Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

espucilkyutAvatar border
TS
espucilkyut
Tentang Jodoh
Percayalah, menyukai seorang duda itu tidaklah mudah. Apalagi jika sudah punya anak. Hal itu mengharuskan aku untuk menyukai anaknya juga. Masalah tidak selesai di situ. Beberapa teman menakut-nakuti aku bahwa biasanya, duda itu susah move on dari istri sebelumnya.

Seharusnya aku menyerah melihat rintangan di hadapan, tetapi kenyataan yang ada, aku malah semakin semangat PDKT. Pendekatan dengan anaknya. Karena kalau secara terus terang aku menunjukkan rasa suka, mau ditaruh di mana harga di diri? Sebagai perempuan asli Indonesia, gengsi tetap nomor satu.

Sejak si Hasan mengungumkan anaknya punya akun facebook, aku langsung add. Rasa bahagia membuncah saat anak kecil berusia delapan tahun itu langsung konfirmasi. Mulailah, aku bertanya padanya. Mulai dari hal sepele; alasan membuat akun facebook padahal masih kecil, jadwal les, nama teman-temannya, dan lain sebagainya.

Sebagai gadis yang belum menikah di usia dua puluh tahun, pertanyaan "kapan nikah?" tentu terus menghantui. Bukannya aku pemilih, hanya saja ... tidak ada yang datang melamar. Selain itu, aku sangat berharap Hasan yang datang menemui orang tua untuk mempersunting diriku.

Tidak ada salahnya berharap, kan? Setiap malam, selalu ada namanya yang terselip dalam doa.

Hari ini puncaknya. Aku kepalang kesal terus ditanyai, apalagi tadi dihina karena belum menikah, atau sekadar dekat dengan lelaki.

Ponsel yang bertengger selama hampir dua jam karena sibuk dengan urusan keluarga, akhirnya dikeluarkan. Aku berada di toilet untuk bersembunyi dari pertanyaan seram mereka.

Anaknya Hasan on! Aku tersenyum bahagia.

Aku mendekati anaknya ketimbang sang pujaan hati bukan tanpa alasan. Hasan akan patuh pada setiap perintah sang anak. Tidak mustahil jika ia akan memilih istri karena pertimbangan dari buah hatinya.

[Assalamualaikum, Dek]

Demikianlah pesan yang kukirimkan untuk anak kecil itu.

Langsung dibalas.

[Wa alaikumussalam, Kak. ]

[Dek, Kakak boleh daftar, nggak?]

[Daftar apa, Kak?]

Ia membalas setelah satu menit aku mengirim pesan tadi.

[Adek mau punya ibu, kan?]

[Mau banget! Apalagi minggu depan bakal ada lomba masak sama ibu.]

Wow! Kesempatan besar ini! Aku Cumiik girang.

[Kakak boleh daftar jadi ibu kamu, nggak?]

Sudah ia lihat, tetapi kenapa belum dibalas.

Satu menit.

Tiga menit.

Sepuluh menit.

Aku khawatir!

[Maaf, Dek. Saya sudah punya calon. InshaaAllah besok petang saya lamar. Hasan.]

Gelap!

.....

Esoknya, aku enggan keluar kamar. Kuliah pun tidak nafsu lagi. Padahal mengejar mimpi adalah nomor satu dalam daftar keinginan. Makan hanya sekali, itu pun dipaksa. Beranjak dari tempat tidur tak ada lagi kekuatan.

Betapa kagum berlebihan pada seseorang itu tidak baik.

"Nak, jangan nangis lagi, dong!" Begitulah ucapan mama saat mengunjungiku.

"Udah nggak, kok!" Aku berkilah sembari memalingkan wajah.

"Ya udah kalau beneran nggak nangis, kamu sholat magrib, gih! Abis itu turun, kita makan bareng, ya?"

"Nggak, Ma. Nggak nafsu."

"Jangan gitu dong, Sayang." Mama mengusap bahuku lembut. "Maafin sepupu-sepupu kamu yang mungkin nyinggung perasaan kamu. Besok-besok, nggak lagi deh yang nanya kayak gitu."

Aku terdiam. Mencoba meredam isakan. "Nggak papa kok."

"Ya udah, sholat, ya? Terus turun. Mama tunggu! Kalau enggak, Mama juga nggak bakal makan."

Ah, Mama memang suka mengancam. Aku tidak dapat mengelak.

Aku melakukan kewajiban. Lalu melangkah lesu keluar kamar.

Kenapa begitu ramai?

Terdengar gelak tawa dari lantai satu. Aku terhenti di ujung tangga. Pasalnya, jilbab sudah ditanggalkan.

Oh, jangan sampai ada sepupu-sepupu menyebalkan itu lagi.

Namun sayangnya, itu benar. Mereka datang ke sini. Sial!

Aku beranjak masuk kamar. Menggunakan jilbab secara asal. Malas keluar sebenarnya, tetapi demi mama, aku memaksa diri ini untuk bergerak menghampiri mereka.

"Baru turun, Sha?" Laila, si menyebalkan itu, langsung mengajukan pertanyaan dengan nada mengejek.

Aku mengalihkan pandangan. Enggan menatap mereka.

"Dasar cengeng!" Entah siapa yang menimpali.

"Kasihan sama Bang Hasan, nih! Nunggu dari asar tadi!"

Bang Hasan?

Aku menilik sekitar. Astaga!

Keluarga Bang Hasan ada di sini!

Memalukannya aku! Pakaian yang membalut tubuh hanya baju tidur lengan panjang. Wajah juga pasti kacau ini!

"Bang Hasan mau ngelamar elo, Sha."

Deg!

Jadi ... wanita yang dilamar bang Hasan ... aku?

Aku menoleh pada lelaki itu. Dia tersenyum hangat, sesekali menunduk. Rona merah terlihat samar di wajahnya.

Seketika pandangan mulai kabur. Lalu ...

Gelap!

TAMAT

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
448
2
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan