Bermodal Spanduk, Amplop, & Nasi Kotak Kudukung Revisi UU KPK

Beranda
Komunitas
Entertainment
The Lounge
Bermodal Spanduk, Amplop, & Nasi Kotak Kudukung Revisi UU KPK

Papa.T.Bob

20-09-2019 03:02

Bermodal Spanduk, Amplop, & Nasi Kotak Kudukung Revisi UU KPK

*****

cnnindonesia.com

Jujursaja, kami tidak tahu apa yang kami dukung. Kami cuma diajak untuk demo di Kuningan, lalu diberi spanduk yang ada tulisan "Revisi UU KPK"-nya. Dan tentu saja ada ongkos untuk itu. Kalian tahu sendiri kan, negeri ini adalah "negeri amplop". Tinggal wani piro?

Tapi, setelah beberapa kali mengikuti aksi, dan beberapa kali mendapatkan jatah nasi kotak, kami mulai paham. Kabarnya demo kami sukses. Sebab kami lihat berita yang tayang di televisi, halaman depan koran, serta portal-portal berita di internet menyatakan bahwa Revisi UU KPK telah disahkan.

Tentu kami bangga bisa menjadi agen perubahan di negeri ini, tanpa perlu menjadi mahasiswa dan sekolah tinggi-tinggi. Hanya bermodal panas-panasan.

*****

Bermodal Spanduk, Amplop, & Nasi Kotak Kudukung Revisi UU KPK

tirto.id

Kami sempat mendengar lantunan merdu dari band indie yang manggung di gedung KPK. Banyak sekali mahasiswa dan "anak indie" yang menonton aksi panggung itu. Mereka ramai-ramai mendukung independensi KPK. Kami rasa kami berada di pihak sebaliknya.

Kami sengaja "dipasang" untuk melakukan aksi tandingan. Kami tentu senang sebab semakin sering "anak indie" itu demo semakin sering pula kami dapat "job". Lagipula kami tidak perlu ngoyo berteriak-teriak. Teriak-teriak itu tugas orang yang mereka sebut orator.

Kami tidak tahu dan tidak peduli dengan apa yang orator sampaikan. Kami cuma perlu berkerumun, sambil memegang spanduk yang sudah disediakan panitia. Selesai itu kami dapat bayaran. Tidak tanggung-tanggung anak-anak dan ibu-ibu menumpang metro mini, angkutan umum, serta mobil bak terbuka, untuk ikut serta mengais rezeki.

*****

Bermodal Spanduk, Amplop, & Nasi Kotak Kudukung Revisi UU KPK

chirpstory.com

Sayangnya aksi kami kurang "rapi". Beberapa dari kami tertangkap kamera memakai jas almamater palsu. Tanpa logo universitas dan terlihat masih baru. Di twitter kami menjadi bahan gunjingan. Mereka bilang potongan kami bukan "potongan mahasiswa".

Bisa dibilang rakyat kita masih terlalu lugu. Sikap kami memang lugu, mau-mau saja bersedia jadi demonstran palsu. Tapi kalian yang bilang kami tidak punya "tampang mahasiswa" juga tidak kalah lugu. Lihatlah anggota DPR, sang wakil rakyat. Apakah mereka pantas disebut punya "tampang yang mewakili rakyatnya"?

*****

Quote: