- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Kisah Nyata] Pesona Gaib di Gunung Hauk
TS
perihbanget
[Kisah Nyata] Pesona Gaib di Gunung Hauk
Prolog
Kisah nyata ini terjadi pada tahun 2008, saat itu tahun kedua aku menjadi Mahasiswa PTN di Samarinda, Kalimantan Timur. Untuk membunuh kebosanan yang melanda, aku beserta tiga orang temanku memutuskan mendaki sekaligus refreshing. Karena hanya memiliki waktu yang tidak banyak, kami memutuskan untuk memilih mendaki di Gunung Hauk.
Gunung Hauk yang merupakan bagian dari pegunungan Meratus selain menjadi tempat Sakral/Keramat karena dijadikan tempat rangkaian berbagai ritual adat oleh Masyarakat sekitar yang merupakan suku Dayak, juga memiliki keunikan lainnya.
Atas kesepakatan bersama, tentunya nama tokoh disamarkan.
Gunung Hauk yang merupakan bagian dari pegunungan Meratus selain menjadi tempat Sakral/Keramat karena dijadikan tempat rangkaian berbagai ritual adat oleh Masyarakat sekitar yang merupakan suku Dayak, juga memiliki keunikan lainnya.
Atas kesepakatan bersama, tentunya nama tokoh disamarkan.
Quote:
Trililing.. Trililing..
Kusambar flip phone ku, terpampang dengan jelas nama pengirim sms itu. Oh, si Ageng.
"Jun, jam 7 di tempat biasa ya. GA PAKE NGARET!"
Cih, batinku mengumpat. Harusnya itu yang kuucapkan padamu, Geng. 2 tahun aku mengenal Ageng, tidak pernah sekalipun dalam kegiatan apapun itu ia selalu on time.
"K.", balasku.
Selepas sholat subuh kubiasakan membakar lemak dengan berolahraga, kulirik jam di dinding kosanku yang menunjukan pukul 5:45 WITA. Sebelum bergegas mandi, kusempatkan mengecek perlengkapan tempur berupa Tenda Dome kapasitas 4 orang, Carrier 60 Lt plus raincoat buatan Bandung juga Sleeping Bag beserta kompor mini dan duet maut tak terpisahkan, mie instan rasa soto dan kopi hitam.
Sehabis mandi, aku panaskan kalajengking ber-plat B, kemudian berpakaian. Yup, perjalanan menuju Gunung Hauk akan kami tempuh menggunakan sepeda motor, dengan estimasi perjalanan 5 sampai 7 jam. MotoCamp, kegiatan touringsekalian camping.
Sesampainya di meeting point, aku terkaget, juga sedikit emosi. Bagaimana tidak, itenary yang telah kami sepakati bersama, jadi berubah setelah dua orang temanku itu membawa pasangan!
"Surprise!" teriak Ageng dengan senyum menyeringai seakan mengejekku itu. Terlihat Eva yang dibonceng olehnya SEDIKIT tersenyum.
damput! makiku dalam hati. "Surprise matamu mlocot kui cok! modiaro!" kataku disambut gelak tawa mereka.
"Yaaah habis gimana dong, Bro. Mereka pada maksa mau ikut, suntuk di kosan katanya, daripada ditinggal, nanti digondol kucing" Timpal Andre, teman satu fakultasku. Silvi, yang mendengarnya, dengan tertawa tertahan mencubit pinggang Andre. Ingin rasanya kucabik-cabik mereka berempat.
"Trus tenda mereka gimana?" tanyaku.
"Tenang aja, aku udah janjian kok sama temanku anak Bapala" sahut Andre.
Atas kesepakatan bersama akhirnya aku ditunjuk menjadi Vorijder sekaligus jadi Safety Officer, lalu Ageng jadi Road Captain, dan Andre jadi End Sweeper. Selepas berdoa, pukul 7:10 WITA kami berlima berangkat menuju Gunung Hauk.
Kusambar flip phone ku, terpampang dengan jelas nama pengirim sms itu. Oh, si Ageng.
"Jun, jam 7 di tempat biasa ya. GA PAKE NGARET!"
Cih, batinku mengumpat. Harusnya itu yang kuucapkan padamu, Geng. 2 tahun aku mengenal Ageng, tidak pernah sekalipun dalam kegiatan apapun itu ia selalu on time.
"K.", balasku.
Selepas sholat subuh kubiasakan membakar lemak dengan berolahraga, kulirik jam di dinding kosanku yang menunjukan pukul 5:45 WITA. Sebelum bergegas mandi, kusempatkan mengecek perlengkapan tempur berupa Tenda Dome kapasitas 4 orang, Carrier 60 Lt plus raincoat buatan Bandung juga Sleeping Bag beserta kompor mini dan duet maut tak terpisahkan, mie instan rasa soto dan kopi hitam.
Sehabis mandi, aku panaskan kalajengking ber-plat B, kemudian berpakaian. Yup, perjalanan menuju Gunung Hauk akan kami tempuh menggunakan sepeda motor, dengan estimasi perjalanan 5 sampai 7 jam. MotoCamp, kegiatan touringsekalian camping.
Sesampainya di meeting point, aku terkaget, juga sedikit emosi. Bagaimana tidak, itenary yang telah kami sepakati bersama, jadi berubah setelah dua orang temanku itu membawa pasangan!
"Surprise!" teriak Ageng dengan senyum menyeringai seakan mengejekku itu. Terlihat Eva yang dibonceng olehnya SEDIKIT tersenyum.
damput! makiku dalam hati. "Surprise matamu mlocot kui cok! modiaro!" kataku disambut gelak tawa mereka.
"Yaaah habis gimana dong, Bro. Mereka pada maksa mau ikut, suntuk di kosan katanya, daripada ditinggal, nanti digondol kucing" Timpal Andre, teman satu fakultasku. Silvi, yang mendengarnya, dengan tertawa tertahan mencubit pinggang Andre. Ingin rasanya kucabik-cabik mereka berempat.
"Trus tenda mereka gimana?" tanyaku.
"Tenang aja, aku udah janjian kok sama temanku anak Bapala" sahut Andre.
Atas kesepakatan bersama akhirnya aku ditunjuk menjadi Vorijder sekaligus jadi Safety Officer, lalu Ageng jadi Road Captain, dan Andre jadi End Sweeper. Selepas berdoa, pukul 7:10 WITA kami berlima berangkat menuju Gunung Hauk.
Quote:
Desa Ajung menuju shelter 1 (Batu Ajung)
Quote:
Dari Desa Ajung, kami menuju shelter 1 yakni Batu Ajung. Dibutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan. Jalan yang dilalui masih terbilang banyak yang landai, sehingga tidak terlalu menguras tenaga. Sesampainya di Batu Ajung kami menjumpai sungai Ajung yang harus diseberangi.
Sungai yang lebarnya sekitar 20-25 meter ini airnya sangat jernih dan segar, hanya saja di beberapa titik arusnya lumayan deras. Sangat dingin kala arus air menyentuh kulit.
"Apa itu!" pekik Silvi seraya menunjuk ke arah kanan.
Kami semua menoleh dan melihat penampakan sesosok hitam panjang dengan diameter seperti batang pohon kelapa berenang menuju arah kami.
"Ular!" teriak Eva.
Tanpa dikomando, kami balik badan kembali ketepian sungai.
Gedebyur! Aku menoleh kearah sumber suara, Ageng terpeleset. Reflek, aku menghampirinya dan tak lupa melihat kearah ular tersebut berenang. Hilang. Nonsense. Ular sebesar dan sepanjang itu tidak mungkin secepat itu menghilang. Kami melanjutkan perjalanan dengan penuh kehati-hatian.
Sungai yang lebarnya sekitar 20-25 meter ini airnya sangat jernih dan segar, hanya saja di beberapa titik arusnya lumayan deras. Sangat dingin kala arus air menyentuh kulit.
"Apa itu!" pekik Silvi seraya menunjuk ke arah kanan.
Kami semua menoleh dan melihat penampakan sesosok hitam panjang dengan diameter seperti batang pohon kelapa berenang menuju arah kami.
"Ular!" teriak Eva.
Tanpa dikomando, kami balik badan kembali ketepian sungai.
Gedebyur! Aku menoleh kearah sumber suara, Ageng terpeleset. Reflek, aku menghampirinya dan tak lupa melihat kearah ular tersebut berenang. Hilang. Nonsense. Ular sebesar dan sepanjang itu tidak mungkin secepat itu menghilang. Kami melanjutkan perjalanan dengan penuh kehati-hatian.
Diubah oleh perihbanget 26-09-2019 02:40
zafinsyurga dan 16 lainnya memberi reputasi
17
3.4K
54
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan