Sedikit berbagi pengalaman pertamaku ketika naik gunung, mendaki sebenarnya bukan jiwa ku tapi karena satu kali, yaitu pertama kalinya mendaki di gunung lawu eh malah jadi ketagihan pengin nyoba lagi, saya pertama mendaki di tahun 2014 tepatnya di akhir bulan, waktu itu ngepasi hari pergantian tahun 2014 ke 2015, yang dia ajak oleh temenku yang bernama sulton, kebetulan rumahnya sulton dekat dari gunung lawu yaitu di karanganyar, dengan modal seadanya, akhirnya sampai puncak juga.
Lah di tahun 2017 tepatnya bulan agustus yang lalu, saya masih ingat betul waktu itu ngepasi tanggal 17 agustu 2017 saya di ajak oleh temanku untuk merayakan hari kemerdekaan di alam bebas bebas, namanya rofik dia teman sekampus, yang waktu itu kebetulan di bulan agustus masih PPL DI salah satu sekolah di dekat kampusku, tadinya saya bingung mau menerima ajakanya atau tidak , tapi setelah saya fikir fikir kayaknya asik, jadi sayaiyakan tawaran rofiq.
Lah yang tadinya mau merayakan tahun baru di alam bebas pesisir pantai, yaitu di dekat rumah temanya rofiq anton , yaitu di gunung kidul, tapi akhirnya di rubah Sembilan puluhdrajat, kami sepakat untuk naik gunung. Dan saya sendiri mengusulkan mendaki gunung merbabu. Rofik sebenarnya ngajak ke lawu, tapi saya ngotot untuk nanjak ke merbabu.
Saking nekadnya dengan hanya bermodal jaket matras dan tas seadanya, timbah bekal makanan sarimi dan roti , akhirnya cus juga Jam 04.00 sore kita berangkat berempat, yaitu saya rofiq , temanay rofiq yitu anton dan yang satunya temnku sulton, dari temnku tiga itu yang sudah paling banyak pengalamanya nanjak gunung yaitu sulton dia sudah pernah 10 kali mencapai puncak gunung lawu, dan 5 kali ke puncak merbabu, jadi sudah teruji kehebtanya, saya sendiri sangat percaya kalo sudah ngajak orang satu ini, ga bakalan deh nyasar ujar dalam hati saya.
Kurang lebih 2 jam setengah di perjalna, kami star berangkat dari rumah sulton dan samapi pada lokasi maghrib, karena sudah maghrib kita langsung melaksanakan solat magrib , di pintu pendakian yaitu di salah satu rumah warga.
Kami berencana star naik mendaki setelah isa, kebetulan waktu itu suasananya cerah jadi agak santai, sambil menunggu watu isa kita memanjakan perut  di warung deket base camp, di situ banyak yang menjual makanan yang di khususkan untuk melayani para pembeli. Saya pesan the anget, sulton kopi, rofik sama anton susu coklat, karena waktu itu udaranya dingin. Jadi kami berempat makan soto panas.



Tepat jam delapan kurang 15 menit kita star berangkat nanjak, biasa setiap pintu masuk gunung yang pertama kali di Tanya karcisnya  dan masing masing anak di kenakan administrasi 15 ribu itu sudah termasuk asuransi jiwa, saya membawa senter korek dan rofiq, sulton membawa senter agak besar jadi bisa buat nyenterin jarak jauh.
Udaranya cukup dingin , karena ngepasi bulan agustus jadi hampir setiap jalan di ketemu dengn rombongan pendaki lain, kadang kadang ada yang ngeliatin kita mungkin gumun ya, yang di bawa hanyatas kecil yangisinya kopong.
Pos satu, pos dua, pos tiga bisa di lewati dengan aman, walaupun kadang kayak di buntuti suara kera, di perjalanan, jadi setiap ada suara aneh seperti kera dan babi liar kami berhenti, diam dan kadang , sekalian isi air alias minum.
Dengan lika liku yang panjang akhirnya samapi juga kami dengan selmat di pos lima, dengan di komando oleh sulton kami , berempat untuk tidur sebentar, lah disini yang menurut saya pengalaman paling ngenes, karena waktu itu udaranya sangat dingin , sedangkan yang di bawa hanya matras, tenda di flai sit ga satupun kita basa, apalagi SB, Rasanya pengin nangis tapi pecuma, dan akhirnya kita punya inisiatif untuk tidur ber jejer dan kala itu pas di samping tendanya orang agar terlalu dingin.
Karena sangat lelah, kita bangun jam 06.00 pagi dan suhanalloh pemandangan di lagit sungguh luarabiasa indah,  karena belum solat subuh kami berempat memuuskan untuk solat, dan sedikit mengambil dokumentasi dengan keindahan alam di pagi hari.




kami melanjutkan ke tujuan terakhir ,yaitu di puncak tri anggulasi , kurang lebih dari kita ngecamp kata sulton 40 menitan, saya percaya saja, karena belum pernah kesana, perjalan munuju puncak kami juga di sambut dengan pemandangan sabana gunung merbabu, di situah muai cekrak cekrek, dingin yang tadinya menusuk badan lama lama hilang di barengi dengan suasana keindahan alam.




ditengah perjalan menuju puncak salah satu kaki teman saya anton kesleo, karena dia hanya memakai sandal gunung yang tipis, dan kebetulan jalan menuju puncak lebih ekstri dan terjal, saya memang sudah siap balsam, saya urut kakinya, jadi lebih terasa enteng. Saya Tanya kepada anton lanjutkan  apa  cukup sampai disini, dia bilang lanjut, akhir kita sepakat untuk lanjut
Akhirnya samapi juga di puncak merbabu , perasaan sedih senang bangga rasanya kumpul jadi satu yang tak tergantikan, kita disan berempat sujut syukur, karena bisa menikmati keindahan dari atas gunung, senyum bahagia menghiasi wajah kita berempat, kita saling memfoto dengan gaya masing masing, dari mulai gaya dengan tulisan lah sampai gaya, foto bagroun gunung merapi, di situ terlihat sangat jelas ketinggian gunung merapi dan sangat bagus untuk baground foto.


Setelah puas dengan gayanya di puncak gunung , sebenarya belum puas tapi karena di peringatkan dengan suara perut yang keroncongan akhirnya kitas sepakat untuk kembali turun di tempat poss lima, lah disana kami masak dan makan, kebersamaanya di waktu ini sangat terlihat karena kami berempat makan secara bareng bareng ga ada yang makan sendiri, hanya dengan bermodal kompor bekas botol seprit yang terbuat dari alumunium, spritus dan gombal bekas, matang juga mie kitaa.



Setelah itu, kami memutuskan untuk turun , sambil menghabiskan memori hp di jalan pun kita masih cekrak cekrek,  salah satunya yaitu di sabana, karena terlihat berbeda ketika siang ada angina sepoi sepoi dirumputnya. Itulah seputar perjalanan kami semoga bisa untuk refrensi bagi para kaskuser yang akan mendaki.

Sumber gambar: dokpri
Tulisan: pengalaman pribadi