Quote:
Sejumlah anak bermain di tiang pancang proyek pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) atau Stadion BMW di kawasan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa, 3 September 2019. ANTARA/Aprillio Akbar
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku telah mengetahui adanya keributan soal Jakarta International Stadium atau JIS. Dia mengaku heran karena yang kedua belah pihak yang meributkan proyek ini adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Jadi saya kemarin mendengar ketika BUMN-BUMN ada rebutan, saya heran, ini sama-sama perusahaan negara," ujar Anies di Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat, Senin 9 September 2019.
Menurut Anies, sesama perusahaan milik negara, BUMN harus saling mendukung dalam pengerjaan suatu proyek pemerintah seperti pembangunan JIS atau yang lebih dikenal sebagai Stadion BMW itu.
Beda hal, kata Anies, jika yang menang dalam lelang tersebut adalah pihak asing, maka perlu dilihat lebih jauh.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Jika satu milik asing, asing dimenangkan, indonesia dikalahkan, bolehlah kita lihat lebih jauh, ini sama-sama BUMN justru saling suport,"ujarnya.
Anies mengatakan bahwa panitia lelang sudah mengikuti prosedur yang berlaku dalam memilih Kerjasama Operasional (KSO) Wijaya Karya (Wika) Gedung, Jaya Konstruksi, dan PP dalam pembangunan Stadium BMW. Dia pun meminta agar BUMN peserta lelang itu tidak saling jegal agar tidak berpengaruh kepada proses pembangunan.
Tender proyek JIS sendiri sebelumnya sudah dimenangkan oleh Konsorsium PT Wijaya Karya Bangunan Gedung, PT Jaya Konstruksi dan PT Pembangunan Perumahan. Protes datang dari Konsorsium PT Adhi Karya, PT Hutama Karya, PT Nindya Karya dan PT Indah Karya.
Adhi Karya cs rencananya bakal menyurati Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terkait proses pelelangan yang dinilai tak transparan.
Mereka memprotes hasil pemenangan tender karena mengajukan harga lebih murah, yaitu sebesar Rp 3,782 triliun ketimbang penawaran Wika cs sebesar Rp 4,085 triliun.
Direktur Konstruksi JIS PT Jakpra Iwan Takwin sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya tak hanya memperhitungkan soal harga penawaran. Menurut dia, dalam penilaian lelang, Wika cs dipilih karena unggul dalam persentasi kualitas dan inovasi dibandingkan pesaingnya.
"Porsi penilaian tender lelang karena kami mau kualitas, maka 70 persen penilaian teknis dan 30 persen harga. Itu sudah berjalan dan akhirnya diputuskan pemenangnya (KSO Wijaya Karya)," ujar Iwan saat dihubungi Tempo, Kamis 5 September 2019.
Iwan lebih lanjut menerangkan kalau tak terpilihnya kontraktor yang memiliki harga lebih murah dibanding kompetitornya dalam sebuah lelang proyek adalah hal yang wajar. Sebab, menurut dia banyak indikator penilaian yang dipertimbangkan dalam proses lelang.
"Di konstruksi ini beda dari membeli barang yang sudah jadi. Kualitas materialnya oke lah sama, tapi soal presisi waktu pengerjaan bagaimana? Akselerasi mereka bagaimana?" ujar Iwan.
Berdasarkan dokumen yang dimiliki Tempo, Wika cs memang mendapatkan angka lebih besar dalam hal penilaian teknis. Mereka mengantongi poin 66,14 ketimbang Adhi Karya cs yang mengantongi poin 60,17.
Wika cs juga mendapatkan nilai yang lebih tinggi dalam hal penawaran harga meskipun penawarannya Rp 300 miliar lebih tinggi. Mereka mendapatkan penilaian sebesar 27,78 sehingga keluar menjadi pemenang dengan total nilai 93,92. Sementara Adhi Karya cs yang penawarannya lebih murah hanya mendapatkan penilaian 15 dan total mengantongi nilai 75,17.
https://metro.tempo.co/read/1245520/...m-anies-heran
emg parah, pemenang lbh mahal 300M dari yg kalah emg beda kualitasnya sejauh apa smpe jauh bgt. ud tanahnya sengketa, tendernya sengketa,janji wan abud batal lg deh

ini kykny klo KPK ga ada sepupunya bisa diendus tender lbh mahal menang biasanya ada bagi2