- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
JAYAPURA RUSUH, Massa Bakar SPBU, Kantor Telkom, Kantor Pos, Kini ke Kantor Gubernur


TS
hanna.anisa
JAYAPURA RUSUH, Massa Bakar SPBU, Kantor Telkom, Kantor Pos, Kini ke Kantor Gubernur
Quote:
JAYAPURA RUSUH, Massa Bakar SPBU, Kantor Telkom, Kantor Pos, Kini Bergerak ke Kantor Gubernur Papua


Kerusuhan di tanah Papua kembali meluas. Setelah aksi kerusuhan di Kabupaten Deiyai, kini aksi unjuk rasa berujung rusuh terjadi di Jayapura, Kamis (29/8/2019).
Aksi protes atas dugaan tindak rasisme terhadap mahasiswa Papua di Jayapura berlangsung anarkistis.
Massa membakar kantor Telkom, kantor pos, dan sebuah SPBU yang berjejer di samping kantor BTN di Jalan Koti, Jayapura.
Sebelumnya, massa membakar kantor Majelis Rakyat Papua.
Laporan wartawan Kompas.com Dhias Suwandi dari demo di Jayapura, massa juga melempari kantor-kantor dan hotel di Jayapura.
Massa mengarah ke kantor Gubernur Papua.
Sebelumnya diberitakan, massa membakar kantor Majelis Rakyat Papua (MRP) yang berada di Jalan Raya Abepura.
"Informasi ada pembakaran di situ (kantor MRP), cuma bagian mana saja yang dibakar kami belum tahu pastinya," ujar Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Cpl Eko Daryanto saat dihubungi melalui telepon, Kamis (29/8/2019).
Setelah membakar, kata Eko, massa mulai bergerak ke arah pusat kota.
"Massa ada di sekitar Skyland," ucapnya.
Aksi demo di Jayapura kali ini diikuti ratusan orang yang berkumpul dari berbagai titik, Kabupaten Jayapura, Waena, Perumnas 3, dan wilayah Kota Jayapura, serta perwakilan dari mahasiswa.
Sebelumnya, aksi massa di Expo Waena sempat rusuh.
Massa melemparkan batu ke arah aparat.
Mobil dinas Dandim 1701/ Jayapura rusak akibat aksi tersebut.
Dari pihak keamanan, 500 personel gabungan TNI-Polri diturunkan untuk mengamankan aksi tersebut.
Akibat aksi ini, aktivitas perekonomian di Jayapura lumpuh dan masyarakat lebih memilih berdiam diri di rumah.
Aksi Rusuh Kabupaten Deiyai
Sehari sebelumnya, aksi demo berujung kerusuhan terjadi di Kabupaten Deiyai, Papua, Rabu (28/8/2019).
Insiden ini menewaskan seorang anggota TNI dan melukai sejumlah personel Polri. Selain itu, dua warga sipil juga meninggal dunia.
Kapendam XVII Cendrawasih, Letkol Eko Daryanto mengatakan, seorang anggota TNI gugur akibat terkena panah. Massa juga merampas 10 pucuk senjata api jenis SS1 V2.
Eko menjelaskan awalnya terdapat aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat Kabupaten Deiyai. Peserta unjuk rasa berjumlah kurang lebih seratus orang terkait.
Unjuk rasa dilakukan terkait isu rasisme dan intimidasi terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya. Unjuk rasa berlangsung di depan di Kantor Bupati Deiyai pukul 13.00 WIT.
Ia mengatakan koordinator lapangan aksi tersebut adalah Ketua KNPB wilayah Kabupaten Deiyai Stevanus Pigai.
Eko melanjutkan, sekira Pukul 14.00 WIT kurang lebih seribu orang dari beberapa wilayah berkumpul di lapangan Wagete Kabupaten Deiyai.
Eko mengatakan massa yang membawa senjata tradisional panah, parang, dan batu tersebut kemudian bergerak menuju Kantor Bupati Deiyai.
Massa yang sudah bergabung di Kantor Bupati Deiyai kemudian melakukan aksi anarkis dengan melakukan pelemparan kearah aparat keamanan dan Kantor Bupati.
"Kondisi massa semakin tidak terkendali dan anarkis dengan melakukan penyerangan terhadap kendaraan dan Aparat Keamanan TNI yang sedang mengamankan aksi dengan menggunakan panah dan parang serta terdengar tembakan dari arah massa," kata Eko dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/8/2019).
Ia mengatakan, aparat keamanan berusaha untuk meredam dan menghentikan aksi massa tetapi massa semakin brutal.
"Aksi anarkis dan brutal massa mengakibatkan seorang TNI meninggal dunia. Tiga orang anggota TNI dan empat orang anggota Polri terluka akibat senjata panah dan parang. Korban pihak massa dua orang akibat terkena tembakan di kaki meninggal di Rumah Sakit dan terkena panah," kata Eko.
Untuk itu, Kodam XVII/Cenderawasih langsung mengevakuasi korban ke RS Paniai untuk mendapatkan pertolongan medis dan mengevakuasi korban meninggal dunia ke Nabire serta melakukan koordinasi dengan Polda Papua untuk langkah pengamanan selanjutnya.
"Pukul 16.00 WIT situasi Kabupaten Deiyai terkendali dan kondusif. Aparat keamanan TNI/Polri saat ini masih melaksanakan pengamanan di lokasi dan fasilitas umum untuk mengendalikan situasi di wilayah Kabupaten Deiyai," kata Eko.
Letkol Eko Daryanto mengatakan, perampasan senjata api terjadi saat massa menyerang aparat keamanan. "Aparat terdesak dan massa merampas senjatanya," tambah Eko.
Sementara aparat yang tewas dan terluka serta demonstran yang terluka sudah dievakuasi dari lokasi kejadian menuju Paniai.
Adapun identitas korban berasal dari 2 institusi yaitu dari TNI dan Polri sebagai berikut.
1. Anggota TNI
a. TNI Serda Ricson (meninggal dunia dengan luka bagian kepala terkena senjata tajam/sejenis parang dan luka panah pada bagian kepala)
b. Sertu Sunendra (luka akibat terkena panah pada bagian pantat dan punggung sebelah kanan)
c. Serka Arif Y (luka akibat senjata tajam/sejenis parang di bagian kepala dan pelipis)
2. Anggota Polri
a. Bripda Dedi (luka akibat terkena panah pada bagian leher)
b. Bripka Rifki (luka akibat terkena panah pada bagian tangan kiri)
c. Barada Akmal (luka akibat terkena panah di bagian punggung belakang).
Aksi unjuk rasa di Deiyai pada Rabu kemarin, adalah yang kedua kalinya.
Sebelumnya aksi yang sama berlangsung 24 Agustus 2019 lalu yang diikuti ribuan orang.
Bahkan massa sempat mengibarkan bendera bintang kejora (simbol Papua Merdeka) di tengah lapangan. Massa menuntut Bupati Paniai menantangani persetujuan akan refrendum di Papua.
SUMBER
Aksi protes atas dugaan tindak rasisme terhadap mahasiswa Papua di Jayapura berlangsung anarkistis.
Massa membakar kantor Telkom, kantor pos, dan sebuah SPBU yang berjejer di samping kantor BTN di Jalan Koti, Jayapura.
Sebelumnya, massa membakar kantor Majelis Rakyat Papua.
Laporan wartawan Kompas.com Dhias Suwandi dari demo di Jayapura, massa juga melempari kantor-kantor dan hotel di Jayapura.
Massa mengarah ke kantor Gubernur Papua.
Sebelumnya diberitakan, massa membakar kantor Majelis Rakyat Papua (MRP) yang berada di Jalan Raya Abepura.
"Informasi ada pembakaran di situ (kantor MRP), cuma bagian mana saja yang dibakar kami belum tahu pastinya," ujar Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Cpl Eko Daryanto saat dihubungi melalui telepon, Kamis (29/8/2019).
Setelah membakar, kata Eko, massa mulai bergerak ke arah pusat kota.
"Massa ada di sekitar Skyland," ucapnya.
Aksi demo di Jayapura kali ini diikuti ratusan orang yang berkumpul dari berbagai titik, Kabupaten Jayapura, Waena, Perumnas 3, dan wilayah Kota Jayapura, serta perwakilan dari mahasiswa.
Sebelumnya, aksi massa di Expo Waena sempat rusuh.
Massa melemparkan batu ke arah aparat.
Mobil dinas Dandim 1701/ Jayapura rusak akibat aksi tersebut.
Dari pihak keamanan, 500 personel gabungan TNI-Polri diturunkan untuk mengamankan aksi tersebut.
Akibat aksi ini, aktivitas perekonomian di Jayapura lumpuh dan masyarakat lebih memilih berdiam diri di rumah.
Aksi Rusuh Kabupaten Deiyai
Sehari sebelumnya, aksi demo berujung kerusuhan terjadi di Kabupaten Deiyai, Papua, Rabu (28/8/2019).
Insiden ini menewaskan seorang anggota TNI dan melukai sejumlah personel Polri. Selain itu, dua warga sipil juga meninggal dunia.
Kapendam XVII Cendrawasih, Letkol Eko Daryanto mengatakan, seorang anggota TNI gugur akibat terkena panah. Massa juga merampas 10 pucuk senjata api jenis SS1 V2.
Eko menjelaskan awalnya terdapat aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat Kabupaten Deiyai. Peserta unjuk rasa berjumlah kurang lebih seratus orang terkait.
Unjuk rasa dilakukan terkait isu rasisme dan intimidasi terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya. Unjuk rasa berlangsung di depan di Kantor Bupati Deiyai pukul 13.00 WIT.
Ia mengatakan koordinator lapangan aksi tersebut adalah Ketua KNPB wilayah Kabupaten Deiyai Stevanus Pigai.
Eko melanjutkan, sekira Pukul 14.00 WIT kurang lebih seribu orang dari beberapa wilayah berkumpul di lapangan Wagete Kabupaten Deiyai.
Eko mengatakan massa yang membawa senjata tradisional panah, parang, dan batu tersebut kemudian bergerak menuju Kantor Bupati Deiyai.
Massa yang sudah bergabung di Kantor Bupati Deiyai kemudian melakukan aksi anarkis dengan melakukan pelemparan kearah aparat keamanan dan Kantor Bupati.
"Kondisi massa semakin tidak terkendali dan anarkis dengan melakukan penyerangan terhadap kendaraan dan Aparat Keamanan TNI yang sedang mengamankan aksi dengan menggunakan panah dan parang serta terdengar tembakan dari arah massa," kata Eko dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/8/2019).
Ia mengatakan, aparat keamanan berusaha untuk meredam dan menghentikan aksi massa tetapi massa semakin brutal.
"Aksi anarkis dan brutal massa mengakibatkan seorang TNI meninggal dunia. Tiga orang anggota TNI dan empat orang anggota Polri terluka akibat senjata panah dan parang. Korban pihak massa dua orang akibat terkena tembakan di kaki meninggal di Rumah Sakit dan terkena panah," kata Eko.
Untuk itu, Kodam XVII/Cenderawasih langsung mengevakuasi korban ke RS Paniai untuk mendapatkan pertolongan medis dan mengevakuasi korban meninggal dunia ke Nabire serta melakukan koordinasi dengan Polda Papua untuk langkah pengamanan selanjutnya.
"Pukul 16.00 WIT situasi Kabupaten Deiyai terkendali dan kondusif. Aparat keamanan TNI/Polri saat ini masih melaksanakan pengamanan di lokasi dan fasilitas umum untuk mengendalikan situasi di wilayah Kabupaten Deiyai," kata Eko.
Letkol Eko Daryanto mengatakan, perampasan senjata api terjadi saat massa menyerang aparat keamanan. "Aparat terdesak dan massa merampas senjatanya," tambah Eko.
Sementara aparat yang tewas dan terluka serta demonstran yang terluka sudah dievakuasi dari lokasi kejadian menuju Paniai.
Adapun identitas korban berasal dari 2 institusi yaitu dari TNI dan Polri sebagai berikut.
1. Anggota TNI
a. TNI Serda Ricson (meninggal dunia dengan luka bagian kepala terkena senjata tajam/sejenis parang dan luka panah pada bagian kepala)
b. Sertu Sunendra (luka akibat terkena panah pada bagian pantat dan punggung sebelah kanan)
c. Serka Arif Y (luka akibat senjata tajam/sejenis parang di bagian kepala dan pelipis)
2. Anggota Polri
a. Bripda Dedi (luka akibat terkena panah pada bagian leher)
b. Bripka Rifki (luka akibat terkena panah pada bagian tangan kiri)
c. Barada Akmal (luka akibat terkena panah di bagian punggung belakang).
Aksi unjuk rasa di Deiyai pada Rabu kemarin, adalah yang kedua kalinya.
Sebelumnya aksi yang sama berlangsung 24 Agustus 2019 lalu yang diikuti ribuan orang.
Bahkan massa sempat mengibarkan bendera bintang kejora (simbol Papua Merdeka) di tengah lapangan. Massa menuntut Bupati Paniai menantangani persetujuan akan refrendum di Papua.
SUMBER
MENGERIKAN





muhamad.hanif.2 memberi reputasi
1
2.5K
Kutip
34
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan