Kalo berbicara soal pemindahan Ibukota, ane teringat dengan Nigeria, dimana alasan pemindahannya hampir sama dengan alasan pemindahan Ibukota Indonesia
Quote:
Nigeria adalah salah satu negara yang memindahkan ibukotanya dari Lagos ke Abuja 1991, dengan alasan kepadatan penduduk. Adapun persiapan pemindahannya telah dimulai sejak 1980. Sementara jarak dari Abuja ke Lagos adalah sekitar 300 mil.
Source: Nigeria Pindah Ibukota
Menurut info yang ane dengar dari sebuah channel youtube, alasan pemindahan Ibukota Nigeria itu karena terlalu padatnya penduduk, jalanan sulit diatur, banyak sampah dan sebagainya. Setelah pemindahan Ibukota Nigeria ke Abuja, Lagos jadi tak terurus. Segala permasalahan sebelumnya menjadi semakin parah.
Nah, dari situ ane jadi bertanya-tanya gimana jadinya Jakarta jika nanti ditinggalkan? Apakah akan sama nasibnya seperti Lagos? Melihat banyaknya permasalahan di Jakarta mulai dari sampah, kepadatan penduduk dan banjir yang rutin terjadi, apakah nantinya Jakarta akan dibiarkan terbengkalai?
Apakah pemindahan Ibukota ini adalah tindakan yang tepat?
Jika berpikir secara logis, maka pemindahan Ibukota ini akan membuat permasalahan pemerintah bertambah; pertama Kaltim, kedua Jakarta (ini kalau Jakarta masih mau di urus, ya, setelah pemindahan)
Seorang peneliti Belanda berpendapat Indonesia tak perlu memindahkan Ibukota.
VIVAnews – Profesor Studi Kontemporer Indonesia dari Universitas Leiden, David Henley, memandang negatif rencana pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke salah satu wilayah di Pulau Kalimantan. Pemindahan ibu kota ke wilayah itu dianggap hanya akan menyebabkan para pejabat publik tidak mengetahui realitas sesungguhnya dari kondisi Indonesia.
Dia mencontohkan hal itu dari kondisi yang terjadi di Nigeria. Pada 1976, Nigeria memindahkan ibu kotanya dari Lagos ke Abuja, kemudian diresmikan sebagai ibu kota pada 1991. Namun, setelah dipindahkan tersebut, Abuja menjadi satu-satunya kota yang penuh kemewahan karena memang telah didesain secara terencana.
"Saya sudah melihat itu terjadi di Nigeria, saya pernah bermalam beberapa kali di Abuja dan ini bukan Nigeria. Banyak politisi yang tinggal di lingkungan yang sangat artifisial, istimewa, dan terpencil itu, dan mungkin tidak baik untuk pengambilan keputusannya," kata dia dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu, 25 Agustus 2019.
Menurut Henley, potensi itu akan terjadi juga di Indonesia, di mana pemerintah berencana memindahkan ibu kotanya di suatu tempat yang baru di tengah-tengah belantara pulau Kalimantan dengan anggaran mencapai Rp466 triliun. Padahal, Jakarta menyimpan segudang masalah ekonomi sosial yang mencerminkan keseluruhan kondisi Indonesia.
"Saya setuju itu tidak perlu, itu buang-buang uang saja dan juga para pejabat maupun politisi akan terisolasi di kota baru yang megah, yang dibangun dengan indah di tengah-tengah Kalimantan, Sulawesi atau di mana pun itu. Mereka akan lebih cenderung kehilangan kontak dengan realitas populasi masyarakat secara umum," tuturnya.
Jika anggaran pemindahan ibu kota tersebut dikatakannya digelontorkan fokus untuk memperbaiki segala persoalan ekonomi sosial di Jakarta saat ini, seperti banjir, kemacetan, ketimpangan yang sangat besar antara penduduk miskin dan kaya, itu akan bisa menyelesaikan masalah di Jakarta, sambil juga memperbaiki kondisi daerah-daerah lainnya. (ase)
"Kebutuhan dan tekanan-tekanan mendesak dari Jakarta itu sendiri mungkin terabaikan karena seperti Jakarta dalam bahaya akan tenggelam di bawah air, perlu uang dan upaya untuk mencegahnya. Dan itu mungkin tidak akan terjadi jika politisi nasional anda tidak di Jakarta, mereka ada di tempat lain yang jauh," tutur David.
Ane tidak bermaksud sok pintar. Jika pemerintah sudah membuat keputusan dan tentunya sudah berpikir matang-matang, maka ane sebagai warga negara yang baik hanya bisa berdoa yang terbaik bagi negara dan memberikan dukungan sekecil apapun itu. Urusan pemindahan sudah cukup berat, tak perlu kita tambah berat dengan protes ini itu. Namun, tak ada salahnya menyampaikan pendapat.
Nah, menurut Agan-Sista gimana?
Mari berpendapat dibawah