mueezacoAvatar border
TS
mueezaco
KKN Gunungkidul 4 Sekawan Ngenes Mencari Cinta Part 1
CHAPTER 1 SAMBIPITU

Malam gulita aku, riki, rangga, dan acmet, 4 lelaki yang selalu mengaku tampan ini terdampar di depan polsek Sambipitu. Tanpa tahu lokasi yang akan dituju tanpa sedikit pun info tentang daerah itu. Hanya bisa duduk di depan polsek sambil menggigil kedinginan berharap matahari terbit agar bisa mengetahui jalan kemana kami harus lalui dan berharap ada orang lewat yang bisa kami tanya arah dan tujuan. Satu-satunya petunjuk yang kami bisa lihat saat itu hanyalah papan arah bertuliskan “Patuk, Gedangsari, Wonosari”

angin malam berhembus menusuk hingga ketulang, suara gigi yang beradu mulai terdengar, acmet mulai menggigil hanya bisa menyilangkan tangannya dan mengepitkan di ketiak agar terasa hangat.

“masih jam 1 nih lan” acmet memulai pembicaraan

“Lah, yang bilang subuh siapa toh met” sahutku

“nyesel aku gak ke wc dulu pas di pom bensin. Mules aku gak tahan”

“walah… walahhh tohh met… pantas saja dari tadi ada smilir aroma margarin gosong, ternyata itu toh sumbernya”

“gua kira ada bangkai tikus met” sambar riki

Rangga hanya menyimak dengan senyuman khasnya yang meledek

Malam itu kami habiskan dengan menunggu pagi dan acmet masih berkutat dengan perutnya yang terus berkontrasi hebat, oh sungguh malang nasibnya.

Menghabiskan waktu 12 jam menaiki bis jurusan bogor – wonosari. Aku duduk sebelah acmet di bangku sebelah kanan urutan kedua dari supir, dan rangga duduk dengan riki di bangku sebelah kiri urutan ketiga. acmet sibuk dengan laptop dilahunannya sedangkan Aku, rangga dan riki menikmati perjalanan dengan melihat keluar jendela, pemandangan yang kami lihat sangat cepat berganti secepat kecepatan bis melaju. Kami larut dalam lamunan masing-masing. Aku dengan lamunan menemukan kekasih, wanita idaman, sang Layla bagi hatiku yang majnun, akalku yang majnun, yang hanyut dalam lautan cinta. Rangga dengan lamunan visionernya yaitu keinginannya untuk bisa menguliahkan adiknya saat adiknya sudah lulus sma nanti, sedangkan saat ini adiknya masih smp. Dan riki sang pemuda liar, berjiwa petualangan dengan lamunan untuk memiliki banyak kekasih.

Bis melaju kencang dengan iringan musik dangdut koplo yang membahana terdengar kencang memenuhi ruang. Sang supir menggerakan kemudi dengan badan yang bergoyang mengikuti alunan gendang koplo, sedangkan kernet asik dengan telepon di telinganya, sepertinya ia sedang menelepon istrinya namun aku tak mengerti apa yang dibicarakannya karena ia menggunakan Bahasa jawa, sedangkan kami semua hanya bisa berbahasa sunda. Terlihat wanita berpakaian tanpa lengan berwarna merah dan memakai rok hitam di atas lutut, sungguh pemandangan yang tak biasa terlihat di layar televisi di atas plafon bis. Di tempatkan di depan agar kami para penumpang bisa melihat penampakan tersebut. Penampakan yang kami lihat sepanjang Bekasi hingga Bandung. Khayalanku tentang kekasih, rangga tentang biaya kuliah adiknya, dan riki tentang memiliki banyak kekasih pudar saat itu juga digantikan dengan khayalan berdandut ria dengan wanita didalam layar televisi tadi, sedangkan acmet masih sibuk dengan laptopnya yang kulihat ternyata dia sedang menonton film Iron Man tanpa menghiraukan suara dangdut koplo yang keluar dari speaker bis yang tepat berada diatas kepalanya.

“acmet, apa gak pusing nonton film di Bis” Ujarku

“lumayan pusing sih, tapi ini filmnya seru nih” jawab acmet yang masih asik melihat layar laptopnya sembari tertunduk seperti orang yang khusuk berdoa

“lah seru apanya met” timpalku

“coba liat ini alan, aku ingin seperti tony stark yang bisa terbang” acmet menjelaskan dengan mata berbinar

“ngayal kamu met”

“hahahaha, ya aku ingin bisa terbang, setidaknya jika ragaku tidak bisa terbang, aku ingin pemikiranku, ide-ideku terbang bebas tanpa terkekang hingga melanglang buana, melintasi batas negara”

“walahhhh semalam makan apa met tiba-tiba jadi filsuf dadakan gini, memangnya sekarang idemu terkekang oleh apa toh met?”

“entahlah, sepertinya terkekang oleh dunia”

“makin ngawur kau met”

Sepanjang perjalanan aku hanya mendengarkan cerita acmet tentang Iron Man, tentang Tony Stark yang bertemu dengan Thor sang dewa Petir. Tentang Bagaimana Iron Man dan Thor memperebutkan Inti Energi yang disebut tesseract. Saat itu juga acmet berubah pikiran ingin menjadi Thor. Aku tidak tahu apakah ada penjelasan filosifisnya lagi tentang keinginannya menjadi Thor. Entahlah, hanya acmet dan Tuhan yang tahu.

Bis tetap melaju seakan tak kenal Lelah, sekarang sudah melewati garut menuju ke arah tasikmalaya dentuman gendang dan suara kencang penyanyi di layar televisi kini sudah tak terdengar lagi, yang terlihat kini hanya warna biru memenuhi layar, kini telingaku bisa beristirahat sejenak berharap kernet bus tidak menyalakan orkes dangdut lagi, aku menyukai dangdut namun saat itu aku benar-benar ingin bersitirahat, yang terdengar kini hanya suara deru mobil diluar yang berpapasan. Dan juga suara-suara samar sesama penumpang yang saling mengobrol. Ada juga yang kulihat penumpang yang tidur karena kelelahan perjalanan

Riki dan rangga tetap membisu seribu bahasa dengan tatapan yang penuh lamunan, entah apa yang dilamunkannya sekarang. Dan acmet? Ternyata ritual menontonnya telah selesai, laptopnya masih dilahunan namun telah tertutup, ia pun kini menatap jalan dengan tatapan kosong, apakah iya sedang menghayal menjadi orang lain lagi? aku pun tak tahu. aku biarkan saja mereka dengan lamunannya masing-masing.

Di depan, sang kernet mengajak supir berbicara dan kali ini aku bisa mengerti apa yang mereka bicarakan. Ya! mereka menggunakan Bahasa Indonesia. Percakapan yang mengejutkan sekaligus itu adalah percakapan yang membuatku berpikir bahwa aku masih bersyukur memiliki Ibu

“waduh pak, aku bingung harus bagaimana?” sang kernet mengeluh sambil melihat ke layar hp nya dengan muka kusut, semakin lama semakin kusut, sepertinya baru saja mendapat kabar yang tidak baik

“ada apa mas?” jawab sang supir

Wajah kernet yang awalnya kusut tersebut sekarang terlihat menahan tangis, dengan suara yang lirih mengatakan “aku dapat kabar, Ibuku meninggal”

“Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un, yang tabah mas”

“aku sebelum berangkat tadi sempat meninggikan suara pada ibuku”

“yasudah nanti di peristirahatan bis di daerah Kebumen kita solat gaib sekaligus kita jamak solat magrib yang tertinggal tadi” jawab supir mencoba menenangkan kernet

Kini kernet bis itu hanya bs menahan tangis, malu jikalau dilihat penumpang. Iya diam tanpa suara, mencoba tidak bersuara sama sekali, berusaha menahan kesedihannya.

Bis tetap melaju, tak peduli apapun keadaan orang-orang yang ada di dalam bis. Ada yang sedang bersedih, ada yang sedang hanyut dengan angan-angannya, ada yang senang akan berjumpa dengan keluarganya, ada juga yang sedang dibuai mimpi-mimpi indah dalam tidurnya.

Seperti halnya Bis, Kehidupan pun demikian, ia akan tetap melaju mengantarkan kita pada Tujuan apapun kondisinya, maupun latar berlakang manusia. Semua akan diantarkannya pada Sang Pencipta. “Inna lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un”.

Kemudian acmet tersentak dari lamunan panjangnya dan tiba-tiba membuka laptopnya kembali, aku melihat ia seperti memindahkan file dari laptop ke flashdisk. Iron Man! Ya! Iron Man! Film yang sudah ditontonnya tadi!

Ia pun langsung berjalan menghampiri sang kernet

“pak bisa stel (menyalakan) flashidisk ini, saya mau nonton film” seru acmet sambil memberikan flashdisk pada sang kernet

“ini film apa?” kata kernet berusaha berbicara seperti biasa, menutupi suara yang parau

“Iron Man” sambil menunjukan wajah bahagianya

 entah apa yang dipikirkan acmet saat itu. Entah ingin menghibur kernet atau entah ingin berbagi kebahagiaannya pada penumpang lain.

 “ya Allah… acmet! Kenapa harus saat ini. Saat yang tidak tepat” gumamku

“alan si acmet rek naon? (alan si acmet mau ngapain?)”, tanya riki sambil berbisik berusaha agar tidak mengganggu penumpang lain

“dia minta diputerin film iron man ki”

“kacida si acmet (keterlaluan si acmet)” seru riki

Rangga pun yang dari tadi diam seribu bahasa kini menggelengkan kepala “acmet..acmet cilaka 12 (acmet acmet celaka 12)”. Cilaka 12 atau celaka 12 adalah ungkapan sunda yang berarti celaka yang bertubi-tubi.

riki dan rangga sepertinya mengetahui keadaan dalam bis saat itu, mereka pun memperhatikan percakapan kernet dan supir tersebut.

Flashdisk telah terpasang, warna biru dalam tv berubah menjadi hitam seakan sedang mencerna apa yang akan ditampilkan.

Acmet pun terlihat tidak sabar, wajah sumringah terlihat sangat jelas diwajahnya.

Tapi yang muncul bukan film ironman melainkan proposal tugas akhir acmet beserta peta-peta untuk penelitiannya nanti di GunungKidul. “Hahahahaha” sontak riki tertawa kencang memecah keheningan, aku dan rangga berusaha menahan tawa agar tidak lepas

penumpang bis terheran-heran tak mengerti melihat apa yang di tampilkan dilayar tv. Namun berusaha tak peduli. Akhrinya setelah di otak-atik sang kernet film ironman pun tayang perdana di bis jurusan bogor-wonosari itu. Acmet pun kembali ke tempat duduk dengan wajah gembira dengan khusuk menontonnya lagi, namun kali ini dengan wajah mendongak.

Itulah acmet teman langka satu-satunya yang sulit dimengerti, teringat saat kami solat, ia ingin menjadi makmum masbuk. Biasanya orang akan menepuk bahu yang sedang solat untuk memberi tahu agar ikut solat berjamaah, tapi tidak dengan acmet, Ia bukan menepuk melainkan memukul bahu yang sedang solat dengan sangat keras hingga terdengar bunyi yang kencang “PLAK!!!”, berharap bahunya tidak apa-apa. Masih banyak cerita aneh tentang acmet. dan itu baru acmet. dua sekawan lainnya Riki dan Rangga punya ceritanya masing-masing, keanehan masing-masing yang akan aku ceritakan nanti.


Diubah oleh mueezaco 19-12-2020 13:00
Rosemyatone
anasabila
raifarabani
raifarabani dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2.4K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan