Gueitusetia0101Avatar border
TS
Gueitusetia0101
Petualangan Mistik Di Gunung Sinjai




Rencana mereka untuk mendaki gunung di Sinjai akhirnya terlaksana juga. Ady memperbaiki kembali posisi ranselnya. Cuaca begitu panas hingga ia merogoh tas untuk mengambil sebotol Aqua. Ia meneguk beberapa kali. Lalu, diserahkannya pada Dul yang baru saja tiba di dekatnya. 

Diky terlihat menyeka keringat, "Duh panas banget bro. Keringatan melulu. Ganteng gue bakal luntur nih," keluhnya yang membuat ke tiga temannya tertawa.

"Gaya lu selangit bro. Pantes saja Endah kabur," timpal Agas.

"Woyyy ... gak usah sebut-sebut nama dia lagi. Lagi pula Si Anto hanya dapat sisa gue. Haha." Diky menimpali ocehan Agas barusan.

"Udah berapa harta cewek lu embat Diky? Kenalin ke gue dong yang masih ting-ting!" Dul ikut menimpali.

"Hari gini susah bro cari yang masih pyuur. Kalo lu mau, nunggu aja gedenya bayi." Diky mencandai Dul.

"Keburu ubanan gue," keluh Dul sambil mengacak rambut cepaknya.

Saat itu mereka berempat sudah tiba di pos penjagaan.

"Selamat pagi, Om!" sapa Ady kepada dua penjaga pos.

"Pagi, Nak. Hanya berempat? Mahasiswa atau apa nih?" tanya seorang penjaga yang berkumis.

"Iya, Om. Bukan mahasiswa, tapi masih SMA." Ady berinisiatif menjawab.

"Kampung ini apa namanya, Om?" Dul pun ikut bergabung duduk di dekat Ady.

"Oh. Ini kampung namanya Mar'a." Lelaki berkumis menjawab pertanyaan Dul yang memiliki rambut cepak.

"Hati-hati saja kalo udah di atas gunung. Jangan terlalu ribut yah!" Lelaki penjaga berperawakan kurus memberi peringatan.

"Iya, Om. Kami berangkat dulu." Ady meminta izin dan beranjak setelah mereka bersalaman.

~ ~ ~





"Wih cakepnya. Tapi lebih gantengan gue." Suara Diky memecah keheningan di saat mereka sudah separuh perjalanan.

"Monyet lebih gagah daripada lu, Dik." Agas membalas ucapan Diky dengan ledekan.

"Sungguh terlalu ... terlalu dirimu," tukas Diky menirukan lagunya Rhoma Irama.

Mereka terlalu gaduh, bernyanyi dan bercanda berlebih. Diky yang gokil bahkan memeluk sebuah pohon saat mereka bercerita konyol. Lupa pada peringatan tadi.

Perjalanan sudah melewati seperdua tinggi gunung. Tak terasa  matahari sebentar lagi mencapai titik puncak panasnya. Mereka tak merasakan jika sejak tadi hanya berjalan berputar-putar di jalan yang sama. Hingga Ady yang otaknya lebih waras dari ke tiga temannya menyadari satu hal.

"Kalian sadar gak? Kayaknya kita hanya berputar-putar di jalan yang sama sejak tadi. Liat tuh pohon yang tadi dipeluk dan diberi tanda oleh Diky!" Ady heran dan menunjukkan pohon dengan ukiran lovedan tertulis "Diky".

Semua saling menatap.

"Coba terus jalan!" Dul memberi saran.

Mereka pun melanjutkan perjalanan. Suasana gunung begitu gelap. Rindang pepohonan menambah suasana mencekam.

Hingga mereka bertemu seorang nenek sedang menyapu di halaman.

"Permisi, Nek!" Lagi-lagi Ady si Santun yang bertanya.

Nenek itu menghentikan aktifitasnya dan menatap satu persatu anak muda di depannya.

"Numpang tanya? Arah untuk ke puncak jalannya di mana, Nek? Sejak tadi kami hanya berputar saja." Ady bertanya pada Nenek tersebut.

"Jalannya sudah benar. Terus saja, Nak," jawab nenek yang sudah bungkuk.

Kebaya dan sarung yang dikenakannya berwarna hitam polos pekat. Pakaiannya tak seperti style kebaya zaman saat itu. Matanya menyimpan sesuatu yang misterius. Dul yang sejak tadi memperhatikan merasa bergidik. Ia lalu menyenggol siku Agas yang berdiri tak jauh darinya.

Agas pun menengok, "Apa?" tanya Agas penasaran.

"Liat kakinya bro gak napak!" bisik Dul sambil menahan rasa takut.

Agas mengikuti perkataan Dul. Tiba-tiba napas Agas seperti tercekik, suaranya tertahan. Bulu kuduknya seketika merinding. Ia pun gelisah, "Rasanya gue mau pipis nih, Dul," bisiknya pelan menahan kebelet kencing saking merasa ngeri.

"Dy. Yuk jalan!" ajak Dul tanpa melihat ke arah nenek dan Ady.

"Kami terus dulu, Nek." Ady meminta izin melanjutkan perjalanan.

"Ingat jangan ribut-ribut, Nak," sahut si Nenek memberi pesan.

Ady mengangguk.

"Dy, lu gak ngeri apa! Gak liat tadi yang aneh pada nenek itu?" tanya Dul.

"Aneh?" sambut Ady heran.

"Kalian kenapa tadi?" tanya Diky ikut nimbrung karena melihat gelagat Agas dan Dul sejak tadi.

"Nenek itu bro kakinya gak napak. Gue dan Agas ngelihat dengan mata kepala," jawab Dul. Bulu kuduknya masih berdiri.

"Ah yang bener, Dul? Gue tadi hanya merhatiin pondok dan pohon-pohon. Ini udah malam gak sih? Kok gelap amat?" tanya Diky.



"Hei. Tuh apaan?" Suara Agas bergetar saking gemetarnya melihat banyak tubuh bergelantungan di pohon.

"Ya Allah," ucap mereka bersamaan.

"Tenang, bro. Do'a. Do'a,' ujar Ady mengulang perintahnya.

Mereka berjalan sambil berdo'a.

"Bro, surat An-Nash lafaznya gimana sih?" tanya Diky.

"Ah! Elu mah kafir banget. Surah bukan surat. Deretan nama gadis bohay hapal lu," timpal Agas.



"Cepetan. Gak usah ceramah. Alamak! Apa pula tuh yang ngejar kita? Kok saudara lu, nongol di sini juga?" Diky ketakutan setelah melihat segerombolan monyet-monyet mengelilingi mereka.

Mereka bingung sekaligus ngeri melihat begitu banyak monyet aneh. Seluruhnya berbulu hitam dan bermata merah. Suaranya berisik. Namun begitu aneh terdengar di telinga.

Mereka merapat satu sama lain. Bibir komat kamit. Saking takutnya, Diky melafaz surah Al-fatihah saja ayatnya terbalik-balik.

Lama kelamaan monyet-monyet menjauh. Namun, belum berapa lama dan jauh mereka melangkah. Di depan terlihat sekumpulan anak-anak sedang bermain. Tak ada satu pun yang berpakaian. Tawa dan canda terdengar sama dengan suara anak lainnya. Namun, suara itu menimbulkan dengung Cumiik di telinga mereka.

"Terus berdo'a. Sebentar lagi kita pasti sampai!" perintah Ady.

~ ~ ~

Akhirnya keanehan itu menghilang. Tujuan mereka tercapai meski tak sampai puncaknya. Suasana begitu sepi. Tak ada pendaki lain.

"Hanya kita nih, Bro? Kok gak ada pendaki lain?" Dul bertanya setelah beberapa saat meluruskan kaki.

"Kita naik lagi gak nih?" Diky pun bertanya.

Sedangkan Agas menghabiskan air sebotol saking hausnya menahan ketakutan yang baru saja mereka lalui.

"Lu haus atau kerasukan, Gas?" tanya Dul heran. Tapi Agas tak peduli dengan pertanyaan Dul.

"Bagaimana bila di sini saja kita nenda?" tanya Ady.

"Setuju. Gue juga sudah lelah nih. Bahaya juga nenda di puncak. Semoga di sini gak ada setan lagi yang ganggu kita," timpal Agas diiyakan oleh kedua teman lainnya.

~ ~ ~


Mereka pun memutuskan untuk mendirikan tenda pada tanah lapang di gunung tersebut. Hamparan tanahnya ditumbuhi rumput-rumput melebihi tinggi mata kaki. Dengan peralatan seadanya yang mereka bawa rumput-rumput tersebut dibabat pendek sebelum mendirikan tenda. Pembuatan tenda berwarna biru akhirnya tuntas.

"Dik. Lu ma Dul. Bantuin cari kayu bakar yah!" perintah Ady sebagai ketua kelompok.

"Elu aja, Dy. Gue masih dag dag ser nih." Tolakan Diky pun disetujui Dul.

"Ya ampun! Bulu ketek aja banyak. Tapi takut sama yang berbulu. Cemenk kalian!" Ady hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah temannya.

Mau tidak mau. Ady akhirnya mencari kayu bakar. Di antara mereka, dia-lah yang lebih berani.

~ ~ ~


Api unggun membantu menghalau udara dingin gunung dan menghangati tubuh mereka. Mie sedap yang jadi bekal akhirnya ludes beberapa bungkus.

"Gue sangka ada pendaki lain. Tahu gini kita tanya dulu bapak-bapak yang di pos," sahut Agas memecah kesunyian setelah bersendawa.

"Lu gak bawa gitar, Dik?" lanjutnya.

"Lupa. Padahal udah kusiapin di meja," jawab Diky.

~ ~ ~


Suara falz Dul dan Agas menggema dalam kesunyian malam. Mereka sengaja menghibur diri demi menepis rasa was-was dan takut sebab hanya mereka berempat yang berada di gunung itu.

"Coba ada cewek ikut. Enak banget. Bisa meluk dan em-em," tutur Diky memecah hening.

"Otak lu ngeres banget," timpal Ady.

"Tenang aja, Dik. Kunti ntar bakal nemenin lu kok," sahut Dul meledek Diky.

"Gila lu! Ngasih tema yang lebih unik dikit kek. Semisal Kunti berkepala pocong gitu," timpal Diky sambil tertawa.

Mereka seakan lupa dengan kejadian yang telah mereka lalui. Rasa kantuk menyerang.

"Tidur yuk! Apinya besarin saja. Tambahin kayu bakarnya!" ajak Ady.

~ ~ ~


"Bangun. Bangun. Ada yang liat Diky gak? Sejak semalam pas terbangun gue kagak liat anak engasan itu. Batang hidungnya aja gak nongol." Dul membangunkan kedua temannya yang masih terlelap.

"Apaaa ... yang benar aja, Dul?" teriak Agas dan Ady bersamaan saking terkejutnya. Kantuk pun tiba-tiba lenyap setelah mereka sadar setelah tak melihat Diky di samping mereka.

"Serius! Gue kira dia lagi pipis semalam," sahut Dul dengan wajah cemas.

"Bahaya. Kita mesti berpencar nih. Kali aja dia beneren sedang bersama Kunti versi Pocong," tutur Agas mengingat gurauan semalam.

Mereka mencari sekitar tenda dan berjalan ke arah lebih jauh. Cuaca yang terang meski sedikit berkabut dapat membantu penelusuran. Tapi mereka tak menemukan jejak Diky. Gelisah menghantui ketiganya.

"Kita harus turun gunung buat lapor nih." Ady memberi saran.

Mereka mempersiapkan diri. Tenda dibereskan. Sisa api unggun disiram. Sampah bungkus mie dan rokok dimasukkan ke plastik lalu dimasukkan dalam tas.

~ ~ ~


"Pak, teman kami Diky hilang," ujar Ady

Mereka melaporkan kehilangan pada bapak-bapak di pos penjagaan.

"Kejadiannya gimana kok bisa hilang?" Bapak bertubuh kurus bertanya.

Ady pun menceritakan secara runut termasuk tentang keanehan yang mereka alami.

~ ~ ~


Mereka bersama bapak-bapak penjaga dan masyarakat lain yang telah dihubungi oleh bapak yang berkumis akhirnya berpencar ke gunung.

Pencarian sekitar tiga jam akhirnya membuahkan hasil. Diky ditemukan di kebun warga. Ketiga temannya merasa lega. Mereka tak tahu harus menjawab apa pada keluarga Diky bila ia tak ditemukan juga.

"Dik, lu ke mana aja?" todong Dul langsung.

"Lah. Gue kan masih bersama kalian. Gak pernah pisah kok," jawab Diky.

Teman dan masyarakat yang membantu pencarian saling menatap merasa heran.

"Gunung itu memang banyak makhluk halusnya, Nak," ucap seorang tetua yang dimintai bantuannya.

Bulu kuduk mereka merinding lagi.

"Gue gak akan muncak lagi. Bener. Sumpah!" ujar Agas saking rasa takutnya.



Diubah oleh Gueitusetia0101 02-10-2019 03:54
Gresta
sebelahblog
zafinsyurga
zafinsyurga dan 3 lainnya memberi reputasi
4
494
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan