- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Joker, Sisi Gelap Si Badut Sulap


TS
topengski
Joker, Sisi Gelap Si Badut Sulap
"Dulu kupikir hidupku sebuah tragedi. Kini, aku sadar hidupku adalah sebuah komedi," kata Joker.
'Joker' meraup 5,4 juta dolar AS pada penayangan perdana, Rabu (2/10). Jumlah tersebut dihasilkan dari empat wilayah pasar internasional. Keempat negara itu adalah Korsel, India, Belgia dan Indonesia. Di Indonesia, 'Joker' mengantongi 846 ribu dolar AS.
Bahkan, diperkiraan 'Joker' akan meraup lebih dari 80 juta dolar AS pada pekan pertama penayangannya.
Pertanyaannya, mengapa sosok Joker ini begitu digemari? Selain karena akting Joaquin Phoenix yang katanya sangat memikat.
Ada banyak pendapat yang berkembang tentang kenapa sosok villain ini begitu digemari. Joker muncul di tengah booming film antihero yang menjadi jualan utama Hollywood belakangan.
Ia merupakan sosok antidot paling ekstrem dari para superhero yang selama ini digambarkan. Joker tak memiliki kemampuan spesial laiknya para superhero. 'Kemampuan' utamanya adalah pikiran cerdik dan liar dan keberanian untuk melakukan tindakan melawan norma.
Sisi gelap dalam diri Joker ini muncul akibat represi kehidupan yang ia terima secara konstan. Sepanjang hidupnya ia banyak menghadapi berbagai peristiwa getir dan diselimuti nasib buruk. Joker terlahir miskin dan kerap menjadi objek perisakan.
Badut sulap yang jenaka ini berubah menjadi sosok bandit bengis yang gemar merayakan kekerasan. Dia menjadi representasi kegilaan paling gamblang dari situasi psikososial masyarakat Gotham City. Mereka mencoba mempertahankan kewarasannya di tengah situasi yang serba timpang dan kacau balau. Kisah hidupnya yang kelam dan gelap menjadi simbol bagi massa paria dan termarjinalkan.
Moralitas yang dibawa Joker ini senada dengan arus perlawanan terhadap norma 'political correctnes' di Amerika. 'Political correctnes' adalah penghindaran bentuk ekspresi yang mendiskriminasi orang lain. Istilah ini juga kerap merujuk pada sikap jujur sesorang untuk berekspresi tanpa mengindahkan etika. Arus besar perlawanan terhadap 'political correctnes' ini memuncak pada momen terpilihnya Donald Trump sebagai presiden.
“Kita bisa bersikap political correctness, tapi suka atau tidak, itu bermasalah," kata Trump.
Kebuasan Joker sangat digemari karena banyak orang yang merasa 'senasib' namun tak mampu mengartikulasikan kegilaannya. Ekspresi triumvalis Joker bisa jadi sangat mewakili kekecewaan penggemarnya terhadap dunia. Kekerasan dan brutalitas adalah bentuk ekspresi paling ekstrem dari cara mereka melampaui kontradiksi yang terjadi.







zafinsyurga dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.2K
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan