?
Ghufron: Klien kami tidak menyebut itu. Jelas sama-sama pengurus di MKPN, sama-sama pengurus. Memang sama-sama punya rencana yang sama.
"Tak ada untungnya bagi saya," ujar Basith seraya pergi.
Rencananya menyulut huru-hara menjelang pelantikan Presiden lumpuh tatkala Polda Metro Jaya mengendus penyimpanan bom ikan. Kelompoknya yang ikut dalam Majelis Kebangsaan Pancasila Jiwa Nusantara digulung. Basith ditangkap pada Sabtu (28/9) dini hari.
Penangkapan berlanjut menarget purnawirawan TNI AL Sony Santoso, dan yang terakhir tokoh MKPN, Mulyono Santoso. Mereka dijerat dalam dugaan pelanggaran Undang-Undang Darurat atas kepemilikan bahan peledak. Polisi menemukan 29 bom ikan di rumahnya. Basith naik status sebagai tersangka, hingga dihentikan sementara dari pekerjaannya di IPB.
Kesibukan sampingan Basith di organisasi Majelis Kebangsaan Pancasila Jiwa Nusantara (MKPN) menyeretnya ke bui. Basith disebut bertugas merekrut perakit bom ikan yang dikoordinir kawannya di MKPN Laode Sugiono. Aksi teror Basith dan rekannya terdorong oleh keresahan atas situasi Indonesia saat ini, komunisme dan intervensi Cina sudah masuk dan mengakar di Indonesia.
"Mereka melihat bahwa Indonesia ini sudah dikuasai oleh kepentingan asing, dalam hal ini Cina,” kata Ghufron sebagai pengacara Basith kepada kumparan, Jumat (11/10).
Tapi Ghufron meyakini kliennya hanya bidak dalam rencana aksi itu. Ia menyebutkan berbagai pertemuan melibatkan purnawirawan lah yang mendorong kliennya terlibat aksi. Sejumlah purnawirawan disebut terlibat dan pernah beberapa kali berjumpa dengan Basith jelang pelaksanaan aksi.
Mantan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana (Purn) Slamet Soebijanto mengerahkan massa. Sementara Mayjen (Purn) Soenarko Justru disebut sebagai dalang aksi. Basith menjalankannya bersama Laksma (Purn) Sony Santoso yang berperan sebagai eksekutor.
Berikut kutipan wawancara kumparan dengan Ghufron dan serta tersangka lainnya, Mulyono Santoso.
Polisi mentersangkakanAnda atas rencana aksi kerusuhan dalam Aksi Mujahid 212 pada akhir September lalu. Apa benar Anda dan MKPNmelancarkan aksi untuk mengganggu keamanan?
Mulyono: Tidak karena kita selalu mengatakan tidak pernah mau menurunkan rezim karena dicontohkan dari agama manapun dari Adam sampai Muhammad itu nggak ada seruan menurunkan rezim yang ada adalah membawa sistem. Nggak ada. Kaitan turun menurun, pasti kita tolak habis.
*Bagaimana aksi ini direncanakan? *
Mulyono: Kami di MKPN diundang oleh Prof Insani dari ekonom UI bersama dengan Pak Soenarko (mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI AD Mayjen Purnawirawan Soenarko) di rumah beliau. Waktu undangan pertama kita nggak tahu apa yang mau dibicarakan.
Pada saat pembicaraan bahwa mereka akan mengadakan gerakan. gerakan itu adalah yang mengusung gerakan Pak Sri Bintang Pamungkas. Nah itu diutarakan bahwa bagaimana menurunkan Presiden Joko Widodo, bagaimana menolak pelantikan, bagaimana kembali ke UUD 45. Nah kita bilang bahwa kita bukan di wilayah itu. Kita bukan di wilayah kenegaraan dalam artian kita tidak terkait menurunkan rezim. Cuma di tengah pembicaraan itu Pak Soenarko nanya ada yang bisa bikin petasan nggak.
Ghufron: Yang jelas memang ada rapat tanggal 20 September di kediaman Pak Soenarko . Dan itu kan bukan hanya Pak Basith, banyak orang yang hadir, termasuk ada Pak Sony Santoso (Purnawirawan TNI AL, tersangka pengatur eksekutor), ada Pak Slamet Subijanto, ada Pak Laode Sugiono, ada Pak Mulyono (anggota MKPN, tersangka). Pokoknya kurang lebih ada 15 orangan lah yang hadir.
Bagaimana MKPNmenanggapi rencana huru hara?
Mulyono: Tidak karena kita selalu mengatakan tidak pernah mau menurunkan rezim karena dicontohkan dari agama manapun dari Adam sampai Muhammad itu nggak ada seruan menurunkan rezim yang ada adalah membawa sistem. Nggak ada. Kaitan turun menurun. pasti kita tolak habis.
Ghufron: Ini kan sesuatu yang tidak diduga ya, dan di luar rencana. Karena awalnya yang 4 orang itu, yang didatangkan dari Buton kalau nggak salah ya, kan itu melalui Laode Sugiono kalau tidak salah. Laode yang nyari orang nih, siapa yang bisa bikin bom ikan.
Kan awalnya itu mereka menginapnya rencananya di rumah Pak Slamet Soebijanto (Mantan Kepala Staf Angkatan Laut). Cuma di rumahnya Pak Slamet itu kan penuh, banyak massa yang nginap karena keesokan harinya kan mau aksi. Sehingga Pak Slamet diminta tolong tolong nih yang 4 orang ini untuk dibantu untuk dikasih tempat, kira-kira gitu. Jadi istilahnya untuk sebagai tempat menampunglah. Jadi rumah Pak Basith tuh jadi tempat menampung 4 orang itu.
Intinya adalah kalau menurut pengakuan Pak Basith iya bahwa idenya memang kan dari awalnya dari Pak Soenarko. Termasuk kan diperkuat dengan pengakuan Pak Mulyono itu. Bahkan katanya di akhir rapat itu Pak Soenarko sempat bertanya kepada peserta adakah di antara saudara yang informasi yang bisa buat petasan, kira-kira gitu.
Apakah benar MKPNpunya agenda politik?
Mulyono: Sebetulnya kami nggak di wilayah itu. Wilayah itu untuk kenegaraan, dalam artian mereka pasti berkiblat pada paslon 01, paslon 02 atau mungkin 212. Kita tuh nggak di wilayah itu. Kita tuh wilayah solusi Pancasila, bagaimana kalau terjadi chaos di bangsa ini satu-satunya solusi yang kita tawarkan adalah Pancasila.
Cuma Pancasila yang mana, yang akan kita tawarkan, bukan Pancasila Orde Lama, Orde Baru, maupun Reformasi. Tetapi Pancasila yang menganut sisi Majelis. karena di dalam majelis itu adalah rahmat dan pertolonganKu kata Yang Maha Kuasa. Jadi otomatis di bawahnya bukan partai-partai, jadi majelis 1 sampai 5. Majelis 1 adalah kaum-kaum agamawan, baik Hindu, Budha, Kristen, Protestan, dan Islam.
Yang kedua adalah kaum-kaum ilmuwan, minimal rektor perguruan tinggi. Ketiga adalah TNI Darat, Laut, Udara ditambah Polisi. Keempat adalah raja, sultan dan pemangku adat, kelima kaum-kaum tradisional seperti nelayan, petani, IDI, Insinyur, wartawan itu salah satu profesi kan. Itu adalah stakeholder bangsa.
Itu yang disebut lembaga bangsa. Siapa itu? itu adalah orang2 yang inisiasi, jadi rencananya dipisah mana warga bangsa, mana warga negara. warga bangsa adalah orang2 Indonesia asli yang duduk di 5 majelis itu.
Ghufron: Betul iya. Kalau pengakuan dari Pak Basith kalau tidak salah bergabung dari tahun 2016. Jadi ini semacam majelis yang di dalam itu ada 5 majelis kalau tidak salah. Di situ ada tokoh-tokoh agama, kemudian ada dari kalangan pendidikan, dari kalangan TNI, macam-macam itu. Jadi mereka ya membahas soal isu-isu kebangsaan, isu-isu faktual di Indonesia.
*Perbincangan apa yang mendorong aksi teroris pertemuan tersebut? *
Ghufron: Ini kan ya mungkin mereka semacam punya rencana-rencana. Mereka bikin rencana-rencana supaya investor-investor asing tidak berani masuk ke Indonesia. Karena kan mereka melihat bahwa Indonesia ini sudah dikuasai oleh kepentingan asing, dalam hal ini China.
Mulyono: Sebetulnya sih pancasila yang sekarang kita miliki kalau dari tradisi ke norma, ke kaidah itu masih benar. Tapi begitu ke kaidah ada yang belokin.
Dari mana ongkos untuk mendanai rencana ini?
Mulyono: Kalau tidak salah mereka untuk minta ke Pak Narko biayanya. Pak Narko nggak keluar, sehingga mereka upaya sendiri kan. Mengenai bahan-bahan dan segala macem, uang dari mana saya.
Bagaimana anggota MKPNbisa mengenal Soenarko?
Ghufron: Mungkin belum lama ya. Kalau dilihat dari saya tanya Pak Basith itu ketemunya pada saat ada sidang di MK terkait dengan hasil pilpres. Dikenalkan oleh seseorang, ketemulah di situ. Jadi intinya ketemu pada saat sidang hasil Pilpres di Mahkamah Konstitusi.
Lalu bagaimana bisa merekrut Laode Sugiono selaku perakit bom?
Ghufron: Klien kami tidak menyebut itu. Jelas sama-sama pengurus di MKPN, sama-sama pengurus. Memang sama-sama punya rencana yang sama.
SUMBER

0
3.3K
Kutip
33
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan