Kaskus

Entertainment

Mata.Elang084Avatar border
TS
Mata.Elang084
Akibat Melanggar Pantangan di Gunung Ardjuna


Kisah ini merupakan kisah nyata yang dialami oleh temanku, namanya Radit. Dia ini anak ekstrakulikuler pecinta alam di sekolahku yang kebetulan kita satu kelas. Dia jarang masuk sekolah, entah sudah berapa absen bolosnya yang dia koleksi sampai terkenal sebagai "si gaib" karena suka menghilang. Dalam tempo satu bulan dia mungkin nongol di kelas cuma sepuluh hari dari total 25 hari aktif kegiatan belajar mengajar. Kegiatannya selama menghilang adalah bercengkrama dengan alam. Ke pantai, ke wisata alam seperti air terjun, goa hingga mendaki gunung.

Suatu ketika si Radit merencanakan untuk mendaki gunung Ardjuna bersama rombongan anak SMA yang satu ekskul dengannya. Tak ketinggalan pula pacarnya yang merupakan adik kelas di kelas 10. Seminggu dia tak tampak batang hidungnya. Rupanya dia melaksanakan pendakian gunung Ardjuna minggu itu.

Tujuh hari berlalu, dia masuk sekolah dengan penampilan tak seperti biasanya. Dia memakai alat bantu berjalan yang dia kenakan di kedua bawah ketiaknya demi bisa menyangga tubuhnya berdiri. Kaki kirinya tampak tak dapat digerakkan. Seisi kelas sudah pasti ingin tahu. Radit diburu pertanyaan oleh sejumlah anak di kelasku, baik siswa maupun siswi.

"Kaki kamu kenapa, dit?"

"Kena tragedi di gunung Ardjuna."

Segerombolan anak lelaki di kelasku menghampiri Radit, tertarik dengan cerita yang akan keluar dari mulutnya.

"Tragedi apa? Mau terperosok ke jurang?"

"Ceritanya panjang." Disanalah Radit mulai bercerita panjang lebar.
___

Sebelum berangkat mendaki ke gunung Ardjuna, Radit lupa tidak berdoa. Setelah pemanasan bersama anak - anak yang lain agar tidak cedera, mereka naik pelan - pelan. Suasananya sepi sekali, tanjakannya curam luar biasa. Awalnya tak ada apa - apa. Formasinya disusun cewek - cewek di tengah. Radit sebagai cowok di belakang sendirian, cowok yang lain ada di depan karena grup mereka hanya terdiri dari dua cowok dan tiga cewek. Ada Sapto, Ranum, Stephanie, Ria dan Radit.

Dari mereka berlima hanya Radit yang suka misuhalias bicara kurang sopan. Sepanjang jalan Radit menggerutu, "Hadeh luwe, cok!" Padahal di gunung manapun bicara kotor adalah larangan nomor 1. Mereka terus berjalan menapaki tanah kering nan berdebu di jalur pendakian gunung Ardjuna.



Selain masalah mulut Radit yang nggak bisa diatur itu, sebenarnya kalau naik gunung Ardjuna mitosnya tidak boleh membawa rombongan berjumlah ganjil. Sayangnya mereka menghiraukan pantangan itu, alasannya karena sudah sering mendaki ke gunung lain dengan jumlah rombongan ganjil di tempat yang lebih angker dan mereka baik - baik saja. Mereka mempercayai larangan itu hanyalah sebuah mitos belaka.



"Wiiih pelanggaran!" kata Lucky memotong cerita Radit.

"Di tengah perjalanan, banyak rumput kering yang baunya khas. Debu - debu beterbangan, sampai pandangan mataku tak jelas melihat ke depan, padahal masih jauh dari puncak. Badanku kedinginan, padahal semua anggota rombongan mengeluh kepanasan karena saat itu siang bolong jam 12."

"Terus," tanya anak - anak penasaran.

"Terus kakiku kaku tak bisa digerakkan. Temanku semakin menjauh, aku berteriak - teriak tak ada yang mendengar. Kemudian aku berdoa, eh ternyata anak - anak ada yang menoleh ke belakang secara tiba - tiba. Mereka melihatku tergeletak di tanah kering dekat pos 3 yang terdapat banyak pohon besar disekelilingnya. Aku teriak - teriak minta tolong."

"Akhirnya aku ditolong oleh anak serombongan. Kebetulan di pos 3 menuju gunung Ardjuna ada orang yang bisa dibilang juru kunci di daerah sana yang ikut menolongku. Entah kakiku diapakan, tiba - tiba aku bisa jalan lagi tapi dalam keadaan pincang seperti ini."

"Kamu tuh awalnya kesandung atau kenapa?" tanya Rolland.

"Enggak tuh padahal, ya nggak kesandung dan nggak kena apa - apa. Saat aku menanyakan hal ini pada paranormal, katanya kakiku ditarik oleh anak - anak jin yang menghuni daerah sana."



"Lhah terus kenapa kamu masih pincang kalau sudah diobati?"

"Masih ada yang mengikutiku. Syarat yang dianjurkan oleh 'orang pintar' itu belum aku laksanakan. Kalau aku sudah melakukannya, aku pasti sembuh."

"Makanya Dit, kalau mau naik gunung itu harus tahu bagaimana aturannya disana dan pantangannya jangan dilanggar!" kata Lucky.

"Iya sih, salahku juga masih maksa berangkat," ucap Radit
Entah syarat macam apa yang diminta oleh dukunnya si Radit. Dia tidak mau menceritakannya lebih lanjut. Yang jelas tiga hari setelah itu, Radit dapat berjalan normal seperti biasanya tanpa alat bantu.
Diubah oleh Mata.Elang084 24-11-2019 17:39
zafinsyurgaAvatar border
iponks77Avatar border
meqibaAvatar border
meqiba dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2.1K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan