Kaskus

Story

daffoazharAvatar border
TS
daffoazhar
Marriage By Accident
Marriage By Accident

Judul : Marriage By Accident
Oleh : Daffo Azhar
True Story


šŸ’œšŸ’œšŸ’œ

"Kita putus!"

Ucapan Beni bagai petir di siang bolong, menggema tiada henti di kepala hingga rasanya mau pingsan. Mendengarnya, otakku seperti mendidih dan hendak terhempas dari wadahnya.

"Kamu brengsek!" makiku di depan wajahnya. Walau mulut berkata demikian, tapi tidak dengan hatiku. Bagaimanapun juga Beni adalah laki-laki yang sangat aku cintai melebihi apapun__dan ayah anak dalam rahimku saat ini.

Namun, dia tidak mau bertanggung jawab.

Namaku Dinda Ayudia Hakim, anak sulung dari tiga bersaudara, umur 20, anak dari pasangan orang tua yang taat beragama karena Kakekku dari pihak Abi adalah salah satu pengurus pondok pesantren terkenal di Jawa Timur. Selain itu, Abiku juga seorang pemandu umroh, mereka menyebut Abi dengan sebutan Ustadz. Sebuah titel yang berat untukku sebagai anaknya. Iya, karena titel itu, kelakuanku harus super duper baik__dan aku tertekan karenanya.

Dua tahun lalu aku bertemu dengan laki-laki tampan bernama Beni Anggara Putra, seorang mahasiswa hukum semester 4, sedangkan aku mahasiswa baru di kampus itu, sebuah universitas swasta yang tidak terlalu besar. Pertemuan kami berawal saat ospek dan Beni sebagai senior sekaligus panitia. Di kampusku kegiatan ospek adalah hal yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa baru. Tiga hari lamanya kami berperan layaknya badut dan bulan-bulanan para senior. Hingga akhirnya pada malam penutupan ospek, kisahku dengan Beni dimulai.

Malam itu aku baru melihatnya. Ada seorang laki-laki bertubuh jangkung, berkulit sawo matang, dan berrambut ikal terus menatapku. Wajahnya sepintas mirip artis sinetron terkenal Giorgino Abraham, kalian tahu, 'kan? Dia sangat tampan menurutku. Mungkin selama ini dia mengospek kelompok lain, jadi aku baru melihat ada senior setampan itu. (Ospek ini dibagi dalam beberapa kelompok per fakultas). Di malam penutupan ini semua kelompok berkumpul mengitari api unggun dengan suasana lebih santai dan intim, kami berkenalan satu sama lain antar mahasiswa baru dan senior.

Saat manik mata itu terus menatapku, entah kenapa ada yang berdesir di dalam sana. Baru kali ini ada seseorang yang terang-terangan memandangku seperti itu. Kalian tahu bagaimana rasanya? Malu sekaligus senang.

Kenapa dia menatapku terus? Apa naksir? Kalau boleh narsis, aku memang cantik dan menarik walau kerudung menutup mahkota indah ini. Sebagai anak Ustadz tentu saja harus berhijab, bukan? Dan kain penutup kepala ini telah aku kenakan sejak masuk Madrasah Tsanawiah atau SMP.

Malam itu seluruh mahasiswa baru berkumpul di pelataran kampus yang lumayan luas untuk menunjukkan penampilan per kelompok. Kelompokku menampilkan nyanyian secara paduan suara diiringi petikan gitar oleh Ineke, seorang gadis hitam manis yang tiga hari ini mulai akrab denganku.

"Dinda, ada salam dari Kak Beni," ucap Ineke saat kami sudah duduk di tempat semula.

"Heh?" Aku tahu siapa Beni, dia adalah laki-laki yang sedari tadi memandangku terus. Ternyata benar feelingku, dia naksir. Aku senang. Sangat ... senang!

"Tadi waktu aku nyimpen gitar, Kak Beni bilang, salam ya, sama yang pake kerudung ungu. Di sini yang pakai kerudung ungu cuma kamu, kan?" tutur Ineke. Aku yakin kalau sekarang siang hari, pipiku sudah terlihat jelas seperti tomat ranum, untung saja sekarang malam, jadi tidak terlalu kelihatan, deh.

"Katanya lagi, nanti pulang ditunggu di depan gerbang. Cie ... cie ... ditaksir senior nie," goda Ineke sambil menyenggol bahuku dengan bahunya.

"Apaan, sih!" Ineke senyum-senyum sambil terus melihatku, membuat aku semakin malu saja.

šŸ’œšŸ’œšŸ’œ

Dengan ragu aku berdiri di depan gerbang kampus memenuhi permintaan Beni. Semua mahasiswa sebagian besar sudah pulang termasuk Ineke. Sebenarnya aku sedang menunggu jemputan, karena kata Ummi, Pak Soleh (supir keluarga) akan menjemput, tapi sekarang sudah jam sepuluh lewat jemputanku belum datang.

"Hai ... Dinda, ya?" Tiba-tiba ada suara berat menegorku dari belakang. Saat itu jantungku hampir saja melompat keluar, kaget dan senang jadi satu, aku tahu suara itu milik siapa. Perlahan aku berbalik badan, lalu seulas senyum berusaha aku terbitkan sewajar mungkin.

"Iya, aku Dinda," ucapku.

"Kenalin, aku Beni." Tangannya terulur padaku. Dengan ragu aku meraih tangan laki-laki itu, tiga detik kemudian melepasnya.

"Salam kenal Dinda, kamu jurusan ekonomi, ya?"

"Iya," jawabku singkat.

Jujur saja, saat itu aku kikuk tidak tahu mesti berbuat dan bicara apa. Walaupun aku punya beberapa teman laki-laki, tapi entah kenapa Beni berbeda. Ah, apakah aku suka padanya? Entahlah, yang jelas senang sekali ada laki-laki tampan yang naksir cewek kuper ini.

"Aku jurusan hukum tingkat 2, kapan-kapan mau gak ketemu aku lagi?" Saat itu aku cuma mengangguk polos. Ya ampun, kalian jangan bilang norak, ya ... karena memang aku pertama kali mengalami ini. Waktu Aliyah aku sangat membatasi interaksi dengan kaum Adam, walaupun ada beberapa yang naksir juga, tapi aku menutup rapat-rapat hatiku, entah kenapa, mungkin saat itu aku tidak menyukai mereka.

Jemputanku akhirnya datang, dan kami pun berpisah. Itulah awal perkenalan kami, manis bukan? Tapi percayalah, tangan-tangan setan mulai bekerja padaku malam itu, hingga akhirnya mereka berhasil menjebloskan aku ke dalam jurang. Jurang yang sangat dalam, hingga aku kesulitan untuk keluar.

šŸ’œšŸ’œšŸ’œ

Hari demi hari aku mulai akrab dengan Beni. Tukeran nomor handphone, makan bersama, sampai akhirnya kami pun jadian. Kamu tahu? Beni adalah laki-laki paling romantis di dunia. Jika boleh aku samakan dia itu seperti Dilan yang selalu berhasil membuat aku bahagia dengan caranya sendiri, walaupun itu oleh hal-hal kecil.

Contohnya, Beni selalu memberiku susu kotak dengan tulisan, "I love you, Dinda. Minumlah susu ini biar enggak sakit, kalau kamu sakit nanti aku sedih," berikut gambar dua hati yang diukir cantik dengan spidol, Beni selalu merapihkan jilbabku kalau menyon, setelah itu dia mengelus kepalaku dengan sayang, atau dia jongkok membenarkan tali sepatuku ketika terlepas. Perlakuan Beni padaku membuat teman-temanku iri, mereka menjuluki kami dengan sebutan, 'Goals Couple.' Aku senang sekali dengan julukan itu.

Aku mencintai Beni. Sangat ....

Tahun berganti, hubunganku dengan Beni masih baik-baik saja, bahkan lebih romantis dari sebelumnya. Sejauh ini orang tuaku tidak tahu aku punya pacar. Jangan! Mereka jangan sampai tahu, bisa gawat kalau ketahuan, pasti saat itu juga aku disuruh putus dengan Beni. Karena pacaran adalah satu hal yang dilarang oleh Allah. Maafkan aku Abi, Ummi, karena telah melanggar ketentuan Ilahi.

Hari itu hujan lebat mengguyur kota, setelah kuliah aku mampir dulu ke tempat kos Beni untuk mengambil laptopku yang dipinjam, akhirnya aku pun terjebak di sana karena hujan malah semakin lebat ditambah guntur bersahutan seperti ledakan bom bertubi-tubi. Untuk sekadar informasi, aku itu sangat takut dengan petir, karena waktu kecil hampir tersambar saat bercermin sedangkan di depanku ada lilin yang menyala. Katanya kalau ada petir jangan bercermin dan jangan dekat-dekat dengan api nanti bisa tersambar. Entahlah, itu benar atau tidak, tapi dari pengalamanku saat itu, memang kilatan petir itu hampir melibas wajahku dan terasa panas sekali, kalian boleh percaya atau tidak, terserah.

Karena aku ketakutan oleh petir Beni memelukku erat. Perlahan ... suasana jadi romantis karena alunan lagu slow barat yang diputar dari handphone Beni. Dua anak manusia saling mencintai berduaan di tempat yang sepi membuat setan-setan bersorak sorai. Mereka bahagia. Katanya, "Kalian akan aku sesatkan! Nikmatilah pergumulan haram kalian agar kelak jadi pengikutku."

Setan berhasil. Aku dan Beni melakukan hubungan haram yang disenangi para setan itu. Setelah itu aku menangis meraung-raung sangat menyesalinya, sedangkan Beni hanya duduk termangu di bibir tempat tidur. Entah apa yang dipikirkannya saat itu.

Malamnya, aku solat tobat berkali-kali, solat tahajud, istighfar entah berapa ratus kali, aku memohon ampun pada Alloh dengan air mata yang tidak berhenti mengalir hingga sajadahku basah.

Aku takut, aku menyesal, aku benci pada diriku sendiri yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsu setan terkutuk itu. Kesucianku hilang, bagaimana kalau aku hamil? Sedangkan saat itu aku sedang dalam masa subur, karena baru beberapa hari yang lalu bersih dari haid. Oh, Allah ....

šŸ’œšŸ’œšŸ’œ

Satu bulan berlalu, aku mulai gelisah karena haid tidak kunjung datang, dengan ragu aku membeli alat tes kehamilan dari mini market lalu mengeceknya di toilet kampus. Demi Allah saat itu aku benar-benar takut, dan akhirnya ketakutanku terbukti. Aku hamil!

Segera aku mancari Beni ke fakultas hukum, dan kata temannya dia baru saja pulang ke kosannya. Aku pun segera ke sana, saat aku sampai di sana Beni sedang sibuk dengan buku-bukunya karena memang dia sedang menyusun skripsi.

"Dinda?!" Beni tampak terkejut aku tiba-tiba menerobos masuk ke kamar kosnya.

"Beni, kita perlu bicara!" kataku langsung. Beni terlihat bingung dengan sikapku, lalu ia menutup buku-bukunya.

"Mau bicara apa?" tanyanya masih terlihat santai.

"Lihat ini!" Aku menyerahkan alat tes kehamilan itu. Seketika wajah Beni pias, rahangnya mengeras, dan tangannya gemetar memegang alat tes kehamilan itu.

"Kamu hamil?" katanya. Aku mengangguk, saat itu pandanganku mulai mengabur karena terhalang oleh genangan air mata.

"Enggak! Ini enggak boleh terjadi. Dinda, gimana kalau kita gugurkan saja?" Genangan itu langsung terjun bebas ke pipi ketika mendengar perkataan dari mulut laki-laki itu. Aku sama sekali tidak menyangka Beni berkata seperti itu, tadinya aku pikir dia akan menenangkanku dan bilang akan bertanggung jawab, tapi semua itu salah.

"Enggak! Aku gak mau. Takut. Beni gimana kalau kita menikah saja? Aku takut sama Abi dan Ummi," kataku sambil terisak-isak.

"Enggak mungkin, Dinda! Aku lagi nyusun skripsi, dan aku enggak mau menikah sekarang-sekarang ini, aku ingin menjadi pengacara, aku enggak mau ibuku kecewa," tutur Beni pilu. Aku tahu Beni memang satu-satunya harapan ibunya setelah kakaknya meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan motor. Tapi, gimana denganku? Apakah dia tidak memikirkanku?

Hari-hari berikutnya aku terus mendesak Beni agar menikahiku, tapi apa yang dia katakan?

"Kita putus!"

Aku hampir pingsan setelah mendengar dua kata yang keluar dari mulut Beni. Ya Allah ... apa yang harus aku lakukan?

Aku bertengkar hebat dengan Beni hingga nama binatang aku lontarkan kepadanya. Setelah pertengkaran itu aku tidak menemuinya lagi, Demi Allah aku sangat membencinya. Sekarang yang harus aku lakukan adalah mengatakan semuanya sama Abi dan Ummi.

šŸ’œšŸ’œšŸ’œ

Aku baru berani bicara dengan Ummi saat kandunganku menginjak 3 bulan. Kalian sudah tahu apa yang terjadi, bukan? Ya, Ummi pingsan! Kedua adikku pun terlohok tidak percaya dan menghardikku dengan sumpah serapah yang sangat tidak enak didengar.

"Dasar pramuria!" Itu yang sangat tidak aku terima.

Setelah Abi pulang dari mekah, Ummi menceritakan semuanya pada Abi. Tanpa aku kira saat itu Abi cuma diam, tapi tangannya gemetar dan wajahnya merah padam. Dia tidak memandangku sedikit pun, lalu pergi ke kamar begitu saja. Dan menurutku itu adalah sikap yang paling menyakitkan dibanding dengan sebutan pramuria.

Keluargaku menghubungi Beni dan ibunya, tapi laki-laki itu bersikukuh tidak mau menikahiku karena memang sedang mempersiapkan sidang skripsi.

Akhirnya setelah pembicaraan yang sangat alot antara keluargaku dan keluarga Beni, kesepakatan pun didapatkan. Beni menikahiku secara siri dulu, nikah resmi setelah ia wisuda.

Kalian tahu akibat dari perbuatan haram itu? Ya, sudah pasti nama keluarga tercoreng dan aib mengerikan ini akan terus melekat hingga mati. Lalu bagaimana dengan nasibnya anak ini? Jika perempuan, dia tidak akan dapat hak wali dari ayahnya, dan kalau laki-laki tidak akan mendapat hak warisan dari orang tuanya, itu yang aku tahu. Kasihan, kan?

Sekarang aku dan Beni sudah resmi menjadi suami istri, walaupun saat ini kami bahagia, tapi percayalah, dalam lubuk hati yang terdalam ada satu hal yang menghalangi kami untuk bisa merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Semoga kalian paham maksudku.

Sekian.
Diubah oleh daffoazhar 27-09-2019 10:56
berodinAvatar border
B40NKAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2.3K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan