surya.hrAvatar border
TS
surya.hr
Mengenang Prof. BJ. Habibie, Pria Jenius Penggagas Imtaq dan Iptek


Tak terasa, lebih dari dua minggu semenjak dari tanggal 11 September 2019, Prof. BJ. Habibie telah pergi meninggalkan kita semua. Sebagai salah satu yang mengidolakan beliau, kepergian almarhum untuk selama-lamanya telah meninggalkan begitu banyak kenangan. Meski tak sekalipun penulis bertatap langsung dengannya. Hanya melalui layar kaca dan sejumlah prestasi yang ditorehkan beliau yang membuat penulis merasa dekat sekaligus memujanya.

Terlahir pada tanggal 25 Juni 1936 yang lalu, pria yang pernah menimba ilmu di ITB dan Jerman ini menjelma menjadi sosok jenius. Sebuah rangkaian proses panjang telah dilalui beliau yang lantas turut menjadikannya hingga seperti sekarang ini.

Siapa yang tidak mengenal sepak terjang laki-laki kelahiran Pare-pare Sulawesi Selatan ini? Namanya bahkan menyita publik Jerman, negara yang telah membantu Prof. BJ. Habibie menuangkan segala bentuk ide dan kepintaran yang dimilikinya. Di tangan dingin beliau pula pesawat Gatot Kaca N-250 terbang membumbung tinggi di angkasa nusantara. Sebuah pencapaian fenomenal negeri ini yang entah kapan lagi bisa dicapai kembali dengan prestasi serupa. Kendati tak lama setelah kejadian tersebut, krisis moneter menghantam Indonesia. Imbasnya, proyek yang sejatinya sanggup mengangkat harkat martabat Indonesia di mata dunia, harus diakhiri sebagai salah satu syarat penguncuran dana dari IMF.

Namun, selain piawai dalam bidang kedirgantaraan, seperti yang menjadi spesialisasinya, Prof. BJ. Habibie juga merupakan sosok yang jenius-relijius. Tidak hanya berkutat dalam permasalahan teknologi, sosok pria berotak brilian yang ramah ini, juga menyeimbangkan kehidupannya dengan dunia agama. Padahal, jamak diketahui ada banyak ilmuwan yang justru mengeyampingkan kehidupan akhirat dan semata-mata disibukkan dengan segala hal ikhwal berbau duniawi. Beliau berbeda. Tidak mengherankan jika Presiden ke 3 ini kemudian dijadikan sebagai role model dan segala perilakunya patut untuk ditiru.

oOo


Ukuran kemajuan sebuah bangsa adalah majunya teknologi yang berhasil dikuasainya. Teknologi juga berperan terhadap terjadinya perubahan dunia saat ini. Berkat teknologi pula kehidupan menjadi seperti apa yang kita rasakan dan nikmati. Meski kehidupan terlihat lebih mudah dengan hadirnya teknologi, dalam hal apapun, namun semuanya harus diimbangi dengan spirit dalam beragama. Supaya teknologi yang dimaksud tidak menjadi alat yang justru memusnahkan peradaban manusia itu sendiri.

Atas dasar pemikiran tersebut, BJ. Habibie yang tersohor karena penguasaannya akan dunia teknologi, mewanti-wanti bagi semua orang supaya membuat keseimbangan antara penguasaan teknologi dengan iman taqwa.

Seperti penjelasan beliau, yang penulis kutip dari harian Kompas sebagai berikut:

"Orang yang hebat imtaqnya tapi tidak tahu iptek, dia tidak akan mampu menolong dirinya sendiri. Sebaliknya, orang yang ipteknya saja tetapi tanpa imtaq, bahaya, dia akan halalkan semua cara," kata Habibie di kediamannya".

Imtaq sebagaimana yang beliau utarakan, adalah sebuah akronim dari kata "Iman dan Taqwa". Pada selanjutnya, Iman dan Taqwa merupakan fondasi dan landasan berpikir manusia berkaitan dengan nilai-nilai relijius. Sedangkan Iptek, adalah Ilmu Pengetahuan Teknologi yang dikuasi oleh manusia, bermanfaat dan dilakukan demi kemaslahatan umat manusia itu sendiri.


Pada titik ini, Prof. BJ. Habibie yang jenius sekalipun, tidak serta merta mengkultuskan Iptek sebagai satu-satunya tujuan dalam hidupnya. Nilai agama yang menjadi keyakinan beliau, tetap memiliki bobot sama layaknya dengan Iptek itu sendiri. Persis seperti pepatah klasik yang pernah penulis dengar.

"Agama tanpa ilmu lumpuh, ilmu tanpa agama buta".

Dua entry pointyang mengajarkan kita untuk membuat satu kesimpulan, bahwa kedua hal tersebut sama pentingnya. Kemajuan apa yang hendak dicapai jika hanya berkutat pada pengetahuan agama namun tidak dibarengi dengan penguasaan akan teknologi? Demikian sebaliknya, suasana chaos akan tercipta jika teknologi tidak diikuti oleh pengetahuan agama. Bisa jadi, siksa neraka akan menimpa sebelum ajal itu tiba.

Kini, sosok jenius yang menjadi idola penulis telah tiada. Selamat jalan Prof. BJ. Habibie, damailah dalam pelukan Tuhan. Kami akan senantiasa mengenang semua kebaikan dan jasamu yang tiada tara untuk negara kita tercinta.


Sumber gambar: googleimage
Referensi data pembanding:
Kompas
ceuhetty
sebelahblog
zafinsyurga
zafinsyurga dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.2K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan