- Beranda
- Komunitas
- Female
- Wedding & Family
Bahagiain Istri Kamu brad, Terutama Saat Momen Ini!


TS
onee643
Bahagiain Istri Kamu brad, Terutama Saat Momen Ini!
Suami mana sih yang nggak pengen bahagiain istrinya. Saat akad alias perjanjian awal pernikahan, laki-laki yang tergolong asing di pihak keluarga seberang sudah "merebut" seorang anak wanita dari ayahnya. Lebih lanjut, wanita tersebut akan dibawa sang suaminya meninggalkan rumah tempat dia dibesarkan oleh orang tuanya.
Bisa jadi masih sering juga ketemu bila memang sang anak wanita bersama suami masih serumah atau bertempat tinggal di dekat rumah orang tuanya. Kemungkinan terakhir, bisa jadi saat akad itulah terakhir kali sang ayah melihat anaknya, karena akan diajak merantau oleh sang suami ke daerah nan jauh di sana. Tapi saya yakin sesekali masih bisa datang menengok.
Kalau secara psikis kita udah memisahkan istri kita dari ayah ibunya. Memisahkan secara halus dan etis. Namun secara batin, seakan ada banner besar banget melayang di atas kepala keluarganya bertuliskan "ini semua aku serahkan padamu sebagai suami dia, tolong jaga anak ku yang aku sayang".
Menyedihkan ya?
Kemudian kita sampai pada level hidup berdua. Keputusan keluarga adalah pemikiran suami setelah sebelumnya bermusyawarah dengan istri. Istri mempunyai kewajiban menurut pada suami. Dan suami mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menghidupi keluarga, dengan cara-cara yang baik, atas dasar saling mencintai. Seperti yang telah tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkimpoian Pasal 33, "suami isteri wajib saling cinta-mencintai hormat-menghormati, setia dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain".

Sumber pict: brillio
Kalau dari kacamata religi, seorang suami yang tidak bisa menghidupi keluarga dengan baik mendapat dosa. Istri yang tidak menurut kepada suami, kalau memang suami menginginkan kebaikan dengan memerintahkan atau menetapkan sesuatu ke istri, maka istri mendapat dosa pula.
Dari beberapa penjelasan di atas, sudah pasti bahwa kita harus bahagiakan istri. Tapi sesuai bahasan yang akan saya ulas, ada 1 momentum yang paling tidak kita ada usaha extra dalam menjaga psikis istri. Karena berangkat dari pengalaman saya pribadi.
Momen itu adalah saat dia mulai ada indikasi hamil.
Guys, seorang pakar kesehatan dari barat sana, Dr. Debra Rose Wilson dari Walden University dari penelitiannya serta pengalaman handling ibu-ibu hamil, mengatakan "pregnant women experience sudden and dramatic increases in estrogen and progesterone", yaitu secara bahasa kita, secara hormonal wanita hamil akan mengalami suasana moody, yaitu fluktuasi mood yang tak tentu, dikarenakan hormon estrogen dan progesteron mengalami peningkatan yang pesat.
Dua jenis hormon ini mengalami peningkatan karena sedang berperan penting dalam meningkatkan dan mensupport fungsi plasenta dan uterus untuk menyiapkan peredaran darah janin, transfer nutrisi dari ibu ke anak, serta peran major untuk pertumbuhan janin.
Dokter wanita yang konsen di bidang keperawatan ini melanjutkan, "pregnancy can dramatically alter how a woman experiences the world through sight, taste, and smell", perubahan indera akan berubah sekejap, sesuai pribadi ibu yang berbeda masing-masing orang tingkat sense-nya di indra penglihatan, perasa, dan penciuman.
Selain sense alias indera, bentuk fisik juga berubah, di beberapa anggota tubuh, termasuk rambut, kulit, kuku.
Segi stamina cenderung lebih cepat capek, jantung terpacu agak over daripada kondisi normal, tekanan darah meningkat, metabolisme tubuh, peningkatan kemungkinan dehidrasi serta hipertermia.
Kemudian dokter di negeri seberang yang lain, yaitu Dr. Katie Mena dokter primary care di Michigan sono mengatakan bahwa ibu hamil juga mengalami possibility cedera lebih tinggi daripada kondisi sehat saat tidak hamil, terutama kemungkinan-kemungkinan kondisi cedera "sprains and strains", sederhananya cedera yang berhubungan antara tulang-tulang, atau antara tulang-daging yang melekat di tulang. Bahasa sederhana mungkin pelumas antar tulang-tulang dan tulang-kulit.
Efek ringan mungkin seperti sering merasa linu, pegal-pegal, dan kondisi drop lain.
Keren brad. Semua menjadi satu.
Intinya istri bakal moody, bisa jadi gampang emosi, cepat capek, bawel, suka kepikiran beberapa hal, badan sakit semua, sensitif terhadap berbagai hal seperti suara bau, maupun kondisi lingkungan sekitar yang secara psikis sengaja atau tidak sengaja mengena di hatinya.
Sabar ya brad..
Kondisi istri yang ada extra tersebut berbeda tiap pribadi wanita. Tapi yang pasti wanita diciptakan oleh Tuhan dengan "kekuatan" tersendiri. Seiring waktu, sang wanita pendamping kita itu akan mampu beradaptasi dengan keadaan, cepat atau lambat lalu bisa beraktivitas seperti sedia kala meski serba terbatas.
Kemudian yang berhubungan dengan pengalaman saya, rasa sabar yang mesti kita pupuk sebagai suami saat istri hamil selain karena history pernikahan yang kita "menculik anak dari orang tuanya" serta "peran utama kepala keluarga terhadap istri dengan perlakuan etik" plus tantangan "istri berubah karena kehamilan" berhubungan pula dengan "demi calon anak kita".
Karena pengalaman miris sempat saya rasakan dulu saat anak saya yang ke 2 dan 3 (kembar) lahir secara prematur.
Salah satu anak pasca lahir prematur bisa survive dan kuat untuk dibawa pulang. Tapi kakaknya, harus bertahan dulu di ruang ICU alias gawat darurat untuk diberi stimulasi khusus berupa treatment medis agar survive.
Sebagai gambaran, dia baru lahir. Masih mungil banget, susah bernafas karena air ketuban banyak yang masuk ke paru-paru nya, ditemani indikasi degupan jantungnya lemah. Melihatnya sudah miris.

Sumber pict: honestdoc.
Kemudian kesedihan saya bertambah saat anak saya itu berprogress di ruang ICU. Selang makanan masuk ke mulut. Ada selang infus tertancap ditangan, di kaki, plus beberapa kabel detektor menempel di dada. Dia hanya bisa terbaring lemah di dalam inkubator.
Rasanya perih melihat dia. Cuman bisa menangis berkali-kali, sambil memperbanyak doa.
Hampir selama semingguan saya izin tidak masuk kerja, karena terkadang ICU sewaktu-waktu membutuhkan ACC keluarga untuk penanganan yang urgent dan tiba-tiba, tidak ditentukan waktu.
Alhasil menginap di rumah sakit, baik tidur di sofa dekat ruang unit gawat darurat, di masjid rumah sakit, tapi lebih banyak tidur di dalam mobil.
Rasanya perih banget mengingat masa itu.
Banget.
Kalau jawaban medis kenapa bayi bisa prematur, ada beberapa sebab dari faktor internal maupun eksternal. Namun yang saya alami kemarin karena kehamilan istri yang kembar, menaikkan tekanan darah sang ibu dari si kembar, alhasil dalam momen umur tertentu perlu dilakukan prematur demi keselamatan sang janin (hal yang normal terjadi bila ada kehamilan kembar).
Jadi rasa yang pernah saya alami bisa temen-temen gambarkan di benak masing-masing. Singkat cerita, dengan bersabar terhadap istri, itu sama dengan menyelamatkan janin calon anak kita. Jangan sampai brad sekalian merasakan apa yang saya alami, melihat anak baru lahir sudah drop.
Kalau sekarang sih, Alhamdulillah, anak-anak sudah sehat, masih berumur sekitar 18 bulan, sudah bisa jalan semi berlari kesana-kemari, dan mulai belajar kosakata.
Seperti itulah rasanya. Emang kita dituntut bersabar extra. Beberapa alasan yang telah saya sebut diatas juga semoga make a sense, bisa diterima, dan mampu dipahami brad sekalian. Maybe ini tulisan renyah banget buat para ayah yang sudah melewati momen-momen kelahiran anaknya, tapi buat yang mungkin sedang merasakan kehamilan istrinya yang pertama kali mudah-mudahan bermanfaat, terutama bagi para temen-temen yang belum menikah atau sudah menikah tapi belum punya anak. Kita sama-sama mendoakan.
Just (try to) do it. We care to our lovely family, forever and ever.
Semoga bermanfaat šš
FURQON643
Bisa jadi masih sering juga ketemu bila memang sang anak wanita bersama suami masih serumah atau bertempat tinggal di dekat rumah orang tuanya. Kemungkinan terakhir, bisa jadi saat akad itulah terakhir kali sang ayah melihat anaknya, karena akan diajak merantau oleh sang suami ke daerah nan jauh di sana. Tapi saya yakin sesekali masih bisa datang menengok.
Kalau secara psikis kita udah memisahkan istri kita dari ayah ibunya. Memisahkan secara halus dan etis. Namun secara batin, seakan ada banner besar banget melayang di atas kepala keluarganya bertuliskan "ini semua aku serahkan padamu sebagai suami dia, tolong jaga anak ku yang aku sayang".
Menyedihkan ya?
Kemudian kita sampai pada level hidup berdua. Keputusan keluarga adalah pemikiran suami setelah sebelumnya bermusyawarah dengan istri. Istri mempunyai kewajiban menurut pada suami. Dan suami mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menghidupi keluarga, dengan cara-cara yang baik, atas dasar saling mencintai. Seperti yang telah tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkimpoian Pasal 33, "suami isteri wajib saling cinta-mencintai hormat-menghormati, setia dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain".

Sumber pict: brillio
Kalau dari kacamata religi, seorang suami yang tidak bisa menghidupi keluarga dengan baik mendapat dosa. Istri yang tidak menurut kepada suami, kalau memang suami menginginkan kebaikan dengan memerintahkan atau menetapkan sesuatu ke istri, maka istri mendapat dosa pula.
Dari beberapa penjelasan di atas, sudah pasti bahwa kita harus bahagiakan istri. Tapi sesuai bahasan yang akan saya ulas, ada 1 momentum yang paling tidak kita ada usaha extra dalam menjaga psikis istri. Karena berangkat dari pengalaman saya pribadi.
Momen itu adalah saat dia mulai ada indikasi hamil.
Guys, seorang pakar kesehatan dari barat sana, Dr. Debra Rose Wilson dari Walden University dari penelitiannya serta pengalaman handling ibu-ibu hamil, mengatakan "pregnant women experience sudden and dramatic increases in estrogen and progesterone", yaitu secara bahasa kita, secara hormonal wanita hamil akan mengalami suasana moody, yaitu fluktuasi mood yang tak tentu, dikarenakan hormon estrogen dan progesteron mengalami peningkatan yang pesat.
Dua jenis hormon ini mengalami peningkatan karena sedang berperan penting dalam meningkatkan dan mensupport fungsi plasenta dan uterus untuk menyiapkan peredaran darah janin, transfer nutrisi dari ibu ke anak, serta peran major untuk pertumbuhan janin.
Dokter wanita yang konsen di bidang keperawatan ini melanjutkan, "pregnancy can dramatically alter how a woman experiences the world through sight, taste, and smell", perubahan indera akan berubah sekejap, sesuai pribadi ibu yang berbeda masing-masing orang tingkat sense-nya di indra penglihatan, perasa, dan penciuman.
Selain sense alias indera, bentuk fisik juga berubah, di beberapa anggota tubuh, termasuk rambut, kulit, kuku.
Segi stamina cenderung lebih cepat capek, jantung terpacu agak over daripada kondisi normal, tekanan darah meningkat, metabolisme tubuh, peningkatan kemungkinan dehidrasi serta hipertermia.
Kemudian dokter di negeri seberang yang lain, yaitu Dr. Katie Mena dokter primary care di Michigan sono mengatakan bahwa ibu hamil juga mengalami possibility cedera lebih tinggi daripada kondisi sehat saat tidak hamil, terutama kemungkinan-kemungkinan kondisi cedera "sprains and strains", sederhananya cedera yang berhubungan antara tulang-tulang, atau antara tulang-daging yang melekat di tulang. Bahasa sederhana mungkin pelumas antar tulang-tulang dan tulang-kulit.
Efek ringan mungkin seperti sering merasa linu, pegal-pegal, dan kondisi drop lain.
Keren brad. Semua menjadi satu.
Intinya istri bakal moody, bisa jadi gampang emosi, cepat capek, bawel, suka kepikiran beberapa hal, badan sakit semua, sensitif terhadap berbagai hal seperti suara bau, maupun kondisi lingkungan sekitar yang secara psikis sengaja atau tidak sengaja mengena di hatinya.
Sabar ya brad..
Kondisi istri yang ada extra tersebut berbeda tiap pribadi wanita. Tapi yang pasti wanita diciptakan oleh Tuhan dengan "kekuatan" tersendiri. Seiring waktu, sang wanita pendamping kita itu akan mampu beradaptasi dengan keadaan, cepat atau lambat lalu bisa beraktivitas seperti sedia kala meski serba terbatas.
Kemudian yang berhubungan dengan pengalaman saya, rasa sabar yang mesti kita pupuk sebagai suami saat istri hamil selain karena history pernikahan yang kita "menculik anak dari orang tuanya" serta "peran utama kepala keluarga terhadap istri dengan perlakuan etik" plus tantangan "istri berubah karena kehamilan" berhubungan pula dengan "demi calon anak kita".
Karena pengalaman miris sempat saya rasakan dulu saat anak saya yang ke 2 dan 3 (kembar) lahir secara prematur.
Salah satu anak pasca lahir prematur bisa survive dan kuat untuk dibawa pulang. Tapi kakaknya, harus bertahan dulu di ruang ICU alias gawat darurat untuk diberi stimulasi khusus berupa treatment medis agar survive.
Sebagai gambaran, dia baru lahir. Masih mungil banget, susah bernafas karena air ketuban banyak yang masuk ke paru-paru nya, ditemani indikasi degupan jantungnya lemah. Melihatnya sudah miris.

Sumber pict: honestdoc.
Kemudian kesedihan saya bertambah saat anak saya itu berprogress di ruang ICU. Selang makanan masuk ke mulut. Ada selang infus tertancap ditangan, di kaki, plus beberapa kabel detektor menempel di dada. Dia hanya bisa terbaring lemah di dalam inkubator.
Rasanya perih melihat dia. Cuman bisa menangis berkali-kali, sambil memperbanyak doa.
Hampir selama semingguan saya izin tidak masuk kerja, karena terkadang ICU sewaktu-waktu membutuhkan ACC keluarga untuk penanganan yang urgent dan tiba-tiba, tidak ditentukan waktu.
Alhasil menginap di rumah sakit, baik tidur di sofa dekat ruang unit gawat darurat, di masjid rumah sakit, tapi lebih banyak tidur di dalam mobil.
Rasanya perih banget mengingat masa itu.
Banget.
Kalau jawaban medis kenapa bayi bisa prematur, ada beberapa sebab dari faktor internal maupun eksternal. Namun yang saya alami kemarin karena kehamilan istri yang kembar, menaikkan tekanan darah sang ibu dari si kembar, alhasil dalam momen umur tertentu perlu dilakukan prematur demi keselamatan sang janin (hal yang normal terjadi bila ada kehamilan kembar).
Jadi rasa yang pernah saya alami bisa temen-temen gambarkan di benak masing-masing. Singkat cerita, dengan bersabar terhadap istri, itu sama dengan menyelamatkan janin calon anak kita. Jangan sampai brad sekalian merasakan apa yang saya alami, melihat anak baru lahir sudah drop.
Kalau sekarang sih, Alhamdulillah, anak-anak sudah sehat, masih berumur sekitar 18 bulan, sudah bisa jalan semi berlari kesana-kemari, dan mulai belajar kosakata.
Seperti itulah rasanya. Emang kita dituntut bersabar extra. Beberapa alasan yang telah saya sebut diatas juga semoga make a sense, bisa diterima, dan mampu dipahami brad sekalian. Maybe ini tulisan renyah banget buat para ayah yang sudah melewati momen-momen kelahiran anaknya, tapi buat yang mungkin sedang merasakan kehamilan istrinya yang pertama kali mudah-mudahan bermanfaat, terutama bagi para temen-temen yang belum menikah atau sudah menikah tapi belum punya anak. Kita sama-sama mendoakan.
Just (try to) do it. We care to our lovely family, forever and ever.
Semoga bermanfaat šš
FURQON643






tien212700 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.5K
33


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan