Aku masih sibuk mencari dokumen pribadi diantara tumpukan baju. "Seingatku terakhir aku letakkan di sini, tapi kenapa gak ada. Ah..kan udah aku pindah paling atas, dasar pikun" ngedumel sendiri sambil tepok jidat.
Sesuai dugaan dokumen yang aku cari ada bersama dokumen penting lain seperti Kartu Keluarga, ijazah, dan BPKB. Saat mengambil tanpa sengaja aku menjatuhkan binder dengan cover warna biru. Binder yang penuh kenangan ketika masih memakai seragam putih abu-abu.
Aku mulai membuka lembaran demi lembaran binder tersebut. Tidak hanya cerita konyol namun ada banyak pula foto keseruanku bersama sahabat. Hingga sampai pada satu foto 4 siswi berseragam pramuka. Mereka adalah Intan, Santi, Reni dan tentunya aku. Kenanganku seakan langsung terlempar pada kejadian saat foto itu diambil 10 tahun lalu. Kenangan yang meninggalkan duka mendalam untuk kami semua terutama aku sahabatnya.
Quote:
Desember 2008
Aku berlari sepanjang koridor dengan membawa bendera regu. Sampai kelas langsung disambut dengan helaan nafas sahabatku. "Duh, maaf ya gara-gara aku ceroboh nih. Tapi belum telat kan?"sambil megatur nafas yang udah kayak pelari marathon. "Belum. Udah yuk langsung aja kumpul di lapangan sebelum kakak pembina ngamuk" suara Wulan pinru Bougenville.
Dalam satu regu terdapat 1 pimpinan regu, 1 wakil dan 6 anggota. Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib untuk siswa-siswi kelas X. Latihan pramuka diadakan tiap hari Sabtu mulai pukul 14.00-16.30. Seperti saat ini kami sedang berkumpul di lapangan untuk upacara sekaligus mendengarkan rencana perkemahan libur semester gasal minggu depan.
Latihan kali ini tidak seperti biasanya, hanya diawali dengan upacara lalu kegiatan PBB (peraturan baris berbaris) diakhiri dengan diskusi untuk persiapan perkemahan. Perkemahan akan dilaksanakan 3 hari mulai tanggal 26-28 Desember 2008. Pembagian tugas pun dilakukan. Aku kebagian membawa kayu bakar untuk api unggun. Masalah konsumsi kami hanya perlu membawa peralatan makan. Sedangkan untuk dapur umum tiap regu harus mengirimkan 1 perwakilannya. Diskusi selesai pukul 16.00 setelah upacara penutupan kami segera pulang ke rumah masing-masing.
Seragam cadangan, buku Saku, dompet, hp, peralatan makan, peralatan mandi, daleman (yg paling penting) semua udah masuk tas. Kayu bakar juga siap untuk dibawa. Tinggal nunggu Intan yang katanya mo berangkat bareng. Masih pukul 13.00 jadi nyantai aja dulu.
"Assalamualaikum"terdengar suara Intan di luar. "Waalaikumsalam, masuk yuk Tan. Berangkat sekarang nih?" hanya anggukan yang sebagai jawaban. "Ok, bentar aku pamit ibu dulu ya." aku langsung ke kamar karena tadi ibuku pamit tidur siang.
Setelah berpamitan kami berdua naik becak menuju sekolahan. Yups..perkemahan libur semester kali ini memang diadakan di sekolah. Selama perjalanan Intan lebih banyak diam. Dia tipe pendiam tapi diamnya kali ini gak kayak biasanya. Dari ketiga sahabatku aku lebih dekat dengan Intan secara sejak SMP kami udah kenal. Rumah kami juga cuma beda desa.
"Tan, kamu kenapa? Kamu sehat kan? Obat-obatan kamu gak lupa dibawa?" aku sedikit cemas apalagi wajahnya keliatan agak pucat.
Intan tersenyum manis, udah aslinya paling cakep diantara kami berempat "Aku gak papa Mega".
Wajar jika aku mengkhawatirkan Intan, sebab dia punya riwayat jantung lemah. Aku berdo'a semoga gak akan terjadi masalah dengan kesehatannya.
Setelah 20 menit kami sampai di SMA 1. Sudah banyak siswa siswi yang datang, mereka berkumpul dengan regu masing-masing. Aku dan Intan mencari Wulan dkk ternyata mereka di depan perpustakaan. Regu Bougenville belum lengkap sebab Ayu sebagai wapinru (wakil pimpinan regu) belum datang. Tak berapa lama Ayu datang, sambil menunggu upacara pembukaan kami membicarakan pentas seni besok malam. Sesuai kesepakatan Winda dan Desi yang akan berduet untuk mewakili.
Pukul 14.00 upacara dilaksanakan sebagai pembukaan perkemahan kali ini. Selanjutnya kami bersama-sama mendirikan tenda. Ada 10 tenda, setiap tenda akan ditempati oleh 2 regu atau 16 orang.
Setelah ishoma (istirahat, sholat dan makan) kami diharuskan masuk tenda untuk tidur. Sebab pukul 23.00 nanti kami harus bangun untuk melaksanakan jelajah malam dengan rute yang telah ditentukan. Aku dan teman-teman yang lain gk bisa langsung tidur, karena memang belum jam malam kami. Tapi kami gak berani berbuat gaduh karena kakak pembina setia berkeliling dari tenda ke tenda.
Entah berapa jam aku terlelap suara lantang dari mikropon terdengar. Beberapa dari temanku satu tenda sudah bersiap tapi ada juga yang malah belum bangun. Salah satunya Winda, dia emang agak sulit dibangunin sampai jurus andalan dikeluarin oleh Wulan. Yaitu aksi menggelitik pinggang jadi solusi paling ampuh.
Kami berkumpul di lapangan membentuk barisan untuk mendengarkan pengarahan dan tugas kami selama penjelajahan. Tugas pertama mencari bendera yang telah dipasang di beberapa titik dan melapor di pos yang telah disediakan. Yang kedua menjaga agar obor yang dibawa oleh Pinru dan Wapinru tetap menyala.Jalur jelajah malam kali ini sejauh 4 km melewati area perkampungan dan persawahan.
Spoiler for :
Setelah menunggu tibalah giliran regu Bougenville yang berangkat bersama regu Elang. Kami berdoa sebelum melakukan penjelajahan kali ini, semoga acara ini berjalan lancar. Akan ada 3 pos, pos terakhir ada di sekolah.
Sepanjang jalan kami bernyanyi untuk mengusir rasa kantuk yang melanda. Tak ada halangan yang berarti hingga kami sampai di pos 1 itu artinya kurang 2,5 km lagi.Tiba-tiba aku mendengar rintihan Intan yang ada di depanku. "Tan kamu kenapa? Capek?"bukannya menjawab Intan malah jatuh pingsan.
Kami semua panik tak terkecuali regu Elang yang ada di barisan depan.
Aku mendekatkan minyak kayu putih di hidung Intan berharap dia segera sadar. Sedangkan Aldy sedang menelfon kakak pembina. Alhamdulillah usahaku berhasil namun Intan justru mengeluh kepalanya pusing dan dadanya sesak. Tak berapa lama pertolongan pun tiba, Intan akhirnya dibawa menggunakan tandu.
Aku dan teman-teman yang lain melanjutkan perjalanan hingga sampai di pos terakhir menjelang subuh. Lelah adalah gambaran wajah-wajah kami. Sampai di sekolah aku langsung mencari informasi tentang Intan. Menurut kak Septi, Intan dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapat perawatan. Aku sedikit lega setidaknya Intan sudah mendapat penanganan medis. Semoga kondisinya segera membaik, do'a ku dalam hati.
Setelah sholat subuh berjama'ah kami semua dikumpulkan di lapangan. Terdengar bisik-bisik juga pertanyaan, apa ada hal serius yang terjadi. Perasaanku mulai tidak enak.
Hingga terdengar Bapak Ahmad kepala sekolahku "Adik-adik terimakasih atas kerja sama kalian karena perkemahan ini telah terselenggara dengan baik. Namun dengan berat hati perkemahan libur semester harus ditutup saat ini juga. Innalillahi wainnailahi rojiun, adik sekaligus teman kita Intan Rahmawati telah berpulang ke Rahmatullah."
Mendadak aku merasakan sesak, terbayang tawa serta senyuman Intan lalu semuanya gelap. Saat bangun aku sudah ada di ruang guru ditemani kak Septi. Tangisan tak bisa lagi aku bendung, tak kusangka Intan begitu cepat meninggalkan kami semua. Kami yang menyayangi Intan.
Tak terasa air mata menetes saat kenangan terakhirku bersama Intan kembali terbuka bersamaan lembaran-lembaran binder. Aku menangis bukannya tidak ikhlas. Aku percaya Intan sudah tenang dan tidak merasakan sakit. Do'a pun tak pernah lupa aku panjatkan untuk Intan. "Aku merindukanmu Intan, rindu akan kebersamaan kita"ucapku sambil menutup binder lalu meletakkannya kembali di lemari.