Hay, hay, selamat berakhir pekan, GanSis. Semoga harinya menyenangkan, ya.

Yang sedang bersantai di teras rumah, boleh, dong, mampir dimari. Simak thread dari Ara, penulis yang setiap hari berusaha berbagi berita menarik. Hkhk 😅

Ok, lagsung saja ...

Bagaiamna perasaan Agan-Sista ketika kehilangan buah hati yang begitu lama dinantikan hadirnya? Pasti remuk redam, bukan? Ya, tentu saja. Menunggu selama sembilan bulan bukan waktu yang sebentar. Ditambah rasa sakit, nyeri, mua-mual, dan lain sebagainya. Oh, sungguh tak mudah bagi seorang perempuan. Hanya saja, rasa sakit itu tidak seberapa dibanding keinginannya mendapat momongan.

Setelah begitu lama menahan segala kesakitan, bayi mungil itu lahir. Disambut oleh tangis haru dan tawa bahagia kedua orang tuanya, juga sanak saudara. Namun, siapa sangka, buah hati yang telah dijaga selama sembilan bulan di dalam perut, hanya bisa bertahan hidup dalam kurung waktu yang singkat di dunia.

Delapan hari, waktu yang cukup singkat. Bayi perempuan yang diberi nama Aliza Rose Friend itu, meregang nyawa karena sebuah ciuman atau sentuhan tangan orang yang tidak sehat. Perasaan kedua orang tuanya tak dapat digambarkan. Terpukul? Sudah pasti. Berduka? Tentu saja.

Seorang perempuan bernama Abigail kehilangan anaknya, hanya karena ekspresi cinta beberapa orang, yang ditunjukan secara spontanitas. Hal itu sudah biasa ditunjukan oleh banyak orang terhadap bayi atau baita. Tanpa berpikir terlebih dahulu, apakah dirinya boleh atau tidak mendekati dan menyentuh si bayi?

Berikut kronologi yang menyebabkan bayi bernama Aliza Rose Friend, meninggal.




Ngeri banget, bukan? Pasangan suami istri itu harus merelakan kepergian putri pertama mereka. Padahal, tangis bayi saat keuar dari rahim Abigail, menjadi obat segala kesakitannya selama sembilan bulan. Dan diamnya. Diam bayi itu adalah duka paling dalam untuk mereka.


Kejadian ini menjadi catatan untuk kita semua. Bahwa,





Oh ya, ini sedikit penjelasan tentang virus Herpes Simpleks 1 dan 2 (HSV -1 dan HSV-2)




Jadi, Jika tahu dan sadar, bahwa kita memiliki penyakit yang bisa menular dan membuat orang lain sengsara, bahkan meninggal dunia. Maka, jagalah jarak. Tak apa jika banyak orang menilai yag bukan-bukan. Cukuplah Tuhan sebagai penilai segala perbuatan.

Lagi, untuk siapa pun, di mana pun, dan kapan pun itu, biasakan menahan diri untuk tidak serta merta mengekspresikan rasa gemas kita terhadap bayi atau balita yag ditemui. Karena setiap anak berbeda-beda. Ada yang kekebalan tubuhnya kuat, ada juga yang sebaliknya. Ada yang kulitnya sangat sensitif, begitu pun sebaliknya.

Ara jadi teringat sebuah thread berisikan curhatan seorang ayah, yang anaknya mengalami pembekakkan di pipi hingga akhirnya luka. GanSis tahu apa penyebabnya? Digarukkah? Digigit serangga? Atau apa? Jawabannya mugkin tidak masuk akal. Tapi kenyataannya, bayi cantik itu terluka parah karena sebuah ciuman rasa gemas dari seseorang. Bagaimana mungkin ciuman bisa membuat pipi seorang bayi memerah hingga terluka? Bisa, sebagaimana kejadian yang menimpa Aliza, putri Abigail di atas. Aliza tidak terluka di bagian fisik luar. Melainkan dari dalam. Padahal, yang disentuh dan dicium boleh jadi pipi atau tangan saja.

Maka dari itu, biasakan diri untuk tidak mengekspresikan perasaan cinta kasih itu dengan cara berlebihan. Khususnya pada bayi.

Ok, sampai di sini dulu thread dari Ara. Semoga bermanfaat untuk para pembaca. Sampai jumpa di thread selanjutnya. Jangan bosan mampir dan tinggalin rate serta cendolnya, ya, GanSis. Salam persaudaraan dari Ara. Wassalam 😉

Sumber tulisan: Opini Pribadi
Referensi: di sini, ya



Bima, 31 Agustus 2019