aldysadiAvatar border
TS
aldysadi 
[Pengalaman Mendapat Beasiswa] Bukan Uang, Aku Lulus Sekolah karena Tekad!





Jika tanpa Uang maka Kita Punya Tekad!


Wahai, Adik-adik
calon penerus bangsa
Pendidikan tak selalu tentang uang
tapi setiap kegiatannya
hampir selalu membutuhkan uang


Namun, tanpa uang,
bukan berarti adik-adik
tak pantas mendapatkan pendidikan
karena hidup pilihan!
Jika bukan dengan uang
maka gunakanlah tekadmu!



*****


Lewat kisah kak Al di bawah ini, kamu akan memahami sebuah ungkapan klasik daripada sekedar `pernah mendengarnya'.


"Di mana ada kemauan, di sana ada jalan!"


- A valuable story in my life, aldysadi -




www.boombastis.com


Awal Kisah

Dalam hidup ini, suatu kejadian terkadang merubah keadaan kita. Sekejap! Semuanya berubah tanpa kita sadari, tanpa aba-aba sebelumnya.

Jatuh, bangun lagi! Lalu, jatuh lagi! Itu pernah terjadi berkali-kali dalam hidup seorang Aldys remaja. Di jaman SMP dan juga SMK.

Beberapa kali, namaku dan beberapa murid penunggak iuran lainnya dipanggil melalui speakersekolah. Kegiatan belajarku di kelas pun jadi terganggu.

Kelas yang tadinya hening seketika jadi agak berisik. Aku dengar teman-teman di kelasku saling berbisik. Mereka penasaran kenapa namaku dan beberapa murid lainnya dipanggil ke kantor guru. Aku melangkah gontai menuju ruang guru. Kali itu, aku dihinggapi rasa malu yang lebih banyak daripada sebelumnya.

Selain aku tak bisa menepati janjiku kepada petugas TU (Tata Usaha) untuk membayar iuran sekolahku yang sudah menunggak, aku juga merasa malu dilihat oleh murid-murid lainnya yang saat itu juga sedang ada keperluan di ruang guru.

Setiap dipanggil ke ruang guru, kami disuruh berdiri, berjajar rapi untuk ditanyai satu persatu oleh petugas TU mengenai hutang kami.

Sering kali, Suasana di sana ramai oleh guru-guru dan beberapa murid. Diantara mereka ada yang penasaran. Mereka mencuri dengar agar dapat mengetahui alasan apa yang yang membuat kami berada di sana.

Sumpah, Gaes! Setiap kali TS mengalami hal itu, TS seperti maling yang sedang diadili. Malu? Sudah pastilah tapi mau bagaimana lagi.


Caraku Mengatasinya

Dihadapkan dengan permasalahan pelik di usia yang masih sangat belia membuatku kalut bukan kepalang. Mau minta uang pada siapa? Pada orang tua? Mereka tak kuasa lagi! Memperoleh uang untuk makan saja sudah Alhamdulillah.

Mau mencari uang sendiri? Aku rasanya belum mampu. Namun, aku mengerti beberapa hal bahwa mengeluh pada Tuhan, merengek-rengek pada orang tua atau menangis sejadi-jadinya tak akan mengatasi atau mengubah keadaanku.

Spoiler for Tekad kuat!:

Sebuah ungkapan yang pernah aku dengar dari tv terngiang di kepalaku bahwa keadaan sulit akan memaksa naluri bertahan hidupseseorang untuk bekerja.

Aku rasa, dari sana lah aku bisa memikirkan cara agar aku tetap dapat bersekolah saat itu meskipun aku tak memiliki biaya untuk membayar iuran.


• Meminta Bantuan Wali Kelasku

Ini terjadi ketika aku duduk di kelas 3 SMP di semester awal. Saat itu, kelasku sedang latihan upacara. Aku menjadi petugas yang membacakan UUD 1945.

Tiba-tiba, wali kelas kami mendatangi kami dan memanggil beberapa nama, termasuk namaku. Seperti biasa, aku ditanyai lagi mengenai tunggakkanku.

Entah dari mana, muncul keberanian dari dalam jiwaku (*Oke, agak lebay dikit, Gaes, wkwk). Aku menceritakan pada wali kelasku tentang kondisi finansial keluargaku yang sangat sulit saat itu.

Wali kelasku tampak mengerti permasalahanku. Namun, mendapatkan bantuan khusus siswa kurang mampu untukku bukan lah hal mudah karena ada beberapa persyaratan.

Singkatnya, secara kasat mata, aku tidak layak mendapatkan dana tersebut. Salah satu penyebabnya, rumah yang aku dan keluargaku tinggali adalah milik pribadi. Jadi, ada kriteria khusus untuk mendapatkan dana bantuan tersebut.

Selain itu, aku juga cukup sadar diri bahwa aku hanya siswi rata-rata alias, tak begitu pintar tapi juga tidak bodoh lah, haha sehingga aku tidak bisa pula memperoleh beasiswa.

Singkat cerita, wali kelasku berkata bahwa ia akan berusaha membantuku tapi ia tak bisa berjanji karena selain aku, ada beberapa murid lainnya yang juga bersaing untuk mendapatkan dana bantuan. Dananya pun terbatas sehingga tak semua murid bisa mendapatkannya.

Saat itu, aku pesimis. Selain hal di atas, aku juga tidak dekat dengan wali kelasku sementara salah satu sainganku cukup dekat dengannya sehingga aku tak begitu yakin kalau wali kelasku akan mendahulukanku.

Ternyata benar dugaanku! Aku gagal mendapatkan dana bantuan siswa kurang mampu karena tak memenuhi syarat. Namun, Allah meridoi orang yang mau berusaha.

Tanpa disangka, aku justru dibebaskan dari biaya sekolah hingga aku lulus SMP dan hutang-hutangku dianggap lunas! Alhamdulillah.

Spoiler for ilustrasi wali kelas yang baik:

Menurut wali kelasku, aku diberikan hal tersebut karena pihak sekolah mempertimbangkan nilai-nilaiku dan kelakuanku di sekolah. Namun, itu tidak gratis, Gaes!.

Aku diminta untuk meningkatkan prestasi belajarku atau beasiswaku akan dicabut. Sejak itu, aku bertekad kuat untuk belajar lebih giat lagi dan tak akan mengecewakan wali kelasku.

Alhamdulillah, aku berhasil melakukannya. Namaku mulai dikenal oleh guru-guru dan murid-murid dari kelas lainnya. Jadi, Gaes, aku sangat lemah di pelajaran yang ada hitung-menghitungnya. Contohnya, fisika dan matematika.

Akan tetapi, aku menggali dan mengembangkan kemampuanku di berbagai bidang pelajaran lainnya dan menjadi siswa yang menonjoluntuk menutupi kelemahanku.

Oleh karena itu, aku berhasil meningkatkan nilai-nilaiku. Peningkatan tersebut berdampak positif terhadap kepercayaan diriku yang semakin meningkat dan akhirnya, aku berhasil membangun image di depan orang banyak bahwa aku siswa yang pintar.

Sebenarnya, aku tidak lah pintar, Gaes. Aku hanya orang yang mempunyai tekad yang kuat dan mau belajar karena sesungguhnya aku orangnya agak malas, wkwk.

Aku menyadari bahwa kapasitas otakku ini sebenarnya lemah. Jika orang lain mampu menangkap suatu pelajaran atau instruksi hanya dalam 1 waktu maka aku membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk dapat memahami sesuatu atau sebuah instruksi.

Singkat kata, kalau kata anak jaman now, aku ini lola alias loading lambat, haha. Akan tetapi, karena aku orangnya malesan, aku sangat menghindari suatu pekerjaan yang harus diulang 2 kali karena ada satu kesalahan.

Oleh karena itu, aku orangnya sangat teliti dalam mengerjakan sesuatu dan aku sangat bertanggung jawab saat aku sudah berjanji untuk melakukan sesuatu.


• Meminta Bantuan Guruku yang Juga Teman Mamaku

Kejadian kedua ini terjadi sejak aku mulai duduk di kelas 1 SMK. Sampai sekarang, aku masih mengingat nama kedua guruku itu yang hatinya seluas samudera. Yang pertama, namanya Ibu Mursida yang juga teman mamaku.

Mamaku mengenal beliau sejak aku hendak bersekolah di SMK tempat ia mengajar. Ia yang menyarankan mamaku agar aku bersekolah di sana dan ia juga lah yang telah menunjukkan jalan agar masuk ke kejuruan yang sesuai dengan bidang yang aku sukai.

Berkat bantuannya pula, aku dititipkan alias direkomendasikan pada ketua jurusan di SMK-ku sehingga semua jalanku Alhamdulillah lancar. Ia melakukan semua itu tanpa menerima imbalan apapun.

Aku masih ingat kata-katanya, "Saya hanya sekedar membuka jalan tapi yang menentukan hanya Allah. Mungkin, ini gerakkan dari Allah untuk membantu ibuk dan Aldys. Jadi, Aldys ... Berusaha lah sebaik mungkin!", pesannya padaku dan mamaku.

Menurut bu Mursida, ia membantuku karena aku punya kemampuan. Jika aku tak pantas dibantu maka ia juga akan malu membantuku atau menitipkanku pada ketua jurusan.

Sebagai informasi, saat itu, nilai rapor SMP-ku dinilai bagus, terutama nilai bahasa inggris dan agama. Bu Mursida adalah guru agama islam sehingga bagi beliau, nilai agama adalah yang utama.

Sementara itu, bagi ketua jurusanku, yaitu Bapak Junaidi yang tak kalah berperan penting, berjasa untukku selama bersekolah di sana, baginya, kemampuan berbahasa inggris adalah yang utama karena jurusan yang ku ambil mengutamakan kemampuan berbahasa inggris.

Alasan lain pak Junaidi membantuku katanya, beliau terharu dengan perjuangan mamaku yang berusaha keras untuk menuntun jalanku agar aku bisa tetap bersekolah dalam keterbatasan biaya.

Hal tersebut membuat ia teringat dengan masa lalunya dimana ia dulu juga merupakan siswa yang pintar tapi kurang mampu. Ibunya seorang pejuang seperti mamaku dalam menyekolahkannya hingga ia mendapatkan beasiswa ke negara Jepang.

Spoiler for Ilustrasi pak guru baik & cerdas:

Tentu saja, sebelum mendapatkan bantuan bu Mursida dan pak Junaidi, aku melewati serangkaian tes kelayakan. Alhamdulillah, mereka membantuku dengan tulus tanpa imbalan apapun.

Berkat rekomendasi mereka, aku menerima beasiswa sehingga aku bisa bersekolah tanpa membayar iuran bulanan sekolah. Dengan syarat, aku harus masuk 5 besar. Jika gagal maka beasiswaku akan dicabut.

Awalnya, aku diminta harus masuk 3 besar tapi aku mengatakan dengan terus terang bahwa aku tak akan bisa masuk 3 besar karena aku lemah di pelajaran yang ada hitung-hitungannya sedangkan aku mengenal saingan-sainganku di kelas dimana mereka jauh lebih pandai dibandingkan denganku dalam berbagai pelajaran.

Berkat tekad kuat untuk membuat bangga mamaku, bu Mursida dan juga pak Junaidi, aku belajar lebih keras lagi dan melakukan segala sesuatunya dengan cara terbaik yang aku bisa.

Tekad kuatku membuahkan hasil. Aku selalu berhasil masuk 5 besar hingga lulus SMK. Di sekolah, aku termasuk salah satu siswi populer yang dikenal guru-guru dan para murid bahkan kepala sekolah, hehe.

Aku juga berhasil menjadi salah satu siswa yang jago pelajaran bahasa inggris, jepang dan prancis hingga aku menjadi salah satu dari dua siswi yang mewakili provinsi Sumatera Selatan dalam Gelar Prestasi dan Bela Negara (GPBN) Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tingkat nasional di Yogyakarta dalam bidang lomba bahasa Prancis.


(Cerita Tambahan Part 1 : Bebas Seluruh Biaya Sekolah)

Ada sebuah kejadian juga, saat aku duduk di kelas 2. Aku memang mendapat keringanan untuk bebas iuran bulanan sekolah tapi ada iuran sekolah lainnya juga yang tetap harus dibayar, yaitu iuran bulanan untuk laboratorium.

Orang tuaku tak mampu membayarnya sehingga iuran tersebut menunggak. Kejadian yang pernah ku alami di masa SMP kembali terulang. Namaku dipanggil beberapa kali melalui speaker sekolah.

Spoiler for Ilustrasi Ibu Guru yang Baik:

Akhirnya, begitu melihat timing-nya pas. Aku beranikan diri untuk menemui bu Mursida karena selain sebagai guru agama islam, ia juga guru BK  (Bimbingan & Konseling).

Aku menceritakan tentang kekhawatiranku pada beliau bahwa aku takut tak bisa lagi bersekolah karena tak memiliki biaya. Ia berkata bahwa aku harus tetap sekolah hingga lulus dan ia berjanji akan menolongku.

Alhamdulillah, sejak itu. Aku tak perlu membayar biaya sekolah hingga lulus SMK.


(Cerita Tambahan Part 2 : Bebas Biaya Les Tambahan di Luar Sekolah)

Kalau tak salah, ini terjadi di kelas 1 SMK. Seperti biasanya, ada guru yang membuka les tambahan di luar sekolah untuk berbagai mata pelajaran. Waktu itu, pak Junaidi juga membuka les bahasa inggris dan jepang.

Semua murid-murid di kelasku ikut. Aku sendiri ingin sekali ikut karena kedua mata pelajaran tersebut termasuk favoritku. Apalagi, teman-teman satu gengku juga ikut kursus tapi sayang, aku tak memiliki biaya untuk les.


Spoiler for ilustrasi les tambahan:

Aku jadi merasa tak enak pada pak Junaidi karena saat itu hanya aku saja yang sepertinya tidak ikut sehingga aku menemuinya langsung di ruangannya untuk memberitahukan hal tersebut.

Tanpa diduga, beliau malah menyuruhku untuk tetap mengikuti lesnya tanpa perlu membayar asalkan aku selalu rajin belajar, Alhamdulillah.

Selain itu, terkadang, ketika beliau sedang ada urusan dan tidak bisa mengajar maka aku yang menggantikannya untuk mengajar les. Akan tetapi, hanya untuk kelas les adik kelas saja.


emoticon-floweremoticon-floweremoticon-flower


Itu lah sejumput kisah masa sekolahku yang menjadi pelajaran berharga bagiku bahwa keterbatasan biaya bukanlah halangan untuk menuntut ilmu selama di sana ada orang baik dari Tuhan dan dana bantuan dari pemerintah meski secara tidak langsung.

Lewat kisah ini, aku melihat dan mengalami sendiri bahwa manusia yang hatinya baik dan tulus membantu tanpa pamrih itu benar-benar ada meski sangat langka, seperti bu Mursida dan Pak Junaidi.

Namun, hal tersebut juga tak lepas dari dukungan orang tua, terutama mamaku yang selalu menemaniku dan menjadi penerang jalanku agar aku bisa terus bersekolah.

Yang terpenting, aku selalu ingat ungkapan ini, "Di mana ada kemauan, di sana ada jalan"asalkan kita bertekad kuat dan bertanggung jawab dengan komitmen yang telah kita buat sendiri.

Kisah ini menjadi 'alarm' bagi diriku untuk selalu rendah hati dan berbuat baik kepada siapapun agar kebaikan itu bisa selalu diteruskan dan berkembang di muka bumi ini karena siapa tau kebaikan kita dapat menyelamatkan hidup orang lain dan kelak kita pun akan selamat karena buah dari kebaikan kita sendiri.

Spoiler for Semangat:

Akan tetapi, sebenarnya, ada cerita sedih yang mungkin membuat kedua guru pahlawanku ini merasa agak kecewa padaku karena setelah tamat sekolah aku tak melanjutkan kuliah. Saat itu, aku harus memilih antara pendidikan atau membantu memperbaiki kondisi keuangan keluarga.

Situasinya, sangat sulit dan tak bisa diceritakan semuanya. Singkat cerita, sebelum surat kelulusan keluar, aku sudah diterima bekerja di sebuah toko agen alat tulis kantor sebagai karyawati.

Gajiku di sana sangat besar menurutku untuk ukuran remaja yang baru tamat sekolah. Apalagi, pekerjaanku istilahnya di atas meja dan kursi. Suatu pekerjaan yang sangat sulit di dapat bahkan bagi mereka yang sudah kuliah sekalipun.

Lepas dari sana, aku bekerja pula di berbagai perusahaan lainnya, di bidang yang berbeda-beda pula sehingga wawasan dan pengalaman bekerjaku semakin luas dan bertambah.

Lalu sekarang, aku adalah 'full time wife'sejak diperistri oleh seorang Kaskuser tampan dari reg. Bogor pada akhir Februari kemarin, aku pun diboyong ke Bogor dari Palembang, hehe.

Saat ini, aku memang belum bekerja lagi. Namun, aku harap. Suatu hari, aku bisa kembali berkarya. Berharap ilmu yang pernah ku dapat dari sekolah lewat beasiswa, wawasan dan pengalaman dari berbagai dunia kerja yang pernah ku geluti akan bisa bermanfaat bagi diriku sendiri dan orang banyak.

Dengan begitu, aku bisa membuat bangga suamiku, orang tua, keluarga kami dan orang-orang yang pernah berjasa dalam hidupku, terutama bu Mursida dan Pak Junaidi. Semoga suatu hari, Allah memberi jalan padaku, aamiin allahumma aamiin.

Untuk adik-adik yang masih bersekolah, harus selalu semangat. Manfaatkan waktu dan apa yang kamu miliki saat ini sebaik mungkin. Jika memungkinkan, berusahalah untuk melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi untuk masa depan yang lebih baik.


Ciayooooo.....!!!! emoticon-Kiss (S)emoticon-Kiss (S)emoticon-Kiss (S)


emoticon-floweremoticon-floweremoticon-flower

Quote:

Quote:
Diubah oleh aldysadi 21-08-2019 07:56
skydavee
akdamian
swiitdebby
swiitdebby dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.4K
76
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan