- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Menanti Dialog Damai Redam Demo Mahasiswa


TS
i.am.legend.
Menanti Dialog Damai Redam Demo Mahasiswa

Menanti Dialog Damai Redam Demo Mahasiswa
Liputan6.com, Jakarta - Suhu politik nasional menghangat akibat gelombang demo mahasiswa yang berujung ricuh di beberapa daerah di Tanah Air. Sejak Senin 23 September 2019, mahasiswa bergerak menyuarakan aspirasi mereka.
Tuntutan utama yang diusung dalam demo mahasiswa itu di antaranya menolak Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi atau UU KPK. Presiden Joko Widodo atau Jokowi didesak menerbitkan peraturan pemerintah pengganti UU atau perppu untuk membatalkan UU KPK.
Para mahasiswa juga menolak lima RUU yang dinilai kontroversial, salah satunya RUU Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Untuk menurunkan suhu politik yang menghangat, usulan dialog antara DPR dengan mahasiswa pun mengemuka.
Apa saja tuntutan utama para mahasiswa? Siapa saja elite dan tokoh yang menyerukan dialog untuk meredam demo mahasiswa? Simak dalam Infografis berikut ini:

sumber
☆☆☆☆☆☆
Sementara itu nun jauh disana, 4 orang Presiden Republik Indonesia, terdiam ketika usai mendengar penuturan para martir mahasiswa 1998 dan 2019.
Airmata mereka tumpah seakan menyesali keadaan Indonesia yang tak juga lebih baik semenjak Indonesia merdeka, bahkan kalah dengan negara-negara kecil dan negara yang pernah porak poranda akibat perang berkepanjangan, jauh diatas perang kemerdekaan Indonesia.
Tapi para martir mahasiswa tersebut masih menyunggingkan senyum, seakan tak pernah menyesali takdir mereka yang harus direnggut paksa kehidupannya, terpisah dari keluarganya yang berharap melihat mereka memakai toga dalam acara wisuda.
Semua hening.
Sampai ketika Bung Besar berkata dengan suaranya yang berat.
"Gimana To? Kamu kan Jenderal Besar. Apa yang seharusnya kamu lakukan terhadap anggotamu yang indisipliner. Ini sangat berbahaya bagi kelangsungan Indonesia. zoals vuur in de schil! Bisa meledak kapan saja."
The Smiling General terdiam. Lalu dengan sediikit mengulas senyum berkata, "Mereka gugur saat saya masih memerintah, Bung. Tapi saya tidak pernah memerintahken penembakan-penembakan itu. Ini memang diluar dugaan saya saat itu. Bahkan saya sendiri, Bung tahu, ditinggalken semua menteri-menteri saya, Jenderal-jenderal saya. Bahkan...," The Smiling General menoleh kearah The Crack yang mendengar serius sejak tadi.
Begitu merasa dirinya dipersalahkan, The Crack bereaksi.
"Lho, dalam system pemerintahan kita, jika Presiden mangkat atau tidak dapat menjalankan tugas, maka Wakil Presiden yang menggantikan. Ini sah. Dan saya jadi Presiden karena system, diminta. Tidak ada semboya Maju Bersama lantas e... Mundur Bersama. Tidak ada.
Kyai Kharismatik yang sejak tadi memainkan jarinya dimeja sontak nyeletuk.
"Sampeyan jangan marah begitu. Wong situ sendiri menjatuhkan Bung Besar koq. Lalu sampeyan dijatuhkan mahasiswa-mahasiswa ini. Diganti Profesor. Profesor lalu digantikan saya. Dan saya sendiri dikudeta, digantikan anaknya Bung Besar dengan dalih macam-macam, dikomporin Amin. Saya ngalah koq. Turun ya tinggal turun. Gitu aja koq repot."
"Tapi Gus, adik yang berdua ini baru saja bergabung dengan kita, gugur saat pemerintahan sekarang. Siapa yang harus dituntut?" "Sie sind die Nachfolger unserer Nation."
Kyai Kharismatik itu menjawab santai.
"Ya kembali lagi waktu Profesor jadi Presiden. Di Timor-Timur itu siapa yang harus bertanggungjawab? Gak ada. Gelap semuanya." "Masa saya harus bilang itu kerjaan Jenderal K. Kampret atau Kecebong."
Bung Besar lantas berbicara dengan tegas.
"Kita ini cuma manusia biasa. Bukan malaikat. Kita pasti punya salah. Kamu To, banyak sekali salahnya. Profesor juga pasti punya kesalahan. Kyai juga pasti ada salah. Pemuda-pemuda ini, sebenarnya yang pernah aku katakan jauh-jauh hari, bahwa aku hanya butuh 10 pemuda untuk mengguncangkan dunia. Untuk mencabut Semeru sampai keakar-akarnya. Indonesia tidak boleh adem ayem, tentrem, tidak ada gejolak. Indonesia harus tetap bergejolak, karena disitulah kita bisa membuktikan bahwa kita itu satu! Kita harus jatuh bangun. Jatuh, bangun kembali. Jatuh, bangun kembali!"
Dan gw terbangun. Keringat dingin mengucur deras.
Ternyata semua martir mahasiswa telah bertemu dengan pemimpin-pemimpin Indonesia. Mereka meminta adik-adiknya, rekan-rekannya, tak bernasib sama dengan mereka. Terlupakan sejarah begitu saja. Padahal Reformasi tak akan pernah ada tanpa perjuangan mereka juga. Bahkan pemerintahan sekarang, mereka yang duduk ongkang-ongkang kaki di DPRD dan DPR, adalah buah dari perjuangan mereka para mahasiswa.
Anehnya, meskipun gw udah terbangun, ramai suara mereka masih menusuk telinga gw.
"Hukum mati pengkhianat bangsa!"
"Hukum mati para koruptor!"
Semua terdengar berbicara keras, tegas, kecuali 1 orang yang hanya bisa diam ketika semuanya setuju koruptor dihukum mati.
Revolusi memang belum selesai. Dan Reformasi masih setengah jalan.
Tuntaskan semuanya.
Dialoglah mencari solusi dalam damai, demi Indonesia yang sama-sama kita cintai.
Diubah oleh i.am.legend. 27-09-2019 15:04






knoopy dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.3K
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan