- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ternyata Asing Kuasai 51% Kepemilikan Saham di Bursa RI
TS
juraganind0
Ternyata Asing Kuasai 51% Kepemilikan Saham di Bursa RI
Quote:
Jakarta, CNBC Indonedia - Kepemilikan investor asing pada saham scripless (non warkat) yang ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) lebih dari 50%.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per akhir Agustus 2019 total nilai aset saham scripless mencapai Rp 3.735,5 triliun atau setara 51,21% dari total. Di mana nilai kepemilikan investor lokal mencapai Rp 1.822,57 triliun atau 48,79% dari total nilai aset.
Sementara itu, nilai aset yang dimiliki oleh investor asing mencapai Rp 1.912,93 triliun atau 51,21% dari keseluruhan nilai saham scripless di KSEI. Dengan komposisi mayoritas, wajar saja jika pergerakan oleh investor asing berdampak signifikan pada bursa saham Tanah Air.
Sebagai informasi, saham scripless merupakan saham yang pencatatannya sudah konversi dalam bentuk elektronik digital. Sisanya, masih ada saham dalam bentuk warkat yang dipegang oleh founder perusahaan yang sudah lama tercatat di BEI.
Dari grafik di atas terlihat investor asing mendominasi porsi kepemilikan aset saham scripless sejak September tahun lalu. Namun, perlu dicermati bahwa bulan lalu,
Namun, patut dicermati bahwa nilai kepemilikan aset oleh investor asing hingga akhir Agustus 2019 turun jika dibandingkan dengan kepemilikan aset oleh pada Juli 2019 yang mencapai Rp 1.955,76 triliun.
Tren yang sama juga tampak di perdagangan pasar reguler.
Pilihan Redaksi
Pada perdagangan akhir pekan ini (27/9/2019) investor asing lagi-lagi membukukan aksi jual bersih (net sell) di pasar saham Indonesia. Pada pukul 14:47 nilai net sell yang dibukukan oleh investor asing di pasar reguler sudah mencapai Rp 218,22 miliar. Sedangkan sepanjang tahun berjalan tercatat aksi jual bersih hingga Rp 16,11 triliun.
Lebih lanjut, dalam beberapa bulan ke belakang, investor asing kabur dari pasar saham Ibu Pertiwi karena lesunya pertumbuhan ekonomi dan ketidakpastian situasi geopolitik di dalam dan luar negeri.
Sepanjang tiga bulan kedua tahun 2019, BPS mencatat perekonomian hanya tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan (year-on-year/YoY), jauh melambat dibandingkan capaian kuartal II-2018 kala perekonomian mampu tumbuh sebesar 5,27%.
Pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun 2019 juga melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%. Untuk periode semester I-2019, perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,06% YoY.
Belum lagi, situasi geopolitik yang tidak stabil semakin membuat pelaku pasar enggan berinvestasi di aset keuangan beresiko di negara berkembang, seperti Indonesia.
"Ke depan itu kondisi global masih tinggi, kita tahu trade war makin lama dampaknya makin meluas, kemudian juga geopolitik juga sangat tidak bagus saat ini," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti, Rabu (25/9/2019).
"Kemarin ada berita di AS, ada upaya impeach Trump, itu mengubah kondisi market AS, jadi kalau kita lihat bond yield US turun jadi 1,6 karena ada ketidakpastian global."
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi telah secara resmi mengambil langkah pemakzulan (impeachment) atas Presiden AS Donald Trump karena dituduh menggunakan kekuasaannya untuk mendorong Ukraina menyelidiki keluarga Joe Biden, salah satu rival dalam pemilu presiden AS tahun depan, dilansir dari CNBC International.
Selain itu, dari Negeri Ratu Elizabeth, Mahkamah Agung Inggris telah memutuskan bahwa keputusan Perdana Menteri Boris Johnson untuk menangguhkan parlemen adalah melanggar hukum. Aksi Boris tersebut membuat beberapa anggota parlemen dari partai oposisi memintanya untuk mundur dari jabatan.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per akhir Agustus 2019 total nilai aset saham scripless mencapai Rp 3.735,5 triliun atau setara 51,21% dari total. Di mana nilai kepemilikan investor lokal mencapai Rp 1.822,57 triliun atau 48,79% dari total nilai aset.
Sementara itu, nilai aset yang dimiliki oleh investor asing mencapai Rp 1.912,93 triliun atau 51,21% dari keseluruhan nilai saham scripless di KSEI. Dengan komposisi mayoritas, wajar saja jika pergerakan oleh investor asing berdampak signifikan pada bursa saham Tanah Air.
Sebagai informasi, saham scripless merupakan saham yang pencatatannya sudah konversi dalam bentuk elektronik digital. Sisanya, masih ada saham dalam bentuk warkat yang dipegang oleh founder perusahaan yang sudah lama tercatat di BEI.
Dari grafik di atas terlihat investor asing mendominasi porsi kepemilikan aset saham scripless sejak September tahun lalu. Namun, perlu dicermati bahwa bulan lalu,
Namun, patut dicermati bahwa nilai kepemilikan aset oleh investor asing hingga akhir Agustus 2019 turun jika dibandingkan dengan kepemilikan aset oleh pada Juli 2019 yang mencapai Rp 1.955,76 triliun.
Tren yang sama juga tampak di perdagangan pasar reguler.
Pilihan Redaksi
Pada perdagangan akhir pekan ini (27/9/2019) investor asing lagi-lagi membukukan aksi jual bersih (net sell) di pasar saham Indonesia. Pada pukul 14:47 nilai net sell yang dibukukan oleh investor asing di pasar reguler sudah mencapai Rp 218,22 miliar. Sedangkan sepanjang tahun berjalan tercatat aksi jual bersih hingga Rp 16,11 triliun.
Lebih lanjut, dalam beberapa bulan ke belakang, investor asing kabur dari pasar saham Ibu Pertiwi karena lesunya pertumbuhan ekonomi dan ketidakpastian situasi geopolitik di dalam dan luar negeri.
Sepanjang tiga bulan kedua tahun 2019, BPS mencatat perekonomian hanya tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan (year-on-year/YoY), jauh melambat dibandingkan capaian kuartal II-2018 kala perekonomian mampu tumbuh sebesar 5,27%.
Pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun 2019 juga melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%. Untuk periode semester I-2019, perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,06% YoY.
Belum lagi, situasi geopolitik yang tidak stabil semakin membuat pelaku pasar enggan berinvestasi di aset keuangan beresiko di negara berkembang, seperti Indonesia.
"Ke depan itu kondisi global masih tinggi, kita tahu trade war makin lama dampaknya makin meluas, kemudian juga geopolitik juga sangat tidak bagus saat ini," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti, Rabu (25/9/2019).
"Kemarin ada berita di AS, ada upaya impeach Trump, itu mengubah kondisi market AS, jadi kalau kita lihat bond yield US turun jadi 1,6 karena ada ketidakpastian global."
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi telah secara resmi mengambil langkah pemakzulan (impeachment) atas Presiden AS Donald Trump karena dituduh menggunakan kekuasaannya untuk mendorong Ukraina menyelidiki keluarga Joe Biden, salah satu rival dalam pemilu presiden AS tahun depan, dilansir dari CNBC International.
Selain itu, dari Negeri Ratu Elizabeth, Mahkamah Agung Inggris telah memutuskan bahwa keputusan Perdana Menteri Boris Johnson untuk menangguhkan parlemen adalah melanggar hukum. Aksi Boris tersebut membuat beberapa anggota parlemen dari partai oposisi memintanya untuk mundur dari jabatan.
https://www.cnbcindonesia.com/market...am-di-bursa-ri
Bagi yang teriak asing asing, ini semua sudah jelas, bahwa indonesia sudah dikuasai asing, anda percaya atau tidak percaya. ini datanya.
0
1.2K
Kutip
27
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan